Mohon tunggu...
Roisul
Roisul Mohon Tunggu... Guru - Kunjungi tulisan saya yang lain di roisulhaq.blogspot.com saat ini sedang menjadi Guru demi mendidik, mencerdaskan anak bangsa.

Menulis tak harus menunggu galau~

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masih Relevankah Menakut-nakuti Siswa Malas dengan Kalimat "Tidak Naik Kelas"?

17 Juni 2020   20:36 Diperbarui: 17 Juni 2020   20:53 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat menempuh pendidikan di sekolah, siswa ditempa dengan sedemikian rupa oleh para guru dengan tujuan agar siswa tumbuh dan berkembang dengan optimal. 

Segala metode pembelajaran dan media disiapkan oleh guru demi mewujudkan cita-cita siswa serta mewujudkan harapan orang tua.

Namun, didalam prakteknya tidak semua siswa mampu berhasil mencapai kompetensi sekolah. Siswa terkadang mengalami kegagalan di dalam belajar di kelas. 

Mulai dari kegagalan dalam hasil ulangan, hingga berujung pada kegagalan siswa yang paling ditakuti oleh semua siswa dan orang tua adalah "tinggal di kelas".

Siswa tinggal kelas tidak hanya disebabkan karena siswa sering bolos sekolah. Siswa tinggal kelas juga disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya karena Malas mengerjakan tugas.

Berbicara tentang penyebab malas, tentu banyak faktornya. Kita tidak bisa hanya meliha dari satu sisi saja. Rasa malas bisa karena kecanduan bermain, kurangnya pemantauan dari orang tua, materi pelajaran yang dirasa begitu sulit, dan suasana belajar di rumah maupun di sekolah yang kurang menyenangkan.

Berdasar Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru memiliki 12 hak, salah satunya adalah

Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.

Oleh karena itu, guru diberikan kebebasan untuk menilai siswa sayangnya kebebasan ini justru menjadi de javu karena orang tua bisa tidak terima anaknya tidak naik kelas. Bisa panjang urusannya jika sampai digugat orang tua.

Maka, agar semua siswa naik guru berusaha dengan sekuat tenaga agar peserta didiknya "tuntas" meski yaa anggap saja secara sikap mereka kurang tapi terpaksa harus dinaikkan. 

Tidak naik kelas juga bisa menjadi aib bagi sekolah, apalagi sekarang orang bisa memviralkan berita hoax. 

Pusing tujuh keliling, jika sudah seperti ini guru punya beban berat untuk menaikkan siswa yang sebenarnya tidak layak untuk dinaikkan. Biasanya guru menakut-nakuti dengan ancaman jika tidak selesai semua tugasmu kamu tidak akan naik! 

Kalimat seperti ini akan efektif jika bukan hanya sekedar ancaman saja. Apalagi jaman sekarang siswa bisa mencari di google syarat naik kelas. Mereka juga bisa membaca UU, peraturan menteri dll terkait dengan kenaikan kelas.

Hampir sama dengan UN yang tak lagi menentukan kelulusan, kabar semua siswa pasti naik mudah sekali mereka dapatkan di google.

Kita semua paham bahwa semua orang mempunyai potensi masing-masing, dengan adanya potensi tersebut sekolah sebagai lembaga pendidikan harus bisa mengembangkan potensi masing-masing siswa. 

Mengatasi siswa yang malas harus dengan sinergi antara sekolah dengan orang tua, bisa saja mereka yang malas sudah tahu mereka akan tetap dinaikkan meski sudah sering diancam oleh guru. 

Guru tak boleh hanya sekedar menakut-nakuti, apa lagi menyampaikan informasi yang sudah usang, lama, ketinggalan jaman. Cara agarmereka mau menjalankan perintah, mengerjakan tugas juga perlu diupgrade. Jangan-jangan mereka malas karena kita sendiri memberi pembelajaran yang membosankan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun