Pengenalan Novel
Padma sejak kecil tinggal di Talang bersama dengan kakeknya, Abu Syik. Talang adalah sebuah ladang terpencil di daerah Padang, Sumatera Barat. Jarak antar rumah satu dengan lainnya cukup jauh. Tidak ada sekolah apalagi mall atau supermarket. Untuk ke pasar saja perlu beberapa jam jalan kali.
Sejak kecil hidup Padma penuh dengan berbagai latihan. Mulai lari sambil membawa ember air, latihan melompat setinggi mungkin, bahkan latihan meracik racun yang mematikan. Setiap berhasil menyelesaikan tantangan, maka kakeknya akan menambah tantangan baru. Padma hanya diam dan menuruti apa yang diperintahkan kakeknya. Dia hanya berfikir kenapa kakeknya berbuat seperti itu terhadapnya.
Meskipun di Talang tidak ada sekolah, tetapi Padma bisa membaca. Abu Syik sering membawakan berbagai buku pengetahuan untuk dibaca Padma. Jadi, meskipun dia tidak sekolah, dia mempunyai pengetahuan yang luas tentang berbagai ilmu pengetahuan
Saat Abu Syik pergi, Padma pergi mengunjungi tempat favoritnya yaitu pohon tumbang yang ada di dalam hutan. Di mana untuk ke tempat tersebut dia harus berjalan sekitar 2 jam. Di sana Padma bertemu dengan Agam, anak laki-laki seumuran dengannya. Anak tersebut ternyata juga tinggal di Talang bersama Bapak dan Ibunya. Padma mempunyai sebutan lain untuk Agam yaitu monyet karena tempat mereka bertemu pertama kali terdapat banyak monyet.
Saat Padma berumur 15 tahun, dia mendapatkan misi pertamanya yaitu membunuh seluruh pekerja di ladang ganja dengan cara menuangkan racun ke dalam minuman mereka. Misi tersebut berhasil dan setelah itu ladang ganja tersebut dibakar oleh Abu Syik. Sehingga tidak ditemukan bukti kejahatan mereka.
Usia Padma menjelang 18 tahun saat dia menjalankan misi ke dua. Beberapa bulan kemudian Abu Syik meninggal dunia. Setelah acara pemakaman kakeknya selesai, Padma berkemas untuk meninggalkan Talang. Berbekal uang yang ditinggalkan kakeknya tersebut, dia pergi menemui seseorang di ibu kota.
Sesampai di ibu kota, Padma memilih tidak menemui orang yang disebutkan di alamat yang ditinggalkan kakeknya. Dia memilih kuliah tanpa pernah mendaftar secara resmi karena dia tidak mempunyai ijazah. Tetapi, keinginannya untuk belajar begitu besar. Sehingga, Padma memilih menjadi mahasiswa abal-abal yang bisa berpindah-pindah fakultas untuk mengikuti mata kuliah yang dia sukai mulai dari ekonomi, hukum hingga bahasa. Dan, tentunya tanpa perlu membayar biaya kuliah.
Selama kuliah, Padma memiliki teman akrab yang tinggal satu kos denganya yaitu Nina yang mahir komputer. Nina seorang gadis yang berperawakan gendut dan rambut keriting. Dia jarang sekali keluar kamar kalau tidak ada perlu yang mendesak. Namun, tidak ada yang menyangka kalau dia adalah seorang hacker yang mampu menulis nilai ujiannya sendiri tanpa perlu mengikuti ujian.
Tiba-tiba suatu hari ada polisi yang mendatangi kos mereka karena menerima laporan kalau bapak kos sudah tidak pulang selama tiga hari. Hilangnya bapak kos membuat Padma dan Nina bahu membahu mencari tahu keberadaan bapak kos tersebut. Hingga setelah mengalami peristiwa muncullah satu nama Kaisar, orang dibalik hilangnya bapak kost Padma.
Selain itu Padma juga mempunyai teman yaitu Sapti, seorang yang ahli membuat dokumen aspal atau asli tapi palsu. Kemampuannya membuat dokumen tidak perlu diragukan karena ketika digunakan tidak ada pihak yang mengetahuinya. Padma, Nina dan Sapti saling bekerja sama untuk mencari Kaisar. Setelah melalui perjalanan panjang, pada akhirnya mereka menemukan juga siapa itu Kaisar. Sehingga mereka mengatur pertemuan di suatu tempat.
Tema
Aksi, Politik, Cinta
Gaya Kepenulisan
Gaya kepenulisan dalam novel "Tanah Para Bandit" karya Tere Liye memiliki beberapa ciri khas yang menonjol:
1. Deskriptif dan Detail: Tere Liye dikenal dengan kemampuannya menggambarkan adegan-adegan dengan sangat detail, terutama adegan pertarungan. Setiap gerakan dan suasana digambarkan dengan jelas sehingga pembaca bisa membayangkan situasi yang terjadi.Â
2.Langsung dan To the Point: Cerita disampaikan secara langsung tanpa banyak basa-basi, membuat setiap halaman terasa penting dan tidak bertele-tele.
3.Kritik Sosial: Novel ini sarat dengan kritik sosial terhadap ketidakadilan dan korupsi. Tere Liye menggunakan narasi yang kuat untuk menyampaikan pesan moral dan kritik terhadap struktur kekuasaan yang korup.
4.Karakter yang Kuat: Tokoh-tokoh dalam novel ini digambarkan dengan karakter yang kuat dan kompleks, terutama tokoh utama, Padma, yang digambarkan sebagai perempuan tangguh dan cerdas.
5.Narasi yang Mengalir: Gaya penulisan Tere Liye membuat cerita mengalir dengan lancar, memudahkan pembaca untuk mengikuti alur cerita dan terlibat dalam petualangan tokoh-tokohnya.
Kelebihan
1.Alur cerita yang penuh aksi dan ketegangan membuat pembaca terus ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Setiap bab membawa kejutan dan konflik baru yang menarik.
2.Tokoh-tokoh dalam novel ini, terutama Padma, digambarkan dengan sangat mendalam dan memiliki perkembangan karakter yang signifikan. Ini membuat pembaca bisa merasakan emosi dan perjuangan mereka.
3.Novel ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang kuat dan kritik terhadap ketidakadilan sosial dan korupsi. Tere Liye berhasil menggabungkan cerita fiksi dengan isu-isu nyata yang relevan.
4.Gaya penulisan Tere Liye yang deskriptif dan langsung membuat cerita mudah diikuti dan dinikmati. Narasi yang mengalir dengan baik membuat pembaca betah membaca dari awal hingga akhir.
5.Latar tempat di perkampungan terpencil di lereng Bukit Barisan memberikan nuansa yang unik dan eksotis, menambah daya tarik cerita.
Kekurangan
1.Beberapa pembaca mungkin merasa bahwa alur cerita bergerak terlalu cepat, sehingga beberapa detail penting atau pengembangan karakter bisa terasa kurang mendalam.
2.Meskipun karakter utama seperti Padma digambarkan dengan baik, beberapa karakter pendukung mungkin tidak mendapatkan pengembangan yang cukup, sehingga terasa kurang hidup atau kurang berkesan.
3.Bagi pembaca yang sudah familiar dengan karya-karya Tere Liye sebelumnya, tema ketidakadilan sosial dan korupsi mungkin terasa berulang dan kurang segar.
4.Ada beberapa bagian dialog yang mungkin terasa kurang alami atau terlalu formal, mengurangi keaslian interaksi antar karakter.
5.Beberapa pembaca mungkin merasa bahwa penyelesaian konflik atau akhir cerita diselesaikan terlalu cepat dan kurang memuaskan, meninggalkan beberapa pertanyaan yang belum terjawab.
Kesimpulan
Novel ini menggambarkan dunia di mana ketidakadilan dan korupsi merajalela. Di "Tanah Para Bandit", segala sesuatu bisa diatur dengan uang, dan tidak ada perbedaan antara penjahat dan orang terhormat. Tere Liye menggunakan narasi ini untuk menyampaikan kritik sosial terhadap ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI