Mohon tunggu...
Roihan Rikza
Roihan Rikza Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah doa yang tak putus-putus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngaji Jamaah Mbetik Lereng Gunung Kawi: Hidup Adalah Ujian

26 Juli 2024   22:53 Diperbarui: 26 Juli 2024   23:15 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Jamaah Mbetik Lereng Gunung Kawi Ngajum.

Malang (Ngajum)---Lebih dari seribu jamaah memadati pengajian di Halaman Ponpes Dan Yatim Piatu Baitul Jannah Al Maun Dusun Krajan, Desa Ngajum, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Jum’at (26/7/2024) malam.

Pengajian yang merupakan rutinan dari komunitas Jamaah Mbetik Lereng Gunung Kawi tersebut, dihadiri beberapa stakeholder Kecamatan Ngajum. Terlihat dalam pengajian dengan Tema Ngaji Karo Ngopi tersebut Jajaran Muspika, Kepala Desa Ngajum, beberapa tokoh masyarakat, tokoh agama, dan sejumlah tokoh pemuda setempat.

Juga, beberapa ustadz yang menjadi rujukan warga desa dalam menyelesaikan masalah kehidupan dan soal agama, turut hadir. Diantaranya adalah Ustadz Khoirul Anam, Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah; Ustadz Deny, Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Jannah Al Ma'un; Ustadz Asnan; dan Ustadz Hasan.

Sebelum pengajian dimulai, disampaikan sambutan panitia yang diwakili oleh Gus Paijo Abdi, yang mengungkapkan ribuan terimakasih atas partisipasi semua lapisan masyarakat dan Pemerintah yang telah berpartisipasi mensukseskan kegiatan Ngaji Karo Ngopi Jamaah Mbetik Lereng Gunung Kawi Ngajum.

Ustadz Deny, sebagai narasumber dalam pengajian tersebut, disampaikan secara langsung dihadapan ribuan pasang mata dengan judul hidup adalah ujian.

Dalam catatan penulis, terangkum beberapan hal yang menjadi poin penting dalam pengajian kali ini. Diantaranya adalah pertama, bahwa manusia itu lahir yang secara tidak langsung juga telah disertakan dengan jatah kehidupan selanjutnya.

"Senang, susah, rejeki, jodoh, kaya, miskin, dan mati, misalnya. Semua itu sudah ada catatannya masing-masing. Nah, kalau sudah demikian, hidup kita ini sebenarnya ujian apa adzab? Pertanyaanya kemudian, kenapa hidup senang kok malah menjadi ujian?," terang Ustadz Deni.

Sumber Foto: Jamaah Mbetik Lereng Gunung Kawi Ngajum.
Sumber Foto: Jamaah Mbetik Lereng Gunung Kawi Ngajum.

Seseorang, lanjutnya, ketika hidup senang, kaya raya, akan menganggap bahwa dirinya sedang disayang oleh Allah. Dan ketika ada orang lain yang sedang mengalami kesusahan, kelaparan, miskin, sakit dan lain-lain mengaggap bahwa Allah sedang mengujinya.

"Cara berpikir semacam itu tidaklah benar. Akan ada anggapan bahwa Allah tidak sayang pada hambanya. Bahkan sampai berani suudzon kepada kepada Allah. Ini yang tidak baik dan tidak benar. Bahwa semua yang kita lalui ini adalah ujian dari Allah," jelasnya.

"Mestinya kita harus ingat. Bahwa tujuan hidup di dunia itu adalah untuk kehidupan di akhirat yang kekal. Hidup itu adalah 'nandur' kebaikan-kebaikan, meskipun berat dan yang paling berat adalah mempertahankannya. Sekali lagi, itu yang paling berat. Benteng terbaik kita dalam mengarungi hidup ini adalah sabar dan iman," lanjutnya.

Sementara itu, menurut Maulana, salah satu peserta dari Padang Sumatra Barat yang merupakan pengusaha rumah masakan Padang mengatakan bahwa kegiatan ini sangat baik sekali, khususnya bagi saya secara pribadi yang haus dan perlu siraman-siraman rohani.

"Lebih dalam lagi, pangajian semacam ini, dapat menguatkan dan meningkatkan iman taqwa saya. Mudah-mudahan acara ini tetap istiqomah dan berdakwah semata untuk kebesaran Allah ta'ala," ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh peserta Jama'ah yang dikenal dengan panggilan Pak Obenk. Baginya, kegiatan seperti ini perlu kita tumbuh-kembangkan ditengah-tengah kehidupan Masyarakat.

"Dengan cara bermajelis, berkumpul untuk ngaji seperti ini setidaknya menjadi titik awal penyambung silaturrahim. Menjadi titik awal pencegah dan penangkal aliran-aliran dan faham radikal bahkan dengan bermajelis seperti ini menjadi titik awal tindakan-tindakan kriminal dapat dicegah," terangnya. [*]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun