Sesuatu yang dapat membunuh semangat diri sebenarnya adalah diri kita sendiri, berangkat dari pengalaman, saya adalah seseorang yang akan semangat meraih sesuatu jika ada tekanan atau ada akibat yang akan terjadi pada diri saya jika saya tidak melakukan sesuatu itu.
Ketika tekanan itu ada maka semangat ini membara, anehnya semangat ini akan hilang sejalan dengan tidak adanya tekanan.
Ibarat seorang pemanjat pohon kelapa yang akan terus memanjat hingga mendapat buah kelapa jika ada api yang membakar bokongnya dari bawah.
Betapa sayangnya orang yang seperti itu adanya.
Sejenak dengan membaca perihal kejadian tadi, seakan semangat itu selalu bersanding dengan tekanan. Tak bisa di pisah.
Sejatinya semangat dan tekanan itu harus bersamaan di awal saja, selebihnya jangan sampai ada tekanan sebelum semangat itu ada.
Yang saya sadari adalah bahwa ketika tekanan itu ada, maka itulah tanda jika semangat saya tengah goyah sehingga perlu di cambuk lagi dengan tekanan.Jadi tekanan itu lambang bahwa semangat belum terpompa.
Benarlah motivasi terbaik adalah tekanan,tapi jika hanya bergantung pada tekanan maka hasil tak akan memuaskan.
Hadirkan semangat tanpa tekanan. Semua harus di biasakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H