Mohon tunggu...
Roihan Rikza
Roihan Rikza Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah doa yang tak putus-putus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari Buku 23 April, Apa yang Aku Rasa?

23 April 2024   23:07 Diperbarui: 23 April 2024   23:09 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiap tahun berganti. Bulan, tanggal, dan hari juga demikian. Namun, tanda pertanda senantiasa diperingati.

Terutama di bulan April di tahun 2024 kali ini. Bisa jadi, bulan April memiliki porsi yang cukup Istimewa, bagi saya.

Selain beberapa hari di awal bulan April merupakan sisa-sisa akhir bulan Ramadhan yang barangkali saja ada perjumpaan dengan malam Lailatul Qodar atau malam seribu bulan. Dilanjutkan dengan Hari Raya Idul Fitri, dianggapnya sebagai hari suci bagi umat Islam.

Pada tanggal 17 April, oleh kalangan aktivis mahasiswa, terutama yang tergabung di dalam organisasi anak NU, yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), diperingati hari sakral. Tidak lain dan tidak bukan oleh karena menjadi tanggal lahirnya organisasi mahasiswa yang memiliki jutaan kader dengan berbagai potensi yang dimilikinya.

Dilanjutkan pada tanggal 21 April sebagai Hari Kartini. Ada sejarah, pendidikan, emansipasi, perjuangan kaum hawa, dan maha karya yang fenomenal melalui 'Habis Gelap Terbitlah Terang' (kumpulan surat-surat R.A Kartini.

Hari Bumi di peringati pada 22 April. Menjadi semacam alarm bagi alam. Bahwa bencana yang terjadi beberapa pekan, beberapa bulan ke belakang, oleh karena Bumi tak lagi di rawat. Bumi dieksploitasi tanpa henti. Bumi dikuasai segelintir orang atau golongan. Bumi pun seakan marah. Dan, momen Hari Bumi menjadi renungan semua kalangan.

Dan, pada tanggal 23 April yang senantiasa dijadikan tolak ukur bagaimana buku dan minat baca buku berlaku. Merosot atau semakin dinamis? Yang tebaca, barangkali hanya seremonial saja. Meskipun demikian, Hari Buku harus digalakkan. Melalui tulisan, melalui forum diskusi. Melalui media apapun. Agar umat manusia terselamatkan dari buta huruf yang akan berdampak pada kemunduran peradaban.

Semoga, catatan ini menjadi perenungan. Baik saya pribadi, maupun pembaca. [*]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun