"Aku arwah pertapa gunung kursi ini. Tempat keramat ini harus dijaga kebersihan dan kelestarian hutannya agar kekeramatannya tetap terjaga." Jawaban suara gaib.
Joko diminta untuk menjaga kebersihan dan keletarian hutan area gunung kursi tersebut.
"Baiklah kalau itu keinginanmu" Jawab Joko sambil ketakukan.Â
Sejak saat itu, Joko rajin membersihkan dan menanam pohon di Gunung Kursi atas permintaan suara gaib yang diduganya adalah roh sang pertapa. Ia pun mendirikan kelompok pelestari Gunung Kursi yang diikuti banyak warga sekitar.
Dengan seiring berjalannya waktu, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, dan berjalan hingga puluhan tahun sampai saat ini masyarakat sekitar mengakui bahwa bukit tersebut yang ada peninggalan batu yang hampir menyerupai kursi, maka bukit tersebut dinamakan Gunung Kursi.
Pada saat ini Gunung Kursi sebagai aset Desa Tegalrejo, namun demikian Gunung Kursi tersebut diserahkan kepada masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai penghijauan agar tanah dari Gunung Kursi tidak terjadi longsor pada musim penghujan.
Pemerintah Desa Tegalrejo bersama dinas pariwisata Kabupaten Lumajang mempunyai rencana akan membuat objek wisata di puncak bukit Gunung Kursi itu. Karena di puncak bukit itu ada peniggalan dari zaman penjajahan Jepang berupa Gua Jepang. Konon kabarnya Gua tersebut oleh Jepang dibuat mengintai musuh yang lewat dari jalur Samudra Hindia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H