Mohon tunggu...
Roisul
Roisul Mohon Tunggu... Guru - Kunjungi tulisan saya yang lain di roisulhaq.blogspot.com saat ini sedang menjadi Guru demi mendidik, mencerdaskan anak bangsa.

Menulis tak harus menunggu galau~

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara Kejujuran, Tagline Philips, dan Kebiasaan Guru Marah-marah

24 November 2019   01:31 Diperbarui: 26 November 2019   07:39 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa dihukum karena ketidak jujurannya | sumber:Youtube Iklanesia HD

Salah satu yang menjadi masalah besar di negeri ini adalah ketidakjujuran. Banyaknya kasus korupsi, penipuan, penggelapan uang, dan kasus kriminal lainnya didominasi oleh ketidakjujuran. 

Kalau sudah seperti ini ujung-ujungnya pendidikan menjadi kambing hitamnya, dulunya sekolah di mana? Bukankah gajinya sebagai pejabat sudah besar? Apa gajinya tidak cukup? Adalah contoh-contoh pertanyaan yang sering muncul. 

Berdasar hal tersebut pendidikan karakter jujur ramai-ramai ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah, namun seberapa efektifnya tidak bisa kita jamin karena hal ini terkait karakteristik yang melekat pada diri seseorang serta lingkungan dia tinggal. 

Sebaik apapun pendidikan karakternya tapi kalau lingkungan tempat tinggal tidak mendukung, maka menjadi nihil apa yang dipelajari di sekolah. Lingkungan tempat tinggal bisa berarti rumah dan dengan siapa ia bergaul.

Saya akui judul di atas memang sedikit tidak nyambung, apa masalahnya kejujuran dikaitkan dengan tagline Philips. Terus terang, terang terus?

Secara sederhana terus terang dapat diartikan jujur, mengatakan sesuatu apa adanya. Sedang kata terang terus adalah kebalikan dari kata terus terang yang mempunyai makna berbeda. 

Terang terus adalah ungkapan untuk menggambarkan keadaan yang konsisten terus-menerus terang.

Menariknya dari tagline lampu ini punya kata yang nyambung dengan sikap kejujuran yang diajarkan dibangku sekolah.

Tagline adalah bentuk dari promosi produk. Karena promosi produk yang begitu kuat dari Philips yang menyatakan "terus terang, terang terus", melahirkan sebuah jargon sehingga apabila orang membutuhkan lampu maka yang diingat pertama adalah lampu dengan merk philips.

Sampai detik ini pun, tidak peduli begitu banyak produk lain yang menjadi saingan Philips, tetaplah Philips adalah produk yang dikenal berkat tagline "terus terang,terang terus"nya.

Promosi produk dari kata yang dibalik namun mempunyai makna yang berbeda adalah bentuk marketing jempolan dari Philips yang kuat dan solid sehingga muncullah Brand Positioning dihati konsumen.

Kalau ditanya siapa guru yang tidak pernah marah? Jawabannya pasti tidak ada!

Sesabar-sabarnya, pasti ada waktu ia tidak akan kuat menahan emosi ketika ada yang salah pada peserta didiknya. Marah dalam artian sayang, marah dalam artian demi kebaikanmu nak! Masih bisa dibenarkan. 

Ternyata, tidak banyak orang yang sadar sifat yang ditunjukkan oleh seorang guru dalam kehidupan di sekolah telah membentuk brand Positioning seorang guru dikenal seperti apa dirinya. 

Cara seseorang untuk mempertegas perintah memang bisa bermacam-macam ada yang biasa saja, ada yang berbicara dengan nada santai tapi terkadang dinaikkan, ada pula yang menggunakan nada tinggi dari awal sampai akhir (baca: marah-marah). Hal semacam ini menurut siswa adalah brand Positioning gurunya. 

Kita anggap saja siswa adalah konsumen dan guru sebagai produk (philipsnya). Serta kebiasaan guru sebagai produk promosinya. 

Ada yang suka eee eee bicara sedikit eeee. Ada juga yang suka bilang okee. Setiap mau berbicara okee. Ada yang mengatakan baiklah diawal kalimat. Hal semacam ini yang akan diingat oleh siswa. Bahkan ada siswa yang hanya ingat ketika gurunya marah saja, ia tak mengerti tentang materi yang disampaikan oleh gurunya.

Oleh karena itu, sebaiknya sebagai guru harus pintar-pintar membuat produk promosi atau jargon-jargon yang mudah dikenali siswa dengan demikian guru akan memiliki daya magnetik, daya pikat, dan daya angon sebagai dasar dalam mendekatkan diri kepada siswanya.

Beberapa kasus ketidakjujuran yang terjadi antar guru dan siswa berawal dari ketakutan untuk mengakui kesalahan, lebih parahnya lagi keduanya saling menekan egonya masing-masing dan menganggap bahwa dirinya yang benar.

Kejujuran dapat dipupuk dari rasa saling percaya. Percaya bahwa dengan jujur pasti selamat, dengan jujur akan menjadi penerang dalam kesesatan. 

Selamat hari guru nasional 25 November 2019, semoga tagline "terus terang, terang terus" selalu ada dihati pelajar di seluruh Indonesia. Terus terang mau jujur, mengakui kesalahan. Dengan demikian insyaalloh ilmu yang dipelajari akan 'terang terus' dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari, bermanfaat bagi agama Nusa dan bangsa.

sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun