Mohon tunggu...
Roikhatul Jannah
Roikhatul Jannah Mohon Tunggu... Guru - Go ahead or go started?

Mahasiswa tahun ke-4

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tuai Omzet Besar, Budidaya Cacing Jadi Andalan Desa Kasembon

15 Juni 2019   20:00 Diperbarui: 15 Juni 2019   20:17 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cacing selama ini dianggap sebagai hewan yang menjijikkan. Namun, bagi warga Desa Kasembon Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang dianggap sangatlah berharga. Salah satunya bagi Nuri, pemilik budidaya cacing di Dusun Krajan Desa Kasembon. Salah satu cacing yang dipelihara oleh Nuri adalah Lumbricus rubellus dan African Night Crawler (ANC).

Nuri menceritakan budidaya cacing ini berawal dari belajar di temannya yang bernama Adi. Selain itu juga memanfaatkan lahan miliknya yang kosong di sekitar rumahnya dengan harapan dapat menambah penghasilan keluarga. Pada awalnya Nuri mengajak beberapa keluarga dan saudaranya untuk ternak cacing hingga pada akhirnya sekarang menjadi petani pemilik budidaya cacing yang cukup besar.

Nuri juga sudah memiliki banyak pegawai dalam membudidaya cacing ini. sudah hampir satu rukun warga 3 desa kasembon membudidaya cacing. Nuri menggunakan rak kotak bertingkat untuk budidaya cacing yang berada di gudangnya. Di dalam gudang ini digunakan sebagai tempat tandon cacing yang siap panen dan juga untuk mengemas cacing sebelum diserahkan ke pembeli.

Media budidaya cacing ini menggunakan limbah pabrik tebu atau disebut dengan Blotong yang ada di Kecamatan Bululawang. Beberapa perawatan khusus dilakukan untuk perkembang biakan cacing hingga cacing siap panen. Masa panen cacing yaitu selama 2 minggu. Nuri memanen cacing setiap 2 hari sekali untuk memenuhi permintaan pembeli langganannya.

 "Biasanya pembeli datang langsung kesini, biasanya digunakan untuk umpan mancing dan pakan ternak. Ada juga pembeli yang meminta untuk dikirim langsung ke tempat pembeli dengan jumlah yang cukup banyak. Pembeli berasal dari beberapa daerah seperti Surabaya, Cilacap, Banyuwangi, Ambon, Bali, Lombok, dan beberapa daerah lainnya. Harganya untuk tahun ini Rp. 15.000 per kilo", tutur Nuri.

Target kedepannya Nuri sudah merencanakan untuk mengurangi limbah media bekas cacing (kascing) untuk dijadikan sebagai pupuk kompos yang memiliki nilai jual lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga cacing peliharaannya sendiri. Dikarenakan terkendala waktu dan tenaga, rencana baik Nuri tersebut masih belum terlaksana.

Penghasilan kotor Nuri dapat mencapai 3,7 ton setiap panen per bulannya jika tidak ada kendala seperti rusaknya lahan dan lain sebagainya. Harapan Nuri untuk kedapannya dalam budidaya cacing ini adalah meningkatkan manajemen antara lain manajemen dalam segi produksi, sumber daya manusia, pemasaran, keuangan, strategi serta operasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun