Mohon tunggu...
Rohmatika Dini
Rohmatika Dini Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajaran

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengelolaan Air Menjadi Kunci Masa Depan Pertanian Berkelanjutan

11 September 2024   14:52 Diperbarui: 11 September 2024   14:56 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Air adalah komponen yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi. Menurut Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (US Geological Survey), total volume air di Bumi diperkirakan mencapai sekitar 1.386 juta kilometer kubik (km), atau lebih tepatnya 1.358.827.275,09 km. Dari jumlah tersebut, sekitar 97,5% merupakan air asin yang terdapat di lautan, sementara hanya 2,5% adalah air tawar. Dari persentase air tawar tersebut, sekitar 69% berada dalam bentuk gletser di kutub, sedangkan 30% lainnya tersimpan di bawah tanah sebagai air tanah. Air juga menjadi salah satu elemen penting dalam sistem pertanian. Ketersediaan air mempengaruhi kualitas dan produktivitas tanaman serta kesehatan ekosistem pertanian. Dalam proses fotosintesis tanaman membutuhkan air sebagai pengangkut nutrisi dan sebagai pengatur Ph tanah.

Ketersediaan air yang memadai menjadi kunci penting dalam menjaga pertanian yang berkelanjutan, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan pertumbuhan populasi global. Indonesia sendiri merupakan negara agraris yang di mana perekonomiannya bergantung pada sektor pertanian baik dalam segi lapangan pekerjaan maupun kontribusi dalam produk domestik bruto (PDB). Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di Asia tenggara dan negara kedua terbesar setelah Brazil. Sebutan negara agraris di berikan karena Indonesia mempunyai lahan pertanian yang subur dan luas. Sebagian besar Indonesia cocok di gunakan sebagai lahan pertanian, baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura. Pengelolaan air yang tepat, efisien dan efektif ini yang menjadi kunci mendukung pertanian berkelanjutan di Indonesia.

Jika membandingkan teknologi pertanian Indonesia dengan teknologi luar negeri yang sangat pesat perkembangannya dirasa tidak cocok, melihat dalam pengelolaannya saja Indonesia masih menggunakan lahan yang dimiliki perorangan dengan skala kecil sehingga untuk pengolahan lahan tidak bisa secara masal dan memakan biaya yang cukup fantastis. Berbeda dengan sistem yang diterapkan di luar negeri yang lahannya sangat luas sehingga dapat meminimalisir biaya dan waktu pengerjaan ataupun pengelolaan lahan. Dilain sisi pengelolaannya yang skala kecil, penggunaan airnya justru begitu besar dan bisa dikatakan boros. Maka dari itu dalam artikel ini kami akan membahas pengelolaan dan peran air dalam pertanian berkelanjutan yang efisien.

Dalam pertanian berkelanjutan Pengelolaan air merupakan upaya menyeimbangkan ketersediaan air saat ini dengan ketersediaan air di masa yang akan datang. Hal ini berarti pengelolaan lahan dan pengairan yang baik dan efisien dapat menjaga kualitas air, dan melestarikan sumber daya air. Beberapa teknik dan teknologi pengairan di pertanian dirancang untuk memaksimalkan penggunaan air dan mengurangi  pemborosan air.  Para petani memerankan peran penting dalam menjalankan praktik-praktik ini untuk kelangsungan sistem pertanian berkelanjutan.

Petani dapat mempraktikkan pengelolaan lahan yang baik dengan teknik penanaman bertingkat dan terasering teknik ini bisa membantu menahan dan menyerap air hujan untuk mengisi kembali cadangan air di tanah. Selain pengelolaan lahan yang baik sistem pengelolaan air juga menjadi kunci keberhasilan pertanian berkelanjutan. Teknologi irigasi merupakan metode pengairan yang  paling sering digunakan dalam pertanian. Sistem irigasi yang diterapkan di suatu daerah umumnya ditentukan oleh kondisi iklim daerah si sekitarnya. Sebagai contohnya, sistem irigasi yang cocok di gunakan di iklim musim kering atau semi kering adalah sistem irigasi sebuah teknologi yang memberikan air langsung ke akar tanaman melalaui pipa kecil. Teknologi ini sanggat efisien digunakan karena bisa mengurangi evaporasi. Sementara itu, sistem irigasi yang sering digunakan di area yang memiliki sumber air yang melimpah adalah sistem irigasi sprinkler. Teknologi menyemprotkan air ke tanaman seperti hujan sehingga cocok digunakan untuk tanaman yang membutuhkan penyiraman yang merata.

Teknologi irigasi, khususnya sistem irigasi tetes, merupakan metode yang sangat efisien dalam pengembangan pengairan pertanian, terutama di daerah dengan iklim kering atau semi-kering. Sistem ini memberikan air langsung ke akar tanaman melalui pipa kecil, yang memungkinkan pengendalian yang lebih baik terhadap pasokan air dan mengurangi pemborosan. Meskipun banyak manfaatnya sistem irigasi tetes juga memiliki tantangan seperti kebutuhan akan perawatan yang intensif dan risiko penyumbatan pada sistem Selain itu investasi awal yang tinggi dan kebutuhan akan pengetahuan teknis dapat menjadi penghalang bagi adopsi yang lebih luas oleh petani kecil. Menurut para petani hasil penjualan panen tidak setimpal dengan pengeluaran modal dan biaya operasional sehingga di anggap tidak efisien dalam manajemen biaya. Petani di Indonesia sendiri rata-rata lebih memilih menggunakan metode mengguyur atau membanjiri area tanaman seperti halnya yang di terapkan di pertanian padi, para petani menggunakan metode ini juga sebagai pengendalian gulma dengan mempertahankan tanah terendam air sehingga gulma lebih kesulitan untuk tumbuh. Metode ini dianggap efektif namun tidak efisien bagi para petani modern dikarenakan membutuhkan pasokan air yang cukup banyak. Di beberapa daerah, menggunakan metode ini mengakibatkan kekurangan air untuk keperluan lain dan juga mempengaruhi pasok air untuk musim tanam berikutnya.

Walaupun Indonesia di gadang-gadang belum maju dalam teknologi pertanian, namun para petani di Indonesia memiliki cara tersendiri dalam mengendalikan hama melalui adanya saluran drainase yang tergenang air di pertanian hortikultura. Pertanian berkelanjutan di indonesia sebenarnya tidak hanya berfokus pada teknologi pengairan saja. Pendekatan holistik yang mempertimbangkan tata kelola sumber daya alam secara keseluruhan juga diperlukan. Hal ini termasuk pemeliharaan ekosistem air supaya sungai dan waduk yang menjadi sumber air dalam irigasi dapat di kelola dengan baik untuk menjaga pasokan tetap setabil sepanjang musim. Disisi lain, alih fungsi lahan dan kerusakan hutan harus diminmalkan karena hutan memiliki peran pening dalam siklus hidrologi untuk menjaga ketersediaan air dalam jangka panjang.

Pada akhirnya, meskipun sistem irigasi modern menjanjikan solusi kesuksesan penerapannya sangat bergantung pada komitmen dan keselarasan antara pemerintah, petani dan pihak lainnya. Jika semua pihak berkerjasama, pertanian di indonesia dapat menjadi lebih berkelanjutan, sekaligus mengurangi dampak perubahan iklim dan memenuhi kebutuhan pangan nasional yang terus meningkat.

KESIMPULAN

Air merupakan komponen esensial dalam pertanian, terutama dalam mendukung produktifitas dan keberlanjutan sistem pangan global termasuk di indonesia. Meskipun penggunaan air dalam pertanian di indonesia masih cenderung boros dengan menggunakan metode tradisional  seperti membanjiri lahan, ada potensi meningkatkan efisiensi melalui adopsi teknologi irigasi moderen, seperti sistem irigasi tetes. Namun, penerapan teknologi ini menghadapi sejumlah kendala, seperti biaya yang tinggi dan pengetahuan teknis cara kerja dan pemeliharaan sistem irigasi masih kurang. Hal ini bisa diatasi dengan dukungan dari pemerintah dalam bentuk subsidi dan pelatihan. Selain teknologi pengairan pengelolaan lahan yang baik dan pemeliharaan ekosistem air juga sama pentingnya. Pendekatan holistik sangat diperlukan untuk mewujudkan pertanian efisien dan ramah ingkungan, serta untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dan pertumbuhan populasi.

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Muhammad Rasyid Redha. "INOVASI TEKNOLOGI IRIGASI DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR DALAM PERTANIAN." OSF, 29 Mei 2023. https://doi.org/10.31219/osf.io/svcuy.

Naumar, Afrizal, dan Nazwar Djalir. "Faktor penentu pengelolaan air irigasi untuk keberlanjutan ekonomi pertanian di indonesia." Jurnal Rekayasa 11, no. 2 (2021): 145--58.

Putri, Aninda Herlya, dan Muhammad Daffa Akbar Rahmadhani. "Pemberdayaan Masyarakat Mengefisiensi Penggunaan Air Pada Lahan Kering Dengan Sistem Irigasi Tetes Di Desa Plintahan Kec. Pandaan Kab. Pasuruan." Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia (JPMI), 2024. https://repository.upnjatim.ac.id/27886/.

Rusmayadi, Gusti, Indriyani Indriyani, Eko Sutrisno, Rahmat Joko Nugroho, Cahyo Prasetyo, dan Ali Zainal Abidin Alaydrus. "Evaluasi Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Air dalam Irigasi Pertanian: Studi Kasus di Wilayah Kabupaten Cianjur." Jurnal Geosains West Science 1, no. 02 (30 Juni 2023): 112--18. https://doi.org/10.58812/jgws.v1i02.422.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun