Mohon tunggu...
Roko Patria Jati
Roko Patria Jati Mohon Tunggu... Dosen - A Scholar Forever

A teacher plus scholar forever...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Amerika yang Konspiratif

26 Juni 2012   08:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:31 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam rangka mendukung pemikiran konspiratif, mereka dengan sukarela menerjemahkan kitab suci untuk itu, dimana King George III disebut sebagai Anti-Kristus.

"When God is about to turn the earth into a paradise, he does not begin his work there is some growth already, but in the wilderness" (Jonathan Edwards)

"Ketika Tuhan hendak mengubah bumi menjadi surga, dia tidak memulai pekerjaannya sehingga semuanya 'telah tumbuh', tapi dalam hutan belantara."

"The stage is set, the destiny disclosed. It has come about by no plan of our conceiving, but by the hand of God who led us into this way. We cannot turn back" (Woodrow Wilson)

"Panggung telah disiapkan, takdir telah terungkap. Semua telah datang tanpa rencana yang kita susun melainkan melalui tangan Tuhan yang mengarahkan kita pada jalan ini. Kita tidak dapat kembali lagi"


Pasca merdeka di tahun 1780an dan 1790an, pemikiran konspiratif bukannya mereda. Perjuangan untuk mengendalikan Republik Baru diwarnai tuduhan konspirasi dan perlawanan sehingga marak pemberontakan-pemberontakan di Amerika.

Kesuksesan revolusioner kemudian meningkatkan aspirasi pada tujuan Amerika serta menggugah keinginan konspirator baru untuk merusak pekerjaan di dalam dan luar rumah Republik tersebut. Di satu sisi, keragaman Amerika telah mampu memberikan energi pada dinamika nasional, tapi disisi lain keragaman ini memperdalam kecurigaan terhadap identitas asing dan mengikis "rasa" keamanan nasional (national security).

Akhirnya, berkumandang bersama nilai-nilai inti Amerika lainnya, serta diisi dengan bahan bakar seperti etnik, rasial, dan perbedaan relijius, Pemikiran Konspiratif telah menjadi bagian dari "TRADISI AMERIKA" hingga kini.

Nah, bagaimana dengan posisi Pemikiran Konspiratif di Indonesia??

Saatnya menunggu tulisan aktual, inspiratif, bermakna serta menarik dari Kompasianer lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun