KURIKULUM
Kurikulum adalah rencana pembelajaran untuk program pendidikan dan berfungsi sebagai garis besar untuk sistem pendidikan secara keseluruhan. Istilah "kurikulum" sering digunakan dan digunakan dalam hampir semua jenis pendidikan. Kurikulum dibuat oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (kemendikbudristek) pemerintah pusat untuk mencapai beberapa tujuan pendidikan utama. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum memainkan peran yang sangat penting dan strategis dalam mencapai tujuan akademik.Â
Tujuan kurikulum mencakup pokok-pokok materi, bentuk kegiatan, kegiatan evaluasi, dan tujuan yang harus dicapai atau direalisasikan. Kurikulum tidak hanya menekankan materi atau mata pelajaran tertentu, namun lebih jauh lagi, yaitu menekankan semua pengalaman belajar yang diterima siswa dan bagaimana hal itu berdampak pada perkembangan pribadinya (Caswel & Campbell dalam Ibrahim, 2014).
Kurikulum di Indonesia terus berubah dari periode ke periode karena berbagai alasan dan rasionalisasi. Keberadaan kurikulum memberi pengaruh yang signifikan pada kualitas pendidikan di negara ini. Pada awal kemerdekaan, kurikulum pertama ialah Kurikulum 1947, kemudian berganti secara beruntut dengan Kurikulum 1952 "Rentjana Pelajaran Terurai 1952", Kurikulum 1964 "Rencana Pendidikan 1964", Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984 "Kurikulum 1975 yang disempurnakan", Kurikulum 1994, Suplemen Kurikulum 1999, Kurikulum 2004, "KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)", dan Kurikulum 2006 KTSP, Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat (2020), serta terbaru ialah Kurikulum Merdeka (2022). Sejak awal kemerdekaan Indonesia hingga saat ini, kurikulum telah berubah dua belas kali.Â
Program pembelajaran Kurikulum 2013 memfokuskan kemandirian siswa dalam belajar. Dalam Kurikulum 2013 disajikan peluang untuk membentuk pengetahuan pribadi peserta didik sesuai dengan pemahamannya. Terdapat empat kompetensi yang dicakup dalam kurikulum 2013, yaitu kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 mencakup empat kompetensi, yakni kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.Â
Kurikulum Darurat merupakan sebuah rencana pengajaran yang disusun untuk menghadapi situasi darurat atau keadaan khusus yang memengaruhi proses pendidikan. Kurikulum Darurat di masa pandemi Covid-19 tidak mewajibkan peserta didik untuk menuntaskan seluruh capaian pada kurikulum tersebut sehingga dapat dipahami bahwasannya Kurikulum Darurat merupakan Kurikulum 2013 yang disederhanakan guna menghadapi pandemi ini. Aktivitas pembelajaran berdasarkan Kurikulum Darurat mengoptimalkan capaian kompetensi literasi dan numerasi pada semua mata pelajaran.Â
Kurikulum Merdeka merupakan perkembangan dari kurikulum sebelumnya yang menjadi kerangka kurikulum yang lebih fleksibel. Kurikulum ini merujuk pada materi esensial sehingga cukupnya waktu untuk berfokus dalam pembelajaran. Pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik merujuk pada literasi dan numerasi sebagaimana telah diterapkan pada kurikulum darurat. Pada Kurikulum Merdeka terdapat pembelajaran intrakurikuler yang beragam sehingga media yang digunakan akan lebih optimal untuk peserta didik dalam mempunyai waktu yang cukup untuk mendalami konsep dan mengukuhkan kompetensi. Kurikulum ini mendukung pemulihan dalam pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan soft skills dan karakter peserta didik yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Proyek tersebut tidak terikat pada mata pelajaran karena tidak dituntut untuk mencapai target capaian pembelajaran.Â
KEBUTUHAN DUNIA KERJA
Sebagaimana umum diketahui bahwa kebutuhan dunia kerja banyak dipengaruhi oleh keterampilan yang dihasilkan dari Kompetensi Dasar (KD) atau Tujuan Pembelajaran (TP) yang ada dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya, misalnya keterampilan menulis surat lamaran, keterampilan mengungkapkan pendapat, dan masih banyak lainnya.Â
Kebutuhan dunia kerja berkaitan erat dengan keterampilan melakukan suatu tindakan atau pekerjaan. Keterampilan menurut penjabaraan Dunnette (1976), merupakan kemampuan untuk melakukan beberapa tugas yang dihasilkan dari pengalaman dan pengembangan diri. Sejalan dengan Dunnette, Wahyudi (2002) menyatakan bahwa keterampilan merupakan hal yang diperoleh dalam praktek berkaitan dengan kemampuan atau keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan. Kebutuhan dunia kerja berkaitan erat dengan keterampilan melakukan suatu tindakan atau pekerjaan. Keterampilan melakukan atau melaksanakan tugas dengan cermat dan tepat merupakan kebutuhan utama dalam dunia kerja. Gordon (1999) menguraikan bahwa keterampilan adalah kemampuan untuk mengoperasikan dalam pekerjaan dengan cara mudah dan cermat.Â
Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 terdapat 120 kompetensi dasar pada jenjang SD, 100 kompetensi dasar pada jenjang SMP, dan 104 kompetensi dasar pada jenjang SMA. Jumlah kompetensi dasar dalam kurikulum 2013 yang sesuai dengan kebutuhan kerja pada jenjang SD ada 22 butir, pada jenjang SMP ada 18 butir, dan pada jenjang SMA ada 28 butir. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Darurat terdapat 66 kompetensi dasar pada jenjang SD, 32 kompetensi dasar pada jenjang SMP, dan 40 kompetensi dasar pada jenjang SMA. Jumlah kompetensi dasar dalam Kurikulum Darurat yang sesuai dengan kebutuhan kerja pada jenjang SD ada 24 butir, pada jenjang SMP ada 8 butir, dan pada jenjang SMA ada 14 butir. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Merdeka terdapat 71 tujuan pembelajaran pada jenjang SD, 32 tujuan pembelajaran pada jenjang SMP, dan 70 tujuan pembelajaran pada jenjang SMA. Jumlah tujuan pembelajaran dalam kurikulum merdeka yang sesuai dengan kebutuhan kerja pada jenjang SD ada 34 butir, pada jenjang SMP ada 16 butir, dan pada jenjang SMA ada 30 butir.
ANALISIS BERDASARKAN KEBUTUHAN DUNIA KERJA
Berdasarkan pendapat Robert L Katz yang dikutip oleh (Silalahi, 2002), ia mengidentifikasi atau mengenali setiap keterampilan yang dipaparkannya bahwa terdapat beberapa jenis keterampilan, yaitu keterampilan teknik, keterampilan administratif, keterampilan hubungan manusia, keterampilan konseptual, dan keterampilan diagnostik.
Keterampilan Teknik
Kemampuan khusus untuk melaksanakan tugas atau kemampuan menggunakan teknik-teknik, alat-alat, prosedur, dan pengetahuan yang ada di lapangan dengan spesialisasi secara tepat dalam melaksanakan tugasnya dikenal sebagai keterampilan teknik. Berkaitan dengan keterampilan khusus, pemimpin harus memiliki keterampilan teknik yang sebagaimana penjabaran Yukl (1994) bahwa keterampilan teknis mencangkup pengetahuan tentang metode, proses, prosedur, dan teknik untuk melakukan kegiatan tertentu, serta kemampuan untuk menggunakan alat-alat yang relevan untuk melakukan kegiatan tersebut.Â
Dalam Kurikulum 2013, KD (kompetensi dasar) atau TP (tujuan pembelajaran) yang membentuk keterampilan teknik ditemukan sebanyak 4 butir, dengan rincian jenjang SD 3 butir, jenjang SMP 1 butir, dan jenjang SMA tidak ditemukan. Dalam Kurikulum Darurat ditemukan 3 butir, dengan rincian jenjang SD 3 butir, jenjang SMP tidak ditemukan, dan jenjang SMA tidak ditemukan. Sedangkan dalam Kurikulum Merdeka ditemukan 5 butir, dengan rincian jenjang SD tidak ditemukan, jenjang SMP tidak ditemukan, dan jenjang SMA 5 butir. Berikut disajikan KD dan TP beserta contoh pengaplikasiannya berdasarkan kebutuhan dunia kerja.Â
Keterampilan Administratif
Robert L Katz (dalam Silalahi, 2002) mendefinisikan keterampilan administratif sebagai kemampuan peserta didik untuk dapat mengurus, mengatur, mencatat informasi tentang pelaksanaan yang akan dipaparkan pada hasil yang dicapai serta berbagai hambatan-hambatan yang dialami maupun kemampuan dalam mengikuti kebijakan dan prosedur.
Dalam Kurikulum 2013, KD (kompetensi dasar) atau TP (tujuan pembelajaran) yang membentuk keterampilan administratif ditemukan sebanyak 28 butir, jenjang SD 8 butir, jenjang SMP 8 butir, dan jenjang SMA 12 butir. Pada Kurikulum Darurat ditemukan 18 butir, jenjang SD 8 butir, jenjang SMP 5 butir, dan jenjang SMA 5 butir. Sedangkan pada Kurikulum Merdeka ditemukan 25 butir, jenjang SD 6 butir, jenjang SMP 9 butir, dan jenjang SMA 10 butir. Berikut disajikan KD dan TP beserta contoh pengaplikasiannya berdasarkan kebutuhan dunia kerja.Â
Keterampilan Hubungan ManusiaÂ
Kemampuan untuk memahami dan mendorong orang lain baik secara individu maupun kelompok dikenal sebagai keterampilan hubungan manusia. Kemampuan ini termasuk kemampuan untuk memilih karyawan, membangun dan mempertahankan hubungan yang baik, memahami orang lain, memberi inspirasi dan bimbingan, dan mempengaruhi karyawan baik secara individu maupun kelompok (Iskandar: 2017).Â
Dalam Kurikulum 2013, KD (kompetensi dasar) atau TP (tujuan pembelajaran) yang membentuk keterampilan hubungan manusia ditemukan sebanyak 8 butir. Pada jenjang SD terdapat 5 butir, di jenjang SMP tidak ditemukan KD keterampilan hubungan manusia, dan jenjang SMA terdapat 3 butir. Dalam Kurikulum Darurat ditemukan 7 butir, jenjang SD 6 butir, jenjang SMP tidak ditemukan KD keterampilan hubungan manusia, dan jenjang SMA 1 butir. Sedangkan dalam Kurikulum Merdeka ditemukan 18 butir, jenjang SD 14 butir, jenjang SMP 2 butir, dan jenjang SMA 2 butir. Berikut disajikan KD dan TP beserta contoh pengaplikasiannya berdasarkan kebutuhan dunia kerja.Â
Keterampilan KonseptualÂ
Kemampuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, serta kemampuan untuk mengatur dan mengintegrasikan semua aktivitas dan kepentingan organisasi atau kemampuan mental untuk menggunakan informasi tersebut dikenal sebagai keterampilan konseptual. Swiderski (2006) menjabarkan bahwa keterampilan analitik umum, daya berpendapat, dan proses berpikir logis dikenal sebagai keterampilan konseptual. Â
Dalam Kurikulum 2013, KD (kompetensi dasar) atau TP (tujuan pembelajaran) yang membentuk keterampilan konseptual ditemukan sebanyak 3 butir, dengan rincian jenjang SD 1 butir, jenjang SMP 1 butir, dan jenjang SMA 1 butir. Dalam Kurikulum Darurat ditemukan 5 butir, dengan rincian jenjang SD 3 butir, jenjang SMP 2 butir, dan jenjang SMA tidak ditemukan. Sedangkan dalam Kurikulum Merdeka ditemukan 17 butir, dengan rincian jenjang SD 10 butir, jenjang SMP 2 butir, dan jenjang SMA 5 butir. Berikut disajikan KD dan TP beserta contoh pengaplikasiannya berdasarkan kebutuhan dunia kerja.Â
Keterampilan DiagnostikÂ
Kemampuan untuk membuat keputusan melalui analisis dan pengujian hakekat suatu kondisi tertentu disebut keterampilan diagnostik. Keterampilan diagnostik juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan secara cepat menemukan sebab yang benar dari suatu situasi tertentu melalui data simpang siur, observasi, dan fakta-fakta. Keahlian diagnostik mengacu pada kemampuan untuk memvisualisasikan respons terbaik terhadap suatu situasi (Pertiwi, dkk., 2017).Â
Dalam Kurikulum 2013, KD (kompetensi dasar) atau TP (tujuan pembelajaran) yang membentuk keterampilan diagnostik ditemukan sebanyak 25 butir, jenjang SD 5 butir, jenjang SMP 8 butir, dan jenjang SMA 12 butir. Pad Kurikulum Darurat ditemukan 13 butir, jenjang SD 4 butir, jenjang SMP 1 butir, dan jenjang SMA 8 butir. Sedangkan pada Kurikulum Merdeka ditemukan 16 butir, jenjang SD 5 butir, jenjang SMP 3 butir, dan jenjang SMA 8 butir. Berikut disajikan KD dan TP beserta contoh pengaplikasiannya berdasarkan kebutuhan dunia kerja.
DAFTAR RUJUKAN
Ibrahim, M. (2014). Hakikat kurikulum dan Pembelajaran. Modul Pembelajaran , 1-42.Â
Iskandar, J. (2017). Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah. Idaarah: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(1).Â
Gordon, D. (1999). Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Dunnette (1976). Keterampilan Pembukuan. Jakarta : PT. Grafindo Persada.
Pertiwi, A. K., Cahyani, S. S. A., Diana, R. C., & Gunawan, I. (2017). Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Etika: Suatu Kajian Interaksi Simbolik Kyai dan Santri. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan: Sinergitas Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Penguatan Pendidikan Karakter, Universitas Negeri Malang, Malang (Vol. 16, pp. 1-9).
Silalahi, U. (2002). Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen. Bandung : Mandar Maju.Â
Wahyudi, B. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Sulita.
Yukl, Gary (1994). Â Englewood Cliffs. Leadership in Organizations. New Jersey: Prentice-Hall.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H