Mohon tunggu...
rokhayah ok
rokhayah ok Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyukai konten tentang kebersahajaan kehidupan kampung.

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Masih Menunggumu

30 Juni 2024   20:16 Diperbarui: 30 Juni 2024   20:21 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://unp.ac.id/news/08-09-2023

Di senja yang merona, aku duduk di tepian jendela rumah peninggalan orangtuaku. Rumah kuno dengan arsitektur semi Belanda-Jawa yang tetap kupertahankan keasliannya. Ah, atau itu alasanku saja karena selain demi merawat kenangan bersama orangtuaku dan saudara-saudaraku di masa tumbuh kami, aku juga tidak memiliki cukup uang untuk merenovasi rumah ini. Bahkan sekedar mengganti atap genting tanahnya yang sudah banyak yang bocor. 

Apalah daya gajiku sebagai tenaga pengajar di sebuah sekolah negeri di lingkungan tempat tinggalku selalu terpakai buat yang lain; SPP anak sekolah, operasional dapur dan rukun bertetangga yang tiada habisnya, belum lagi jika ada hal-hal genting lainnya seperti membantu saudara yang sedang dililit kesusahan. Sehingga memperbaiki rumah tua ini bukan prioritas terbesarku. Aku menoleh ke samping kananku. Seekor kecing berwarna belang hitam putih mengelus-eluskan kepalanya ke paha kananku, lalu kemudian beranjak ke pangkuanku. Berdua kami menatap senja yang yang sepi. Ingatanku melayang jauh saat menatap awan senja yang berarak menutupi sang mentari yang tidak lagi garang seperti siang tadi.

Puluhan tahun lalu, atau tepatnya sekitar tahun 2001 aku pernah menjejakkan kaki di bumi Luhak Nan Tuo, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Saat itu aku dan kawan-kawanku sedang melaksanakan Program KKN (Kuliah Kerja Nyata) dari perguruan Tinggi  tempat kami menimba ilmu. Program ini menjadi mata kuliah pilihan di fakultasku pada saat itu. Kami Mahasiswa semester enam diperbolehkan untuk memilih program tersebut atau memilih program magang di kantor-kantor setrategis sesuai Program kekhususan yang diambil di semester enam untuk penjurusan dalam penulisan skripsi. 

Aku memilih program KKN karena tidak diharuskan mencari dan mengajukan sendiri lokasi penempatan seperti dalam program magang. Kebayang gak sih, manusia introvert macam aku harus mencari kantor untuk magang dan mengajukan diri untuk diterima magang di sana, lalu melaporkan lagi ke Biro Fakultas jika diizinkan magang di kantor tertentu. Hellow, aku bukan orang se-survive itu. Maka program KKN menjadi pilihan terbaik bagiku, di samping bisa bergabung bersama dengan kawan-kawan dari  fakultas lain. Aku sudah bisa membayangkan asyiknya mengikuti program ini waktu itu. 

Benar saja kami sudah dibagi dan dikelompokkan oleh universitas sekaligus lokasi penempatan juga sudah ditentukan. Kebetulan kelompokku terdiri dari delapan orang anggota yaitu empat cowok dan empat cewek. Lokasi yang akan kami datangi untuk mengabdi selama kurang lebih tiga bulan. Kami pun mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Menyadari lokasi yang akan kami datangi nanti adalah daerah kaki gunung, maka aku sibuk mempersiapkan jaket dan selimut tebal. Ibuku yang kala itu kuhubungi melalui telepon dari wartel ( warung telekomunikasi ) segera mengirimkan perbekalan dan juga beberapa bahan makanan yang dibutuhkan. Oh, ibu. Semoga Tuhan menempatkanmu di Surga-Nya. Aamiin... 

Setelah perbekalan cukup, dan anggota sudah siap, kami pun berangkat ke lokasi tujuan dengan diantar oleh dosen pembimbing kami dengan menggunakan bus besar secara berombongan dengan kelompok lain yang masih berdekatan dengan lokasi kami tersebut. Di sepanjang perjalanan kami bersenda gurau, tak jarang kami terdiam membayangkan lokasi yang akan kami tuju. Akankah menyenangkan atau justeru menyedihkan. Salah satu anggota yang kami tuakan sebagai ketua sudah men-survey lokasi sebelumnya, jadi ia cukup tahu banyak dengan lokasi tujuan kami tersebut. 

Bus tidak mengantarkan kami sampai ke titik lokasi tetapi hanya sebatas sampai di jalan lintas nasional saja. Untuk menempuh perjalanan sampai ke lokasi berikutnya kami gunakan kendaraan yang sesuai dengan kearifan lokal setempat dan merupakan satu-satunya jenis kendaraan yang bisa mengangkut kami sampai ke sana, apalagi jika bukan angkot. ya, angkot adalah satu-satunya jenis kendaraan yang dijadikan alat transportasi warga setempat untuk membawa hasil kebun dan juga belanja ke kota. 

Jangan ditanya modelnya seperti apa. Jangan pula membayangkan angkot yang ugal-ugalan dengan musik yang keras menggelegar seperti di kota-kota besar, bahkan ada angkot yang dilengkapi dengan video dan sound system besar yang memenuhi angkot. Pokoknya angkot kearifan lokal tempat kami KKN sangat adem, bebas musik keras, dan tentu saja warnanya hijau muda atau hijau pupus. Uh, sangat damai sekali bukan? 

" Kita naik angkot ini sampai ke tempat kita menganbdi nanti, ya. Sekitar empat puluh lima menit dari sini." Terang ketua.

" Empat puluh lima menit?" tanyakku dengan menaikkan intonasi suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun