Mohon tunggu...
rohmen teras
rohmen teras Mohon Tunggu... Jurnalis - bebas

bebas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jerit Peristiwa

27 April 2021   18:57 Diperbarui: 27 April 2021   19:09 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Angin yang berhembus pelan

Gerimis mengalun menyertai berdendang

Tak ada harapan, selain keadilan

Lihatlah, bagaimana rupa-rupa dalam pandang

Saling menghormati atas dasar hak sebagai manusia

Sungguh aku dengar lirih dari jerit sejarah

Lapisan peristiwa terangkai oleh air mata dan darah

Sebagaimana manusia biasa, angkuh dan serakah

Tampak menyeramkan dan menakutkan

Atas dasar kemanusiaan jiwa memanggil

Bukan dia yang paling terluka maupun termarginalkan

Penuh dengan picisan ..

Narasi sumbang 

Sampai nyawa-nyawa bergelimpangan

Bukan pula karna kedudukan dan kekuasaan

Menyuarakan cinta sesama harus terbungkam

Telah lalui jalanan perlahan

Memahat fakta demi hukum dan keadilan

Ada kisah-kisah menyedihkan, pula lucu dan geram

Terlihat kesal bahkan menyedihkan

Membenarkan atau menyalahkan peristiwa kelam

Kembali pada cinta sesama, harga sebuah derajat manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun