Kamis, 31 Oktober 2008.Â
Kota penuh dengan banyak orang yang merayakan pesta haloween.
Semua orang tampak antusias merayakan pesta tersebut.
Mereka semua mengenakan pakaian-pakaian yang menyeramkan.
Ada yang memakai labu dicucuri darah sebagai helm di kepala.
Juga, ada yang meriasi wajahnya menjadi hantu.
Mereka semua telah menjadi individu yang benar-benar berbeda.
Sangat sulit untuk dikenali karena mereka turut tenggelam dana kerumunan massa.
Dengan demikian, mereka dapat berekspresi sebebas-bebasnya bahkan menjadi gila.
Bahkan dalam kondisi hujan, mereka semua tetap beramai-ramai berkumpul di sana.
Menunggu untuk melahap, layaknya seekor ular berbisa.
Tujuan mereka bukan lagi berpesta melainkan memangsa,
membuat mereka benar-benar gila, bahkan tidak seperti manusia.
Orang-orang bersalah menjadi korbannya.
Penjual makanan dan minuman di kios-kios kecil dijarah.
Tidak main-main, bahkan sampai menodong pistol.
Mereka beraksi secara diam-diam dengan bersembunyi di keramaian.
Dan saya ada di situ juga, menyaksikan aksi mereka.
Dua tahun penantian, telah mengubah diri saya menjadi hewan giat malam.
Mencoba mengamati gerak-gerik mereka bahkan berusaha menjebaknya adalah upayaku.
Di suatu malam, saya berhasil membuatnya takut setengah mati.
Caranya dengan membuat legenda horror di kota itu.Saya mengarang bahwa ada sebuah sosok bernama "Maniak malam"
Ini bukan hanya menjadi mitos belaka, tetapi sebuah peringatan.
Atas apa yang mereka perbuat untuk kota ini.
Rasa takut menjadi alatku untuk berbuat demikian.
Tidak perlu perbuat apa-apa, tetapi cukup dengan membuat mereka kenapa-napa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H