Mohon tunggu...
Roi Puguh Miftachul Rochman
Roi Puguh Miftachul Rochman Mohon Tunggu... Guru - Guru di Sekolah Menengah Al Firdaus Surakarta (Sekolah Inklusi)

Membaca, menulis, mengajar dan bertani adalah bagian dari kehidupan saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia di Tengah Gempuran Abad 21

4 Januari 2024   23:11 Diperbarui: 4 Januari 2024   23:13 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abad ke-21, era digital yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat. Abad ini juga disebut sebagai abad pengetahuan, abad teknologi informasi, globalisasi, dan revolusi industri 4.0. Tantangan abad ke-21 telah dibentuk oleh era globalisasi yang membuat dunia seolah tanpa batas (one borderless world), dan telah menimbulkan perbandingan Internasional mengenai pendidikan juga (Amin, 2017).

Abad 21 juga merupakan abad digital, di mana komunikasi dilakukan melewati batas wilayah negara dengan menggunakan perangkat teknologi yang semakin canggih. Sehingga abad 21 juga akan berpengaruh signifikan pada dunia pendidikan. Pada dunia pendidikan menurut Menurut Daryanto & Karim (2019), Pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran yang mengintegrasikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, Pembelajaran abad 21 menggabungkan tiga kompetensi abad 21, yakni:

  • Kemampuan belajar (learning skills)
  • Kemampuan literasi (literacy skills)
  • Keterampilan hidup (life skills)
  • Keterampilan dan sikap
  • Penguasaan terhadap teknologi

Berbicara mengenai kemampuan literasi, studi terbaru dari PISA terkait nilai literasi Indonesia Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim dalam acara perilisan PISA 2022, Selasa (5/12), menyampaikan bahwa peringkat Indonesia naik 5-6 posisi dibanding PISA 2018.

"Untuk literasi membaca, peringkat Indonesia di PISA 2022 naik 5 posisi dibanding sebelumnya. Untuk literasi matematika, peringkat Indonesia di PISA 2022 juga naik 5 posisi, sedangkan untuk literasi sains naik 6 posisi," jelas Nadiem dalam pernyataan resminya sebagaimana dikutip dari situs kemendikbud.go.id.

Namun demikian menurut catatan Goodstat, meski terjadi kenaikan peringkat pada PISA 2022, Indonesia catat penurunan skor pada masing-masing subjek penilaian kemampuan membaca, matematika, dan sains. Hasil ini pun memperpanjang tren penurunan skor dari edisi sebelumnya.

Berdasarkan hal tersebut maka salah satu tantangan pendidikan Indonesia di abad 21 ini adalah terkait dengan kemampuan literasi dari peserta didik. Literasi sangat penting bagi pendidikan karena kemampuan literasi berkaitan erat dengan kemampuan dasar pengetahuan seperti membaca dan menulis, serta juga berfikir kritis. Pendidikan Indonesia telah membuat implementasi positif terkait dengan perkembangan abad 21 dengan penerapan kurikulum merdeka dan implementasi profil pelajar pancasila. Namun, salah satu karakter dari profil pelajar pancasila tersebut adalah terkait kemampuan bernalar  kritis, jika kemampuan bernalar kritis peserta didik masih rendah, maka hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik untuk mengimplementasikan profil pelajar pancasila pada pembelajaran. Senada dengan hal tersebut seperti dinyatakan di awal bahwa kemampuan literasi adalah termasuk kemampuan penting yang dibutuhkan pada abad 21 ini, maka kiranya pendidik juga perlu memperhatikan terkait kemampuan literasi ini pada peserta didik.

Dokumentasi Penulis
Dokumentasi Penulis
Konsep Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka dengan ditunjang pondasi dasar pancasila sejatinya telah menjadi solusi untuk menjembatani peningkatan kemampuan literasi dari peserta didik tersebut, dimana pendidikan yang berpihak pada peserta didik, lingkungan yang aman dan nyaman bagi peserta didik, pendekatan budaya pada pembelajaran atau disebut CRT (Culturally Responsive Teaching), Pendekatan TaRL (Teaching at The Right Level), Discovery Learning, PBL (Problem Based Learning), PJBL (Project Based Learning) dan juga termasuk nilai-nilai karakter yang dibawa seperti kolaborasi atau bergotong royong, kreatif, hingga karakter bernalar kritis.

Pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan lingkungan yang aman dan nyaman penting untuk menumbuhkan kemampuan literasi karena sebenarnya ada hal tersebut kaitannya. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik akan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan dari peserta didik, jika peserta didik belajar sesuai kemampuannya, sesuai kebutuhannya maka ia akan mempunyai kecenderungan untuk tidak tertekan pada pembelajaran sehingga akan menumbuhkan lingkungan belajar yang nyaman. Jika peserta didik merasa nyaman maka ia akan merasa bahagia, jika merasa bahagia maka kecenderungan belajar peserta didik akan lebih mudah dan meningkat. Hal ini senada berdasarkan teori kebahagian Martin E. P. Seligman dalam Authentic Happiness (2005: 45), "terdapat beberapa pengaruh yang dihasilkan oleh kebahagiaan (happiness), antara lain : suasana hati yang positif, kebahagiaan memperluas sumber-sumber intelektual, fisik, dan sosial yang dimiliki, emosi positif yang membuat individu menjadi lebih kreatif, toleran, konstruktif, murah hati dan tidak defensif, lebih mudah mendapatkan teman dalam bergaul serta menciptakan hubungan yang lebih baik dengan orang lain." Dengan kata lain pengaruh kebahagian (happiness) adalah perasaan positif yang membuat individu memiliki hubungan yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta membuat diri pribadi menjadi lebih kritis dalam menjalani kehidupan. Hal ini juga selaras dengan penelitian dari Eva Khanifa tentang "Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Kebahagiaan (Happiness) Terhadap Kreativitas Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung".  Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa Kebahagiaan (Happiness) berpengaruh signifikan terhadap kreativitas peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung. Kesimpulan tersebut dibuktikan dengan sumbangan efektif variabel lingkungan belajar sebesar 13,58% dengan nilai signifikansi 0,000. Selain itu Lingkungan belajar berpengaruh signifikan dengan sumbangan efektif variabel lingkungan belajar sebesar 10,81% dengan nilai signifikansi 0,000.

KemendikbudRI
KemendikbudRI

Selain itu adanya pendekatan budaya, pendekatan TaRL, PBL hingga PJBL juga berperan penting bagi kemampuan literasi peserta didik karena pendekatan tersebut menjembatani peserta didik untuk belajar secara kontekstual sesuai dengan apa yang peserta didik hadapi dan yang ditemui pada kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan penerapan pendekatan ini akan memantik nalar kritis dari peserta didik untuk meningkat senada dengan profil pelajar pancasila pada Kurikulum Merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun