Mohon tunggu...
Roko Patria Jati
Roko Patria Jati Mohon Tunggu... Dosen - A Scholar Forever

A teacher plus scholar forever...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi "Dibela" Karena "Wong Cilik"

9 Juli 2012   04:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:09 2174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Bapak justru lebih senang duduk di seat pesawat paling belakang, atau kalau tidak ada juga di depan, asalkan dekat pintu sehingga bisa cepat keluar dan tetap pesan kelas ekonomi, karena menurut Bapak toh  sampainya juga barengan. Sampai di Bandara juga sering naik taksi saja ke tempat tujuan."

Disamping itu, melengkapi pemaknaan "Wong Cilik" #2 (kedua), Jokowi memang benar-benar cilik dari segi dukungan politik dan organisasi. Bila dibandingkan dengan partai pengusung kandidat DKI 1 lainnya semisal Demokrat dan PKS, maka partai pengusung Jokowi ini masih dibilang kecil di Jakarta. Jokowi juga tidak memiliki almamater organisasi sekalipun selain dulu pernah 2 tahun di Asosiasi Mebel, itu saja, sementara calon lain berlatar belakang HMI, GMNI, PMII, dan seabrek lagi.

Di PDIP sendiri siapa sih Jokowi, selain seorang kader "dadakan" yang maju dalam Pilkada Solo 2005, yang kebetulan menang dan berprestasi. Perlu diketahui bahwa Jokowi bukanlah kader tulen PDIP, bahkan sebelum maju pencalonan AD 1 (walikota Solo), Jokowi pernah melakukan penjajakan maju dari jalur lain,  Partai Amanat Nasional (PAN). Singkat cerita, Jokowi lebih memandang "strategis" PDIP di kota yang memang berbasis politik merah, itu saja.

Meski Solo bisa dikatakan berbasis merah, namun Jokowi (dan Mudrick Sangidoe, tokoh "Mega-Bintang") lah yang mampu "mempersatukan" Solo, menjembatani serta membuat hubungan mesra antara massa merah dan hijau, bahkan pada mereka yang berpemikiran radikal dan konspiratif sekalipun.

Aneh dan kurang kerjaan bila istrinya kemudian dikait-kaitkan dengan Yahudi, Dahlan Iskan juga Yahudi, atau jangan-jangan mereka yang melempar isu itu sendiri yang adalah orang Yahudi. Katanya berdasar pada penempatan istri Jokowi sebagai anggota kehormatan Rotary Club. Memang kerjaan Rotary Club itu merekrut para pejabat (& istri) menjadi anggota kehormatan. Dan bila ada organisasi lain yang menginginkannya menjadi anggota kehormatan juga sah-sah saja, tinggal merekrut saja, jadi tidak ada dasar kuat untuk itu.

Kalangan agamis di kota Bengawan terkenal independen dan tidak mudah takluk oleh bujuk rayu politik praktis, apalagi dengan iming-iming uang. Tapi, bagaimana mereka bisa tidak takluk mendengar cerita Jokowi yang justru memposisikan diri tidak mau menodai agama berikut ini (baca selengkapnya).


“Jika saya datang tepat waktu, paling saya disuruh ke mimbar untuk ngasih sambutan, kan? Saya tak mau menodai pengajian dengan politik, apalagi menjelang Pilkada,” ujarnya.

Dengan demikian, tokoh yang "beda posisi dan tidak berpengalaman" ini memang layak untuk "dibela" dan mendapatkan pembelaan yang semestinya dari para pencintanya, siapa saja, tak hanya merah, hijau, putih, kuning, kelabu, tak hanya dari yang sekampung halaman, tapi seluruh "Wong Cilik" dan pendamba "Wong Cilik" untuk menjadi pemimpin serta memberi warna baru bagi politik Indonesia ke depan.

Menang kalah itu urusan lain, toh juga tidak pateken. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun