Mohon tunggu...
Roiyul Mufidah
Roiyul Mufidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama yang kerap lupa diingat, tetapi abadi terikat. Aku adalah sang Panda insomnia yang selalu bermimpi di kala malam tiba.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Perdebatan Seputar Kejahatan Intelektual

11 Maret 2022   09:00 Diperbarui: 11 Maret 2022   09:07 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul buku                  : Kejahatan Dunia Intelektual

Penerbit                       : Inteligensia Media

Penulis                         : Agus B, Gunawan Tidore, Hermas Oesman, dkk

Tahun                           : Januari 2022

ISBN                              : 978-623-381-063-0

Ukuran, halaman    : 14,8 cm 21 cm, xviii + 166

"Ilmu dapat dipelajari oleh segala orang yang cerdas dan tajam otaknya, tetapi manusia yang berkarakter tidak bisa diperoleh begitu saja." -- Bung Hatta

Membicarakan dunia pendidikan tak luput dari pembelajaran dan ilmu pengetahuan yang tidak ada habisnya untuk disimak. Dunia pendidikan begitu dielu-elukan pemerintah dan strata masyarakat. Sebab di sanalah para generasi masa depan akan dibimbing dan dididik untuk dipersiapkan menjadi calon pemimpin dan penerus bangsa yang memiliki intelektual tinggi dan etika yang baik. Hal ini berarti bahwa intelektual dan etika menjadi tombak dunia pendidikan untuk memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kedua anasir tersebut terikat, saling berkesinambungan satu sama lain. Logikanya seperti sebuah tombak yang tidak akan terasa pas saat dilempar apabila berat mata tombak dan kayu sebagai pegangan tidak seimbang.

Maka dari itu, kedua bahan harus memiliki akurasi berat yang sesuai agar menjadi seimbang sehingga tombak dapat melecit sesuai sasaran. Sama halnya dengan intelektual dan etika, keduanya pun harus seimbang agar menjadi tombak yang pas di medan perang, masa depan bangsa. Namun, bagaimana jadinya jika tombak yang telah dirancang sedemikian rupa dicurangi pembuatnya sendiri? Jika kayu dibuat lebih kecil dari mata tombaknya, maka tombak pasti akan salah sasaran. Jika etika dicurangi dan kekuasaan atas intelektual disalahgunakan oleh para penggeraknya, maka generasi akan berantakan. Itulah yang disebut sebagai kejahatan intelektual.

Kejahatan intelektual telah lama dibahas dalam berbagai ajang perdebatan, tetapi begitu telah beranjak dari kursi, perdebatan menghilang seolah hanya gejolak angin lalu yang singgah sementara. Oleh karena itu, diterbitkannya buku "Kejahatan Dunia Intelektual" yang digagas oleh beberapa penulis terbaik dari Maluku Utara.

Buku sederhana diterbitkan sebagai upaya mengawetkan gagasan yang telah tertuang dalam pelbagai tulisan yang terbit pada rubrik opini media cetak lokal Maluku Utara, terutama pada harian umum Malut Post dan harian umum Posko Malut. Buku ini memuat opini mengenai dinamika kampus dan seputar kejahatan dunia intelektual menyangkut persoalan intelektualitas dan etika akademik. Buku yang ditulis oleh Agus B, Gunawan Tidore, Hermas Oesman, dkk merupakan ungkapan penulis mengenai masalah kejahatan intelektual yang masih terjadi negeri tercinta ini. Adapun konteks dalam buku ini memuat tulisan-tulisan yang mana gagasan di dalamnya saling berkaitan dan lahir dari perdebatan secara tekstual dan kemudian dikembangkan menjadi sebuah buku berjudul "Kejahatan Dunia Intelektual".

Pembahasan dalam setiap tulisan di buku ini mengusung opini mengenai kejahatan intelektual yang terjadi di dunia kampus. Plagiarisme, pembajakan, pelanggaran hak cipta, penyalinan buku telah kita ketahui telah marak terjadi di Indonesia bahkan hingga saat ini.

Perkembangan internet yang semakin pesat di tambah dengan ekonomi yang belum mengalami kemajuan yang sangat signifikan menjadikan para penguasa menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberi oleh rakyat. Penyalahgunaan tersebut tidak hanya berlaku di dunai pemerintahan, tetapi nyatanya juga berlaku di dunia kampus. Ego telah melahirkan akademisi sombong yang secara terang-terangan atau pun terselubung membangun defensif pada kebutuhan diri sendiri dan menganggap dirinya hanya sebagai pekerja sosial kampus yang mana juga butuh uang untuk menghidupi anak dan istri.

Praktik pembuatan skripsi dan pelanggaran akademik lainnya didasari keegoisan terhadap kebutuhan ekonomi yang seakan-akan belum mencukupi. Perbuatan para oknum intelektual nakal tersebut secara nyata dan sengaja telah mencemari dunia pendidikan yang mana seharusnya meneladani etika akademik berujung melanggar etika akademik. Dampak yang diberikan seolah hanya ancaman kecil layaknya seperti batu kecil jalanan yang tidak terlihat dan tidak perlu dikhawatirkan. Padahal, perbuatan tersebut malah akan melahirkan generasi korupsi yang baru. Disinilah eksistensi dosen sebagai pengajar dan pendidik patut dipertanyakan.

"Tidak ada sesuatu hal yang sulit dilakukan, tetapi hal yang paling sulit adalah melakukan kebaikan."

Dalam buku "Kejahatan Intelektual" ini mengungkapkan bagaimana mengkhawatirkan pelanggaran akademik yang terjadi di dunia kampus, salah satunya Universitas Muhammadiyah Maluku Utara. Penggelapan skripsi nyatanya masih merajalela, bahkan ikut melibatkan dosen yang dinilai memiliki intelektual tinggi menjadi pelaku utamanya. Tulisan demi tulisan diluncurkan, namun mampukah menggerakkan hati penguasa utama kampus, Rektor yang terhormat, untuk segera memberantas permasalahan yang telah menuangkan kegelisahan dan keprihatinan ini? Tuangan tulisan dengan bahasa yang lumayan tinggi, sebab memuat opini-opini. Penulis dengan berani menuliskan opini yang diabadikan dalam sebuah buku bahkan menulis surat rindu untuk yang terhormat Rektor Universitas. Buku ini sangat menarik untuk dibaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun