Mohon tunggu...
Roland Arthur Budhimulja
Roland Arthur Budhimulja Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMA Kolese Kanisius

Our scars can destroy us, even after the physical wounds have healed. But if we survive them, they can transform us. They can give us the power to endure, and the strength to fight.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Reaksi di Tengah Kemelut Politik yang Memuakkan

29 Oktober 2024   16:28 Diperbarui: 29 Oktober 2024   16:33 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kamis, 31 Oktober 2008. 

Kota penuh dengan banyak orang yang merayakan pesta haloween.
Semua orang tampak antusias merayakan pesta tersebut.
Mereka semua mengenakan pakaian-pakaian yang menyeramkan.
Ada yang memakai labu dicucuri darah sebagai helm di kepala.
Juga, ada yang meriasi wajahnya menjadi hantu.
Mereka semua telah menjadi individu yang benar-benar berbeda.
Sangat sulit untuk dikenali karena mereka turut tenggelam dana kerumunan massa.
Dengan demikian, mereka dapat berekspresi sebebas-bebasnya bahkan menjadi gila.

Bahkan dalam kondisi hujan, mereka semua tetap beramai-ramai berkumpul di sana.
Menunggu untuk melahap, layaknya seekor ular berbisa.
Tujuan mereka bukan lagi berpesta melainkan memangsa,
membuat mereka benar-benar gila, bahkan tidak seperti manusia.
Orang-orang bersalah menjadi korbannya.
Penjual makanan dan minuman di kios-kios kecil dijarah.
Tidak main-main, bahkan sampai menodong pistol.
Mereka beraksi secara diam-diam dengan bersembunyi di keramaian.
Dan saya ada di situ juga, menyaksikan aksi mereka.
Dua tahun penantian, telah mengubah diri saya menjadi hewan giat malam.

Mencoba mengamati gerak-gerik mereka bahkan berusaha menjebaknya adalah upayaku.
Di suatu malam, saya berhasil membuatnya takut setengah mati.
Caranya dengan membuat legenda horror di kota itu.Saya mengarang bahwa ada sebuah sosok bernama "Maniak malam"
Ini bukan hanya menjadi mitos belaka, tetapi sebuah peringatan.
Atas apa yang mereka perbuat untuk kota ini.
Rasa takut menjadi alatku untuk berbuat demikian.
Tidak perlu perbuat apa-apa, tetapi cukup dengan membuat mereka kenapa-napa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun