Mohon tunggu...
rokhayah ok
rokhayah ok Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyukai konten tentang kebersahajaan kehidupan kampung.

Selanjutnya

Tutup

KKN

Masih Menunggumu

30 Juni 2024   20:16 Diperbarui: 30 Juni 2024   20:21 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://unp.ac.id/news/08-09-2023

" Iya. Kenapa? Ayo lekas naikkan barang-barang kita ke dalam, nanti keburu malam kita sampai." Tanpa menunggu jawabanku ketua segera mengomandoi kami sembari mengangkat barangnya duluan ke atas angkot. Dia benar-benar cocok jadi ketua, batinku. Sigap dan selalu memberi contoh. Kami pun ikut bergerak mengangkat barang-barang kami ke atas angkot. lagi-lagi ketua sudah berinisiatif menyusun barang-barang kami di dalam angkot agar muat seluruhnya. Kemudian kami menyusul satu persatu masuk ke dalam angkot. Ketua melemparkan salah satu tas berwarna hijau army ke pangkuanku. Aku terkejut dan melotot menatapnya. 

" Tolong dipangku, itu tas saya." ucapnya. Aku baru membuka mulut hendak protes, tetapi ia lanjut menukas

" Jangan protes! " Ia mengacungkan telunjuk ke hadapanku. Kawan-kawan yang lain hanya menoleh sekilas. Tak berminat menanggapi atau sekedar berempati ke padaku, mungkin mereka juga lelah setelah perjalanan selama kurang lebih 6 jam yang melelahkan tadi. 

Aku mengomel habis-habisan di dalam hati. Wajahku tidak bisa menyembunyikan kekesalan hatiku. Tentu saja aku bersungut-sungut. Sementara ketua sudah mulai terlelap, ia menyandarkan kepalanya ke samping kirinya, ke tumpukan tas kami. Kawan yang laki-laki ada yang berdiri di pintu angkot, yang lain duduk menghadap ke luar, menyaksikan pemandangan alam pegunungan yang indah. Ladang sayur menghijau di sepanjang kiri dan kanan jalan. Aku sejenak lupa dengan rasa lelah dan juga rasa kesalku. Pemandangan yang tak pernah kusaksikan sepanjang hayatku. Alam pegunungan memang sungguh memesona. 

Tetiba salah satu teman wanitaku bersorak heboh.

" Hai... lihat! Ada apa itu, kenapa burung-burung itu berputar-putar di atas lokasi itu?!" telunjuknya menunjuk ke arah langit senja. Semua orang di dalam angkot terkejut dengan teriakannya, termasuk aku. Aku berupaya melihat ke arah yang ditunjuk oleh telunjuk temanku tadi. Ketua membuka mata sebentar lalu melanjutkan tidurnya. Teman lelaki lain tertawa, apalagi melihatku sibuk ingin menjulurkan kepala keluar jendela. 

" Biasa itu, burung walet," celetuk seorang teman lelaki.

" Burung atau kalong? " tegas teman yang lain. 

" Kalong itu! Mau cari tempat tidur." sahutku cepat. 

" Iya ya, kalau burung koq gede amat." teman wanitaku yang berteriak tadi bergumam. Akhirnya kami terdiam lagi. Semilir angin senja yang dingin menampar-nampar muka kami yang memandang keluar jendela angkot. Meski jalan aspal mulus kami tetap berguncang berayun-ayun, apalagi medan jalan pegunungan  yang naik turun. Duh, ngantuk sekali. Tetiba aku dikejutkan dengan tarikan kasar ketua yang mengambil paksa tas di atas pangkuanku. Lagi-lagi aku melotot.  Ia juga melotot kali ini.

" Jangan tidur, dah mau nyampe." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun