Mohon tunggu...
Roihan Rikza
Roihan Rikza Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah doa yang tak putus-putus

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Desa Pakisaji Panen Kali Kedua Melon Golden Intanon Program Ketahanan Pangan

10 Oktober 2024   12:25 Diperbarui: 10 Oktober 2024   12:26 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pendamping Desa Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang/Dok pri

MALANG (Pakisaji)---Program Ketahanan Pangan Tahun 2024 yang berupa budidaya melon di Desa Pakisaji, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang sudah 2 kali melaksanakan panen. Pada hari Senin (7/10/2024) siang, merupakan kali kedua dipanen dengan hasil panen kurang lebih 5 Kwintal.

Hal ini menjadi trobosan tersendiri bagi Pemerintah Desa Pakisaji yang telah menjalankan dengan sukses realisasi Program dari Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).

Sebelumnya, sekitar 3 bulan yang lalu, Pemdes Pakisaji juga telah sukses memanen sebanyak 4,6 kwintal dengan kondisi buah melon yang cukup bagus.

Rencananya, di akhir tahun 2024 ini, Pemdes Pakisaji juga akan realisasi panen ketiga, sebagai bentuk tanggung jawab program ketahanan pangan dan bentuk perhatian dalam rangka konvergensi stunting di Desa Pakisaji.

Dalam hal ini, Hendri Yulianto, Pendamping Lokal Desa (PLD) Kecamatan Pakisaji yang intens mendampingi salah satu program Kemendes PDTT ini, menyampaikan bahwa budidaya melon golden intanon ini, memanfaatkan media green house.

Sebagai pengawal pemanfaatan Dana Desa, lanjutnya, tentu kami mensupport program seperti ini yang dampaknya bukan hanya sekedar realisasi program saja, tapi juga dapat dirasakan manfaatnya oleh warga.

"Ini sebenarnya yang menjadi bidikan utama porgram ketahanan pangan yang semestinya dan idealnya bisa berkelanjutan," ungkapnya.

Sementara itu, Mochamad Bilal menjelaskan bahwa, dengan media green house menjadi salah satu sarana budi daya tanaman pangan yang diandalkan masyarakat. Sebab, waktu produksinya tidak tergantung cuaca. Panennya juga relatif lebih cepat.

Umumnya, melon yang dikembangkan dengan metode konvensional baru bisa dipanen setelah berumur tiga bulan. Sedangkan melon yang dikembangkan di dalam green house tersebut sudah bisa panen dalam 2,5 bulan.

"Panen pertama saat pertengahan tahun lalu dapat sekitar 460 kilogram. Sedangkan panen kedua bisa diprediksi mencapai 500 kilogram," ucap Bilal ditengah-tengah panen.

Sebab pada panen kedua ini, buah yang diproduksi ukurannya lebih besar. Satu buah rata-rata memiliki berat sekitar 1 kilogram. Dengan demikian, omzetnya pun lebih besar.

"Karena harga jualnya juga berbeda. Kalau yang pertama itu Rp 20 ribu per kilogram. Kemudian panen kedua Rp 23 ribu per kilogram," kata dia.

Selain untuk operasional, dia mengatakan, hasil panen tersebut juga dimanfaatkan untuk penanganan stunting di Desa Pakisaji. Setidaknya, Rp 1 juta akan diberikan kepada kader stunting untuk dapat digunakan membeli telur dan daging. Sehingga, green house-nya juga dapat berkontribusi untuk mewujudkan ketahanan pangan. [*]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun