Berbicara tentang Platform Merdeka Mengajar yang rilis Februari tahun lalu tidak lepas dari seberapa efektif platform ini bagi para guru. Mengutip tujuan platform ini bersumber dari pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id bahwa :Â
Platform Merdeka Mengajar dibangun untuk menunjang Implementasi Kurikulum Merdeka agar dapat membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman tentang Kurikulum Merdeka. Platform ini juga disediakan untuk menjadi teman penggerak bagi guru dan kepala sekolah dalam mengajar, belajar, dan berkarya.
Sedikit pengalaman tentang menggunakan platform ini, sepertinya agak sedikit over thinking kalau mau membandingkan dengan aplikasi bimbel yang suka menyewa stasiun televisi saat ulang tahunnya baca (Guruguru.com). Saat membaca poster tentang platform ini saya mengira akan sangat membantu guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, namun hanya terlihat dari luarnya saja dalamnya masih banyak yang kurang.Â
Sebagai tanggung jawab atas unek-unek saya ini saya akan mengemukakan 3 masukan saat menggukan platform merdeka mengajar sekaligus kritik dan berbaikan bagi platform yang baru di rilis 1 tahun ini.
Fitur Asesmen Pembelajaran tak Selengkap Perangkat AjarÂ
Tidak dapat dipungkiri kebutuhan guru akan referensi maupun sumber belajar sangatlah penting apalagi dengan kurikulum merdeka tentu harus ada penyesuaian dengan perubahan RPP ke Modul Ajar, kita memang dapat mencari referensi di perangkat ajar kita bisa menemukan banyak sekali contoh modul ajar, buku guru, sampai buku murid. Hal ini baik tentunya bagi kami para guru tapi sebenarnya sudah banyak sekali bloger maupun website yang membagikan contoh-contoh perangkat pembelajaran di internet, namun kita secara tidak langsung sedang dikumpulkan dalam sebuah platform apalagi kontributor dari perangkat ajar ini tentunya sudah melewati beberapa saringan agar menjadi rujukan yang lengkap. Tidak salah memang hal ini akan mempermudah kita untuk mencari sumber referensi terkait perangkat pembelajaran yang kita cari, tapi sebenarnya yang guru butuhkan adalah contoh-contoh cara penerapan kurikulum merdeka, jika kita hanya disibukkan dengan perangkat saja, maka esensi dari kurikulum merdeka tidak tercapai karena guru hanya berusaha untuk memperbaiki perangkatnya saja tanpa tahu bagaimana cara menerapkan kurikulum merdeka di kelas.
Saat saya mencoba untuk mencari referensi dari contoh-contoh Asesmen Pembelajaran di fase F kelas 10 pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila, saya hanya menemukan 1 contoh asesmen tersebut. Padahal ini adalah suatu yang sangat teknis yang harus dikuasai guru untuk bisa menerapkan kurikulum merdeka, bahkan lebih penting dari perangkat pembelajaran. ya Khusnudzon saya memang platform ini masih baru dan belum banyak kontribur yang mengisi. Tapi, kalau kita berbicara tentang kualitas maka hal ini menjadi tidak baik karena, pemahaman yang masih kurang mengenai kurikulum ini tidak bisa dijawab oleh orang-orang yang sama-sama tidak tahu, misal, kita melihat referensi Asesmen Pembelajaran dari peserta diklat yang sedang memenuhi tugas AKSI NYATA. Maka, kita adalah kumpulan dari orang-orang yang tidak tahu.Â
Bukti Karya kok Asal-Asalan
Fitur ini memberikan kesempatan pada kita untuk menginspirasi para guru lain melalui video yang kita upload, perlu digaris bawahi dalam fitur ini adalah kumpulan dari karya guru bukan dari orang profesional, yang sifatnya hanyalah sharing karena tidak ada penyaringan dari platform ini, akan menyebabkan kualitas dari bukti karya perlu dipertanyakan, bisa saja guru-guru yang upload hanya ingin melewati pelatihan mandiri sebagai syarat untuk menuju pelatihan selanjutnya. Saya sempat melihat beberapa video pada fitur bukti karya, memang iya tidak ada filter siapapun bisa upload, alhasil dari segi kuallitas video, substansi yang ada dalam video kurang layak di publis dalam skala nasional.