Mohon tunggu...
Jeevana 29
Jeevana 29 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Disini kami dari bagian Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang membawa kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi dalam kegiatan intrakurikuler yang memadukan Tri Dharma Perguruan Tinggi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelestarian Budaya Seni Bantengan, bertepatan pada ulang tahun salah satu Paguyuban yang ada di Desa Taji Kec. Jabung Kab. Malang

11 Januari 2025   06:08 Diperbarui: 11 Januari 2025   06:08 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Bantengan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Taji, Jabung -- Jumat, 27 Desember 2024 menjadi hari yang penuh makna bagi masyarakat Desa Taji, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Pada hari ini, salah satu paguyuban seni di desa tersebut merayakan ulang tahunnya dengan cara yang istimewa. Mereka menggelar pertunjukan kesenian tradisional Bantengan yang telah lama menjadi bagian penting dari identitas budaya lokal. Namun, ada sesuatu yang unik dalam pertunjukan kali ini: alat musik tradisional seperti gamelan digantikan oleh sistem suara modern (sound system), menciptakan harmoni baru yang menarik perhatian warga.

Bantengan merupakan kesenian tradisional khas Jawa Timur yang memadukan seni tari, musik, dan unsur mistis. Dalam pertunjukan Bantengan, para pemain mengenakan kostum menyerupai banteng, lengkap dengan topeng yang detail dan indah. Tarian mereka menggambarkan gerakan banteng yang gagah, penuh semangat, dan melambangkan keberanian. Kesenian ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Taji. Setiap tahunnya, pagelaran Bantengan menjadi momen yang ditunggu-tunggu, baik sebagai hiburan maupun sarana pelestarian tradisi. Generasi tua di desa ini terus berusaha menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda melalui pertunjukan dan pelatihan Bantengan.

Perayaan ulang tahun salah satu paguyuban seni di Desa Taji tahun ini terasa lebih spesial. Selain sebagai ajang memperingati eksistensi paguyuban yang telah bertahun-tahun menjaga tradisi, acara ini juga menjadi kesempatan untuk menunjukkan kepada generasi muda pentingnya melestarikan budaya lokal. Sejak pagi, suasana desa sudah dipenuhi dengan antusiasme. Warga berkumpul di lapangan utama desa, tempat diadakannya pertunjukan.

Salah satu hal yang mencuri perhatian dalam pertunjukan ini adalah penggunaan sound system sebagai pengganti gamelan tradisional. Inovasi ini merupakan upaya untuk menarik minat generasi muda yang mungkin lebih akrab dengan teknologi modern. Namun, keputusan ini bukan tanpa tantangan. Beberapa kalangan masyarakat awalnya merasa khawatir bahwa inovasi tersebut akan mengurangi keaslian Bantengan. Dengan aransemen musik yang modern, suasana pertunjukan tetap mampu menggugah emosi penonton. Alunan musik yang dihasilkan sound system dipadukan dengan ritme tarian Bantengan, menciptakan kombinasi yang unik dan memukau.

Acara ini mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat. Ribuan warga, baik dari Desa Taji maupun desa-desa tetangga, memadati lokasi acara. Mereka terpukau oleh keindahan tarian, kostum, dan musik yang mengiringi pertunjukan Bantengan. Beberapa penonton mengaku awalnya skeptis dengan penggunaan sound system, tetapi setelah melihat langsung, mereka merasa inovasi tersebut tidak mengurangi keindahan dan pesan moral yang disampaikan melalui pertunjukan. "Awalnya saya pikir pakai sound system akan terasa aneh. Tapi ternyata tidak, malah jadi lebih meriah dan tetap terasa nuansa tradisionalnya," ujar Siti, salah satu warga yang hadir.

Perayaan ulang tahun ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga pengingat bagi semua pihak tentang pentingnya menjaga warisan budaya. Paguyuban seni Desa Taji berencana untuk terus mengembangkan Bantengan, baik melalui inovasi maupun pelatihan kepada generasi muda. Mereka berharap kesenian ini tidak hanya bertahan, tetapi juga bisa semakin dikenal di tingkat nasional bahkan internasional. Acara ditutup dengan doa bersama dan harapan agar Bantengan tetap menjadi kebanggaan masyarakat Desa Taji. Dengan perpaduan tradisi dan inovasi, Bantengan membuktikan bahwa budaya lokal dapat terus hidup dan relevan di tengah arus modernisasi

Tradisi Bantengan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Tradisi Bantengan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun