Ki Hajar dewantara mengibaratkan pendidik adalah seperti petani. Petani tidak bisa mengubah tanamannya yang berupa padi menjadi jagung begitupun sebaliknya. Petani hanya mampu merawat tumbuh kembang jagung semaksimal mungkin agar berkembang sesuai yang diharapkan sesuai dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Sama seperti halnya guru yang tidak bisa memaksakan peserta didik menjadi seperti yang diharapkan, namu guru hanya dapat menuntun berkembangnya kekuatan kodrat yang ada, agar dapat memperbaiki lakunya pada kehidupan. Maka untuk tujuan ini, diwujudkanlah dengan pendidikan yang memerdekakan. Pendidikan yang memerdekakan yaitu anak diberi kebebasan dalam proses pembelajaran sesuai dengan minat, bakat dan potensinya, namun pendidik juga tetap harus menjadi pendamping serta memberi tuntunan agar anak tidak kehilangan arah dan berakibat mencelakakan diri.
Pendidik juga menciptakan Iklim lingkungan belajar yang aman, nyaman dan berpihak bagi tumbuhnya peserta didik pada pendidikan. Lingkungan yang aman, nyaman dan berpihak pada peserta didik akan mebawa tumbuh kembang peserta didik lebih baik karena mendukung ketercapaian dari tujuan pembelajaran.
Lingkungan yang aman, nyaman dan berpihak pada peserta didik tidak hanya pada faktor fisik lingkungan pembelajaran, seperti sarana dan prasarana belajar yang lengkap, namun juga memenuhi faktor non fisik yang mendukung pada pembelajaran, seperti pembelajaran sesuai kemampuan peserta didik, sesuai gaya belajar peserta didik, pembelajaran dengan pendekatan budaya pada lingkungan sekitar peserta didik (CRT), adanya sikap toleransi, saling menghargai dan tidak ada pembullyan di kelas, hinga dukungan dari orang tua dan sekolah hingga masyarakat pada proses pembelajaran. Selain itu menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik juga termasuk faktor non fisik yang memenuhi konsep lingkungan belajar yang aman, nyaman dan berpihak pada peserta didik.
Perkembangan pendidikan sekarang juga menghadapi tantangan abad 21. Dimana abad 21 adalah era digital yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat. Abad ini juga disebut sebagai abad pengetahuan, abad teknologi informasi, globalisasi, dan revolusi industri 4.0. Tantangan abad ke-21 telah dibentuk oleh era globalisasi yang membuat dunia seolah tanpa batas (one borderless world), dan telah menimbulkan perbandingan Internasional mengenai pendidikan juga (Amin, 2017).
Abad 21 juga merupakan abad digital, di mana komunikasi dilakukan melewati batas wilayah negara dengan menggunakan perangkat teknologi yang semakin canggih. Sehingga abad 21 juga akan berpengaruh signifikan pada dunia pendidikan. Pada dunia pendidikan menurut Menurut Daryanto & Karim (2019), Pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran yang mengintegrasikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, Pembelajaran abad 21 menggabungkan tiga kompetensi abad 21, yakni:
- Kemampuan belajar (learning skills)
- Kemampuan literasi (literacy skills)
- Keterampilan hidup (life skills)
- Keterampilan dan sikap
- Penguasaan terhadap teknologi
Pada praktiknya guru harus bisa mengkaitkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi abad 21 guna mencapai kompetensi pada abad 21 ini. Selain teknologi guru juga harus mengkaitkan pembelajaran dengan kemampuan literasi, ketrampilan dan juga karakter atau sikap. Kemampuan literasi dan ketrampilan akan berkaitan erat juga dengan nalar kritis dan juga harus diringi dengan sikap atau karakter yang baik.
Profil pelajar pancasila hadir mewadahi hal tersebut. Dimana peserta didik pada abad 21 diharapkan membiasakan profil-profil atau karakter-karakter pada profil pelajar pancasila tersebut. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, mandiri, bergotong-royong, berkebinekaan global, bernalar kritis, dan kreatif.
Akhirnya pada praktiknya pendidikan yang memerdekakan adalah pendidikan yang memanusiakan manusia. Manusia Indonesia sebagai manusia yang lahir dengan kultur yang beragam, dengan pancasila yang hadir menjadi dasar, Â dan dengan pendidikan yang memerdekakan.