" menurut pandanganku, semua penilaian kalian itu salah,"
Itulah aku, selalu merasa benar. Semua yang bertolak belakang dengan ku,maka dia salah.
Hari itu tidak ada kuliah, zen mengajakku untuk menemani perjalanannya menuju kampung halaman. Tidak ada salahnya jika aku ikut.
Siang itu kami sudah sampai di lokasi, iya benar, rumah zen temanku. Siang yang tak begitu bersahabat dengan cuaca. Sepertinya akan turun hujan.
Suara adzan zhuhur terdengar.
"zen tempat wudlunya dimana?"
"itu, kalihatan kan dari sini" dia menunjuk ke arah kamar mandi sederhana di depan rumahnya.
"Ok"
Temanku yang satu ini memang paling suka tidur, adzan zhuhurpun belum bisa menyadarkannya untuk sekedar sholat. Terpakasa aku sholat sendiri.
Musholla di rumah itu sempit, aku masuk saja, tapi sajadahnya menghadap ke timur. Mungkin dari tadi belum di rapikan, saya hadapkan ke barat saja lah. Dalam hati saya ragu, takut jika aku yang tidak tahu arah barat di daerah ini. Tapi aku yakin bahwa arah barat adalah di hadapanku sekarang.
Aku pun takbir.
"hahaha....tanya dulu donk sebelum sholat, batalkan sholatmu" ejek zen dari luar.
Aku menoleh membatalkan sholatku.
"kenapa zen"
"kau menghadap ke timur bro.."
"lain kali, tanya. Jangan mengedepankan keyakinan bahwa kamu selalu benar, jika ragu tinggalkan keraguan itu"
"tidak,,aku masih yakin kalau arah bbarat itu disana"
"terserahlah, tapi nanti malam jangan menginap disini, soalnya besok kamu akan kaget melihat matahari terbit dari barat"
Ucapnya sambil mentertawaiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H