Ada hal yang paling tidak saya sukai jika sedang berada di rumah.
Singkatnya, saya itu selama 9 tahun ini berada di salah satu pesantren di Bangkalan, letaknya tak jauh dari alun-alun kota, artinya kehidupan dan suasananya jauh berbeda dengan kampung saya dirumah.
Untuk liburan, setiap tahun kita para santri dapat 2x jatah liburan.
Ramadhan dan maulid.
Menyambung dari awal bahwa ada hal yang paling tidak saya sukai pada waktu liburan ini, walaupun saya sudah dirumah, jika sudah hujan, mati lampu dan sinyal tiba-tiba hilang maka liburan ini seakan lebih baik dipercepat saja.
Oke, mungkin ini hanya keluhan satu orang saja yang tak akan berpengaruh walaupun bisa saja yang akan membaca adalah orang-orang yabg bekerja di PLN.
PLN setempat.
Tapi ini perwakilan suara rakyat di desaku, bahwa tolonglah beri solusi. Saya yang masih pemuda terkadang membenarkan kata-kata nenekku yang nyeloteh tak karuan ketika mati lampu hanya karena gerimis turun. Celotehannya akan lebih tidak karuan lagi saat didepan rumah lewat petugas PLN setempat untuk memperbaiki kerusakan ini dan 5 menit kemudian mas-mas petugas itupun kembali pulang.
Dengan harapan listrik kembali menyala kita(saya dan nenek) menunggu. Anehnya listrikpun menyala besok paginya.
Artinya setiap kali gerimis dimalam hari, listrik pasti padam, dan akan menyala dipagi hari,
Bukankah petugas sudah memperbaiki?
Entahlah, yang penting saya membenarkan kata-kata nenekku:
"Lampu sering mateh, PLN apokpak, bhejeren sabbhen bulen pagghun"
"Sering mati lampu, PLN mondar mandir, bayaran tiap bulan tetap"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H