Mohon tunggu...
Roiyul Mufidah
Roiyul Mufidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama yang kerap lupa diingat, tetapi abadi terikat. Aku adalah sang Panda insomnia yang selalu bermimpi di kala malam tiba.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Malu Bertanya Sesat di Samsat (Part 2)

19 Desember 2022   12:00 Diperbarui: 20 Desember 2022   07:52 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika hendak menyerahkan kembali ke petugas loket yang berbeda, sebuah drama saya alami kembali. Map biru saya belum memiliki cap stempel verifikasi. Petugas itu pun menuntun saya untuk pergi ke sebuah loket bertuliskan "VERIFIKASI" yang letaknya tidak jauh dari loket "BALIK NAMA".

Saya pun segera pergi ke loket tersebut. Namun, petugas yang berada di balik loket itu hanya diam tidak menghiraukan kedatangan saya dan sibuk dengan pekerjaannya. Akhirnya, saya pun memutuskan untuk menunggu sebentar. Menit pun berlalu, tetapi petugas itu tidak juga menghiraukan panggilan saya.

Akhirnya, saya pun memberanikan diri untuk bertanya kepada sepasang suami-istri yang sedang mengisi formulir di depan loket itu. Ternyata oh ternyata, peletakan berkas map berada di depan. Sedikit menghembuskan napas, saya pun lekas pergi menuju arahan. Di sana banyak orang yang sedang menunggu verifikasi berkas di depan loket.

Setelah menaruh berkas map, lantas saya menghampiri Ibu dan si kecil di tempat duduk antrian formulir yang tampak sedikit sepi sembari menungu panggilan dari petugas. Tak selang berapa lama, panggilan terdengar dari sebuah pengeras suara. Lekas itu, saya pun kembali masuk ke dalam kantor bersama Ibu dan si kecil.

Saya kembali ke loket "BALIK NAMA" dan menyerahkan berkas map. Di sana memebutuhkan waktu menunggu cukup lama. Saya juga sempat berdebat dengan Ibu untuk bertanya kepada petugas perihal panggilan yang belum jua terdengar. Saya menolah bertanya, sebab sudah terlalu lelah dengan "bertanya". Ya, itulah terkadang-kadang anak muda.

Kami juga sempat kebingungan perihal panggilan akan diumumkan di loket mana. Saya pun harus mengawasi setiap pergerakan orang di sekitar loket dan siap siaga memasang telinga. Beberapa lama kemudian, sebuah panggilan terdengar dari seorang petugas berpakaian putih yang berdiri di dekat loket pembayaran.

Saya perlu mengeluarkan biaya sebesar 225 ribu untuk membayar keperluan BPKB. Kemudian seorang petugas di sebelahnya memberikan sebuah kertas antrian. Saya mendapat nomor B30 dari nomor antrian B10 yang sejak tadi sedang berjalan. Saya pun duduk di kursi antrian sembari menunggu. Namun, sejak tadi antrian itu tak kunjung berjalan.

Jam dinding yang menempel di dinding kantor menunjuk ke angka 12. Saya pun berpikir bahwa  petugasnya memang sedang ishoma. Benar saja, saat jam berada di angka satu, seorang petugas muncul di balik loket kasir 2. Antrian pun kembali berjalan cukup cepat, meski ada beberapa biuh ketidaksabaran hati agar bisa lekas pergi dari ruang yang semakin dipenuhi oleh insan itu.

Selang beberapa lama, giliran nomor antrian saya yang dipanggil. Lekas itu, saya dituntun untuk pergi ke loket cetak STNK (maaf saya lupa namanya). Di sanna saya menulis nama di buku antrian. Dari sini, saya sepenuhnya mennyerahkan antrian kepada Ibu dan berniat keluar sebab perut sudah berkeroncong.

Sembari menunggu Ibu, saya pun membeli bakso. Tak selang berapa lama, ibu keluar dari balik pintu keluar. Lekas itu, Ibu bersama si kecil pergi ke percetakan plat motor yang letaknya berdekatan dengan lokasi cek fisik. Menunggu di sana tidak terlalu lama, sebab kebetulan antrian tidak bergitu panjang. Dan, sekitar pukul 1 siang lebih, pertempuran pun telah usai.

Dari momen itu, saya mengambil beberapa pelajaran. Bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi masyarakat yang akan mengurus di Kantor Samsat Induk, yaitu sebagai berikut.

1.  Persiapan yang matang.

Berbicara mengenai kata "mengurus" pasti tidak segampang membalik telapak tangan, kecuali jika memilih jalur instan alias "bayar". Tapi, saya tidak merekomendasikan tersebut sebab membayar lebih mahal daripada aslinya. 

Lebih baik mengurus dengan tangan sendiri. Tentunya dengan persiapan yang matang, mulai dari segi berkas-berkas yang diperlukan, uang, dan strategi tentunya.

2. Persiapkan mental, kesabaran, dan tenaga

Mengurus sesuatu itu butuh tenaga, mental yang kuat, dan kesabaran. Terlebih lagi musim pembayaran pajak 5 tahun yang pasti berteman dengan kata "sangat ramai". Antrian  yang panjang tentu jadi godaan untuk menyerah saja, belum lagi tubuh yang harus berlarian ke sana kemari.

3. Jangan Malu untuk bertanya kepada siapa saja

Kamu seorang pemalu? Maka buang sifatmu itu untuk sementara ketika mengurus di Kantor Samsat Induk. Saya tidak tahu banyak soal ada atau tidaknya panduan untuk mengurus sesuatu di sana. Namun, saya tidak akan mengomentari terkait keresahan ini dengan sisi negatif. Oleh karena itu, sebaiknya bertindak secara postif saja.

Ketika berada di sana, jangan pernah sungkan untuk bertanya kepada siapa pun mengenai "bagaimana mengurus ini", atau "bagaimana mengisi ini". Jika tidak, sebaiknya telusuri dahulu tata cara mengurus sesuatu diinternet. Loket di sana tidak terlalu banyak tetapi membingungkan bagi seseorang yang pertama kali mengurus sesuatu di Kantor Samsat Induk.

Ketika namamu dipanggil, sebaiknya tanyakan pada petugas ke mana loket yang harus dituju selanjutnya. Mereka dengan senang hati akan menuntunmu ke mana harus pergi.

4. Atur Strategi

Ketika mengurus sesuatu di Kantor Samsat Induk, lebih baik membawa teman (keluarga, orang terdekat, atau siapapun untuk menemani) agar antrian pengambilan formulir dan cek fisik tidak terlalu panjang. Tiba di sana, segera pergi menuju fotokopi terdekat untuk menyalin berkas-berkas yang diperlukan. Disarankan, pergilah ke tempat fotokopi yang berada di dalam area kantor, karena kemungkinan mereka sudah hapal keperluan apa saja yang dibutuhkan untuk disalin.

Demikian cerita singkat-lumayan panjang saya ketika mengurus di Kantor Samsat Induk Kota Malang. Semoga cerita ini dapat bermanfaat bagi kamu yang sedang atau akan mengurus berkas kendaraan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun