Kisah konyol ini berawal dari rencana akan diadakannya demonstrasi besar-besaran di kota Solo oleh beberapa elemen masyarakat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk acara-acara semacam demonstrasi dsb, apalagi skala besar, aparat keamanan (Pak Polisi) selalu mengadakan pemetaan dan pendekatan sebelumnya, sehingga kondisi tetap aman terkendali tidak terjadi sesuatu “gangguan” apapun yang tidak dikehendaki bersama.
Pagi itu, sekitar 3 (tiga) orang anggota Polsek Serengan datang berkunjung ke tempat salah satu elemen masyarakat pemrakarsa demonstrasi. Dari ketiga petugas tersebut, satu diantaranya ternyata adalah Ibu Kapolsek Serengan yang baru saja dilantik (menjabat).
Kebetulan di tempat itu Ibu Kapolsek bertemu dengan seorang anggota (aktivis) yang sedang piket jaga. Maksud hati Bu Kapolsek ini menanyakan persiapan demonstrasi, si aktivis “jaga” yang tidak tahu menahu update informasi demo itu justru mempromosikan produk beras organiknya, maklum marketing.
Entah karena benar-benar tertarik atau cuma ewuh-pakewuh (basa-basi), Bu Kapolsek pun order beras dari kawan itu, 10 Kg. Tapi ia minta dikirim langsung ke kantor besok, karena saat itu ia sedang bertugas.
Keesokan harinya, kawan ini bersiap mengantarkan 10 kg beras yang ia bungkus rapi dalam tas plastik warna hitam.
Entah karena buru-buru atau saking girangnya mendapat pesanan, kawan ini pun seakan “berbelok arah” menuju Polsek Laweyan yang memang lebih dekat dari kantornya. Disana ia langsung ditemui oleh Bapak Kapolsek Laweyan. Ia pun menanyakan maksud dan tujuan kawan ini.
“Mengantar pesanan beras Ibu Kapolsek pak, kemarin beliau pesan dan minta diantar ke kantor.“, jawab kawan ini pede.
Bapak Kapolsek pun kelihatan menggerutu atas “ulah” istrinya yang dirasa kurang "pas", pesan barang untuk diantar ke kantor polisi.
“Sudah taruh aja di situ, Mas!“, kata Bapak Kapolsek dan langsung mengambil hape menghubungi istrinya.