Mohon tunggu...
Roikan
Roikan Mohon Tunggu... Ilustrator - Kartunis yang Belajar Gaya Hidup Ilmiah

Kartunis yang mendalami Antropologi Media dan Budaya Kreatif. Alamat cangkruk warkop ada di https://www.roikansoekartun.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Reaktualisasi Muatan Lokal dan Strategi Pemajuan Kebudayaan

2 Maret 2019   00:47 Diperbarui: 2 Maret 2019   08:36 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dunia pendidikan kembali dihebohkan dengan perilaku yang kurang etis. Sebuah video tersebar menjadi viral dari SMP PGRI Wringinanom Gresik Jawa Timur. Seorang siswa berinisal AA didapat merokok di dalam kelas lalu terekam video menantang sang guru yang bernama Nur Khalim. Meskipun kasus ini berakhir dengan damai, namun berbagai kecaman dari netizen seakan tidak terbendung, Kompas.com (10/2/2019). Viralisasi suatu fenomena sudah menjadi hal yang biasa sejak penggunaan internet sebagai salah satu bagian hidup. 

Semua pihak bisa berbagi dan meliput apapun termasuk perilaku para pelajar. Ada berita pelajar berprestasi, tidak sedikit berita yang membuat sensasi. Anak tanpa visi misi cenderung kurang terarah. 

Saat ini, orang tua di rumah dan guru di sekolah dihadapkan pada generasi milenial. Anak muda yang tidak bisa lepas dari perangkat gawai. Kurikulum terkini yang dalam proses kegiatan belajar mengajar juga menggunakan perangkat multimedia, mempengaruhi cara belajar siswa.  Perkembangan teknologi informasi dalam internet yang tak terbendung berpengaruh pada perilaku dan konsumsi media. Berselancar di internet mencari informasi atau membantu mengerjakan tugas lebih diminati daripada membaca langsung dari buku. 

Media yang dikonsumsi oleh peserta didik menjadi salah satu aspek masuknya beragam pengaruh dan nilai dari luar, dari insipirasi prestasi sampai perilaku xenosentris. Pelajar cenderung menyimak bahkan tidak sedikit yang menirukan perilaku dari game, tayangan televisi, film, media sosial, story idola di Instagram dan tayangan di Youtube. Tidak sedikit anak muda yang bercita-cita menjadi youtuber.

Intervensi pengaruh nilai negatif dari luar dapat difilter dengan nilai budaya melalui kearifan lokal. Kearifan lokal dianggap mampu untuk mengendalikan berbagai pengaruh dari luar karena menyangkut nilai dan moral pada masyarakat setempat. Kearifan lokal berimplikasi pada berbagai bidang kehidupan salah satunya masalah pendidikan. Jika globalisasi dan efeknya diibaratkan angin tornado, kearifan lokal adalah tiang kokoh yang dapat melindungi orang agar tidak terhempas. 

Lantas bagaimana penerapan kearifan lokal selama ini di sekolah? 

Orientasi 'nilai', disorientasi nilai budaya

Saat ini terjadi pergeseran orientasi nilai dalam diri pelajar hari ini karena yang dikejar adalah perolehan nilai untuk poin pengisi buku rapor. Prestasi akademik atau kognitif lebih diutamakan daripada aspek kematangan pola pikir dan perilaku yang beradab. Tidak heran orang tua anak milenial kerap mengalami culture shock, jika melakukan perbandingan dengan perilakunya sendiri semasa muda. Respek pada orang lain, pemahaman akan makna usaha dan prestasi mengalami pergeseran dan perbedaan makna seiring berkembangnya generasi milenial yang ingin segalanya lebih cepat.

Pendidikan sebagaimana pendapat Susan D. Blum (2016) dalam buku "I Love Learning, I Hate School" memerlukan paradigma pembelajaran baru yang lebih mengambangkan bakat, kemampuan kognitif, akademik, membangun karakter dan kreativitas. Ada tiga penekanan dalam perubahan pola pengajaran meliputi  learning by observation (belajar luar kelas), learning by doing (praktek dan keterlibatan langsung) dan learning by apprenticeship (masa belajar dan suasana kegiatan belajar yang menyenangkan). Kegiatan belajar dalam suasana yang menyenangkan dapat meningkatkan daya serap dan kebahagiaan siswa, termasuk kebanggaan pada sekolah sendiri.  

Mancing bisa jadi muatan lokal (dokpri)
Mancing bisa jadi muatan lokal (dokpri)
Pola pengajaran bisa menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan orientasi kepada kompetensi peserta didik. Namun tidak lantas melupakan aspek pengembangan kepribadian dan jatidiri bangsa. Usia remaja dapat diberdayakan dalam pembentukan jati diri yang tidak melupakan aspek nilai budaya. Kenyataannya dunia pendidikan masih berkutat dalam tataran transfer of knowledge dan kurang dalam transfer of value.

Kearifan lokal berpengaruh dalam pembentukan karakter anak termasuk peserta didik. Kearifan lokal menurut Sibarani (2012) merupakan suatu bentuk pengetahuan asli dalam masyarakat yang berasal dari nilai luhur budaya masyarakat setempat untuk mengatur kehidupan masyarakat. Nilai kearifan lokal yang patut dikembangkan adalah budi pekerti, perilaku dasar pergaulan, pendidikan anak dan moral, pengendalian diri dan sikap masyarakat. Kearifan lokal di sekolah dapat diimplementasikan melalui pelajaran muatan lokal (mulok) demi kelestarian budaya dan kesenian daerah. 

Muatan lokal adalah salah satu instrumen dalam penyesuaian awal seorang peserta didik dalam mengidentifikasi diri dan berinteraksi dalam masyarakat. Selain itu, muatan lokal mengembangkan sikap intergratif yang berpengaruh pada perilaku dan etika.

Merujuk pada Permendikbud RI No. 79 Tahun 2014 muatan lokal dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan perkembangan peserta didik, keutuhan kompetensi, fleksibel dan kebermanfaatan untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantangan global. Muatan lokal mengenalkan dan memperdalam ciri khas suatu daerah tanpa mengurangi penghargaan pada budaya lain (liyan). Regulasi ini menjadi salah satu bukti upaya pemerintah dalam revitalisasi muatan lokal.

Urgensi dan perlunya revitalisasi muatan lokal, seyogianya meliputi banyak aspek sebagai manifestasi dari nilai kebudayaan setempat. Tidak melulu pada kesenian, ketrampilan dan kerajinan. Namun meliputi sistem nilai, adat istiadat, folklor yang terkandung aspek adiluhung dari sebuah kepribadian masyarakat yang dianut dan dilestarikan secara turun temurun.

Peserta didik juga perlu mengetahui sejarah, metode pengobatan tradisional, kuliner, ekologi dan teknologi lokal dan menyesuaikan dengan perspektif global. Selanjutnya diperlukan langkah reaktualisasi muatan lokal dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Terdapat dua agenda utama terkait mulok dengan strategi pemajuan budaya yaitu pertama, melindungi dan mengembangkan nilai, ekspresi dan praktik kebudayaan tradisional untuk memperkaya kebudayaan nasional. Langkah yang dapat dilakukan dengan lebih menggalakan ekstrakulikuler berbasis kesenian daerah dan penambahan tenaga pendidik dari kalangan seniman dan profesional. Pembiasaan mendengarkan tembang-tembang Jawa  atau gurindam sebelum/setelah Kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan pengenalan makna dalam kemasan yang diminati peserta didik.

Kedua, memajukan kebudayaan yang melindungi keanekaragaman hayati dan memperkuat ekosistem. Kearifan lokal berbasis ekologi dimiliki oleh setiap etnis di tanah air. Pengenalan tanaman herbal dan kebiasaan yang membangkitkan pola hidup sehat dapat digabungkan dalam muatan lokal. Termasuk kegiatan memancing liar dengan teknik tradisional setempat. Mengenalkan ekosistem sungai sekaligus pembangunan kesadaran tentang pelestarian alam. 


Melalui pendekatan peningkatan kualitas pendidikan dan pemajuan kebudayaan, diharapkan terjadi keseimbangan menjadi generasi milenial  yang handal. Siap menghadapi perkembangan jaman dalam revolusi industri 4.0 tapi tetap tidak lupa nilai budaya dan selalu menjunjung tinggi etika keadaban yang sesuai dengan kepribadian bangsa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun