Saat membuka WAG ada sebuah pertanyaan yang menggelitik, pada saat wali kelas mengumumkan perihal pembayaran SPP ada salah satu siswa yang dengan polosnya bertanya seperti ini "Loh pak, sekolahnya libur tetep bayar SPP kah?"
Bapak guru selalu wali kelas tadi menjawab dengan tegasÂ
"ini belum libur, tapi masa untuk belajar dari rumah, liburnya nanti setelah pembagian rapot kenaikan kelas"Â
Tak sampai disitu si anak tadi masih melanjutkan obrolan tersebut
Ya kan kita di rumah aja pak tidak memakai fasilitas sekolah (disertai emot nangis)
Grup yang awalnya sepi seketika ramai akibat pertanyaan menggelitik tersebut. Kemudian, terlihat siswa yang lain ikut nimbrung, sepertinya ingin mengerem pertanyaan temannya dengan memanggil-manggil, mungkin sedang mencarikan penjelasan yang logis. Suasana semakin ramai saat si anak tadi curhat kepada teman-temannya karena sepinya pekerjaan ayahnya, curhatan ini ternyata memancing curhatan siswa yang lain.Â
Masa pandemi virus corona membuat seluruh kalangan masyarakat terkena dampaknya. Tak terkecuali sektor pendidikan, jika di perguruan tinggi mahasiswa mengeluhkan pembayaran SPP, di sekolahpun siswa yang kritis ingin mendapatkan penjelasan yang logis juga terkait pembayaran SPP di masa pandemi ini.
Berdasar ilustrasi tersebut saya ingin membantu menjelaskan mengapa meski tak menggunakan fasilitas sekolah, siswa harus tetap membayar SPP.
- Bahwa tidak bisa dipungkiri saat ini sekolah sedang membutuhkan dukungan dari orangtua murid untuk operasional sekolah. Sekolah memang sangat membutuhkan dukungan dari masyarakat, terutama untuk honor guru di sekolah swasta. Kalau sekolah negeri tidak ada masalah. Di sekolah swasta honor guru dari sekolah, diantaranya dari iuran siswa (SPP) sehingga sekolah sangat terbantu untuk membayar honor guru jika keuangan dari orangtua murid itu masuk.
- Pandemi seperti yang saat ini terjadi membuat sejumlah orangtua murid mengaku sama-sama sedang merasa kesulitan. Hal ini tentunya juga terjadi hal yang sama pada guru swasta, jika tidak ada uang SPP bisa saja mereka tidak mempunyai pemasukan, belum lagi jika mereka sudah menggantungkan pada profesi guru. Untuk itu, diperlukan komunikasi antara orangtua dengan sekolah agar saling memahami kondisi saat ini.
- Tak etis membandingkan dengan Biaya UKT Biaya UKT harus dibayar diawal perkuliahan jika mahasiswa ingin mengikuti perkuliahan, sedang SPP biasanya harus dilunasi jika siswa ingin ujian atau syarat untuk pengambilan rapot. Maksud saya bisa saja uang sumbangan sekolah digunakan untuk memberi fee bapak dan ibu guru selama satu semester itu. Jadi, tidak bisa kemudian membandingkan biaya UKT dengan SPP. Â Â
- Meski siswa tidak menggunakan fasilitas sekolah namun sekolah masih harus membayar listrik, membayar biaya kebersihan, wifi dll mengingat operasional sekolah tetap berjalan. Ibarat kata sebuah pabrik yang masih beroperasi meski tanpa karyawan.