Mohon tunggu...
Roihan Sarbini
Roihan Sarbini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Histori dan Esensi Paradiplomasi di Dunia

20 Januari 2021   15:22 Diperbarui: 20 Januari 2021   16:24 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagi masyarakat umum, kata Paradiplomasi masih asing di telinga kita. Sebenarnya bagaimana kata paradiplomasi ini muncul ? atau mengapa saat ini banyak sekali penggunaan istilah paradiplomasi di lingkungan pemerintah ? Apa esensi dari kegiatan paradiplomasi ?. Nah, paragraf kedua memberikan pengetahuan mendasar dari histori dan esensi paradiplomasi sendiri.

Wilbur Zelinsky pada tahun 1991 menyatakan dalam artikelnya bahwa "town twinning" atau "sister cities" pertama kali ditemukan sebagai fenomena terorganisir di Eropa Barat setelah Perang Dunia II. Hal tersebut selanjutnya menyebar ke Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya, kemudian menyebar ke negara-negara bekas Blok Timur dan sebagian besar Negara Dunia Ketiga pada tahun 1980-an.

Kerjasama kota kembar di awal tahun digunakan untuk memberikan pemahaman lebih dekat antar warga Eropa demi mendorong proyek lintas batas yang saling menguntungkan. Seperti contoh pada tahun 1959 terdapat kerjasama oleh kota Coventry di Inggris dengan kota Dresden di Jerman, mereka bekerjasama sebagai tindakan perdamaian dan rekonsiliasi. Kerjasama tersebut menguntungkan kedua belah pihak dikarenakan terdapat latar belakang yang sama, yaitu kedua kota sebelumnya menjadi terkena bom hebat selama perang. (Ogawa, 2012)

Dalam konsep sister city atau twinning of communities, kota ataupun wilayah bagian tidak hanya mengacu pada pemerintah daerah atau kotamadya, tetapi untuk seluruh komunitas termasuk masyarakat sipil, komunitas bisnis dan sektor pendidikan. Pemerintah daerah memainkan peran fasilitasi yang sangat penting dalam membangun dan memelihara hubungan, tetapi juga terjalinnya ikatan antara masyarakat sehingga tidak hanya antar pemerintah daerah. Konsep sister-city bersifat unik karena melibatkan tiga sektor utama dalam komunitas: pemerintah daerah, para pemilik usaha, dan berbagai relawan warga'. Bentuk hubungan ini juga dapat dilihat sebagai diplomasi warga ke warga yang terorganisir atau difasilitasi. (J.C. de Villiers, 2007)

Clarke berpendapat dalam sister cities mengatakan bahwa sister cities dapat lebih dipahami dan dikonseptualisasikan sebagai "perangkat", "repertoar" dan "model" yang dapat disesuaikan dan digunakan oleh semua jenis kota dalam berbagai konteks dengan tujuan yang beragam:

Selama dua dekade terakhir pada abad ke-20, pengaruh sentralisasi semakin menguat yang membuat terwujudnya pengambilan keputusan dalam organisasi global dan regional menjadi lebih menonjol dalam isu-isu pemerintahan, dan desentralisasi. Fenomena kerjasama kota kembaran tidak hanya berkembang pesat sejak dimulainya pada akhir abad 20, tetapi juga telah berubah secara signifikan dalam karakternya.

Perubahan signifikan dapat dilihat dari permulaannya yang hanya berfokus pada pertukaran warga, ikatan budaya, dan persahabatan telah berevolusi menjadi instrumen yang kuat untuk pembangunan, pembelajaran, dan pengembangan persatuan regional. Selain kota kembaran antar komunitas, bentuk lain dari kemitraan internasional di tingkat lokal juga telah berkembang dalam bentuk kerjasama internasional kota (MIK), yang melibatkan dua atau lebih kota dan biasanya berfokus pada kerjasama teknis dan peningkatan kapasitas, dan kerjasama desentralisasi (DC ), yang melibatkan bantuan internasional dan biasanya memiliki fokus yang berorientasi pada pembangunan. (J.C. de Villiers, 2007)

Konsep kota kembar juga sudah tidak sama dan telah berkembang secara signifikan. O'Toole telah menganalisa tahapan berbeda dalam perkembangan kota kembar di Australia, di mana penekanannya telah berubah dari ikatan persahabatan, ke pertukaran, dan sekarang berkembang terhadap pembangunan ekonomi. Definisi awal kota kembar yang lebih menitikberatkan pada aspek persahabatan sedangkan definisi selanjutnya menjelaskan bahwa kota kembar kerjasama untuk pembangunan ekonomi dan lebih menitikberatkan pada aspek pembangunan. Tiga pendekatan (fase) yang berbeda tetapi saling terkait dan tumpang tindih ini adalah: (O'Toole, 2001)

1. Fase asosiatif (kembaran berdasarkan persahabatan, pertukaran budaya);

2. Fase timbal balik (twinning berdasarkan pertukaran pendidikan, pertukaran orang); dan

3. Tahap pertukaran komersial (twinning based on economic development).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun