Video kemarahan Jokowi yang diunggah akun youtube Sekretariat Presiden pada Minggu 28 Juni lalu memberikan peringatan keras dan sampai menyebut reshuffle kabinet jika para menterinya tak memiliki sense of crisis.Â
Sebenarnya rapat itu dilaksanakan tanggal 18 Juni, 10 hari kemudian baru diupload. Halini yang menimbulkan banyak pertanyaan di ruang publik.
Dalam pidato tersebut, Jokowi  beberapa kali meninggikan suaranya. Ia menyoroti kinerja di beberapa kementerian yang tak menunjukkan adanya perasaan krisis di masa pandemi covid19.
Jokowi bahkan menyatakan siap mengambil langkap extraordinary untuk mendorong perbaikan, semisal membubarkan lembaga dan mereshuffle kabunet.
Memang benar adanya sebagaimana diamanahkan dalam konstitusi bahwa Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri (UUD 1945 Pasal 17 ayat 2). Bahwa wewenang presiden sebagai kepala pemerintahan diantaranya dalah mengangkat serta dapat pula memberhentikan menteri.
Urusan mengangkat dan memberhentikan menteri memang hak prerogatif presiden. Namun jika itu dilakukan di masa pandemi yang tak kunjung berakhir seperti justru akan menimbulkan kegaduhan lagi.
Hemat saya, marahnya pak presiden adalah "gertak sambal". Disaat masyarakat sudah mulai kebingungan dengan pembatasan aktivitas sosial, saat ini Indonesia juga sedang mengalami banyak permasalahan. Antara lain ekonomi anjlok, pengangguran, curva covid19 semakin meningkat, distorsi proses pembelajaran di semua level pendidikan dan kemiskinan yang kian mengancam.
Sedikit membaca isi kepala pak Presiden, bahwa Pak Jokowi memang ingin melihat terobosan yang cerdas dan cepat dari pion-pionnya dalam merespon persoalan-persoalan tersebut.
"Ngegasnya Jokowi Cuci Tangan Masalah?"
Bagi haters Jokowi inilah saatnya memaki-maki kinerja Presiden. --Wah kebetulan saya bukan termasuk hehe--. Saya hanya melihat berdasar sudut pandang sendiri yang tidak condong kemanapun. Ada yang mengira ini hanya Gimmick agar dikira tegas, ada juga yang mengira bahwa ini adalah bentuk cuci tangan presiden terhadap persoalan yang sedang dihadapi. Namanya juga benci kesalahan sekecil apapun bisa dibesar-besarkan.
Dalam pidato tersebut Jokowi banyak menyoroti kenerja kementerian kesehatan dan Ekonomi negara yang kian melemah.Â
Misalnya, saya berikan contoh. Bidang kesehatan itu dianggarkan Rp. 75 triliun, Rp. 75 triluin baru keluar 1,53 persen coba.
setelah itu kemudian Meteri kesehatan jadi bulan-bulanan netizen di media sosial, -- bagi Projo sih ini langkah tegas, menagih tanggung jawab anak buahnya--la bagi haters bisa bermakna lain bisa jadi ibarat sepak bola kalau mainnya jelek yang disalahkan pelatihnya. gimana kok bisa pemain kayak gitu dibeli. Â Jangan pecat pemainnya tapi pecat saja pelatihnya.
Sudahlah memang tidak ada habisnya bahasan tentang kepala negara, karena pejabat publik adalah tempat kritik publik maka sebaiknya memang pak presiden harus siap-siap kupingnya panas dan bagi pengeritik tunjukkan kiritikan yang logis.