Mohon tunggu...
Risky Rohma
Risky Rohma Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Mahasiswi

Masiswa Ilmu Hukum Universitas Terbuka UPBJJ Luar Negri. Bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Love in Lawu, Cerita Pendakian Gunung Lawu

9 Juli 2023   21:13 Diperbarui: 25 Juli 2023   19:29 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namaku Atan Putri Monica. Ini adalah kisah perjalannanku menaklukkan 3,265 mdpl dan kisahku menemukan teman baruku.

Ceritaku berawal saat aku bersama temanku ingin pergi mendaki gunung lawu. Gunung dengan tinggi 3,265 mdpl yang terletak di Pulau Jawa, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah (Karang Anyar) dan Jawa Timur (Magetan, Ngawi)

Rumahku dengan gunung lawupun tak terlalu jauh hanya berjarak 40km dari pusat kota Magetan. Bila mengendarai sepeda motor hanya memerlukan waktu 35 menitan. Aku mengunjungi gunung lawu dengan temanku bernama Vita Kumala Sari. Kami mendakinya dengan melewati jalur Cemoro Sewu. Kami tiba di jalur Cemoro Sewu sekitar pukul 20.30 wib. Kami memilih jalur ini karena waktu pendakian yang relatif cepat. Cuaca malam hari di basecamp ternyata lumayan dingin juga, suhu di sini mencaoai 9C. Beruntung cuaca tidak hujan dan aku mengunakan jaket yang tebal juga.

Untuk mengisi tenaga dan menghilangkan lelah setelah berkendara, sebelum berangkat kami memilih untuk membeli bakso, kopi dan makanan ringan di warung dekat basecamp. Setelah melakukan pendaftaran di bacecamp kami mulai melakukan perjalanan sekitar pukul 21.00 wib. Kami berjalan melintasi rimba di temani lampu senter. Dari basecamp, pendakian Gunung Lawu masih landai dengan jalur yang rapi. Vegetasi menuju Pos 1 juga belum terlalu rapat karena belum benar-benar masuk hutan. Pos 1 ditandai dengan beberapa bangunan di kanan dan kiri berupa warung kecil yang bisa digunakan untuk istirahat, sekaligus shelter.

Di pos 1 inilah aku bertemu dengan Raka Adi Putra. Dia pria dengan tinggi sekitar 176cm, Asberhidung mancung, berambut pirang dan berponi. Dia juga mendaki bersama temannya yang bernama Iqbal Eko Rifki. Mungkin karena meraka iba melihat kami cewek hanya jalan ber2 dan mendaki di malam hari, maka dari itu mereka mengajak kami untuk gabung dengan tim mereka.

Perjalanan menuju pos 2 pun kami lalui secara bersama. Suasana malam di jalur pendakian sangatlah sunyi, dan hening sehingga membuat sensasi pendakian menjadi horor. Apalagi gunung lawu terkenal dengan mitos mistisnya. Untuk menghilangkan keheningan, kami memutuskan untuk menghidupkan speaker dan mendengarkan musik.
Jalur pendakian ke pos 2 mulai memasuki hutan, pohon - pohonpun mulai berjajar dengan rapi. Jalurpun mulai menanjak dan melelahkan dengan trek berbatu yang membuat kakiku semakin pegal dan nafaspun mulai  terengah - engah. Pos 2 ditandai dengan sebuah shelter di sisi tebing dan lokasinya cukup luas. Setelah sampai di pos 2 kami pun beristirahat selama 5 menit lalu lanjut menuju pos 3.

Dari Pos 2 ke Pos 3, trek pendakiannya relatif sama, berupa bebatuan besar dan menanjak. Setelah kami berjalan 1 jam 30 menit kami menemukan Pos 3 yang ditandai dengan shelter yang hampir rusak karena sebagian sudah tanpa atap. Cukup melelahkan juga berjalan dari basecamp ke pos 3.

Pos 4 gunung lawu
Pos 4 gunung lawu

Pos 3 ke Pos 5 jalur pendakian Gunung Lawu masih sama menggunakan jalur bebatuan serta lebih menanjak lagi. Memasuki Pos 4, jalur mulai terbuka. Pos 4 tidak mirip pos yang lain. Hanya ada tanda berupa plakat yang tertulis bahwa disitulah pos 4. Aku melihat teman ku Vita tampak kelelahan dan wajahnya memucat.

"Apa kamu baik - baik saja?" Tanya ku.
"Aku baik - baik saja, hanya sedikit lelah."
"Kalau lelah kita bisa beristirahat sejenak di pos 5 dan bahkan kita bisa mendirikan tenda di sana, 15 menitan lagi kita akan sampai pos 5. Bertahanlah 2 tikungan lagi kita akan sampai." Sahut Iqbal sambil melihat wajah Vita. Tapi Iqbal merasa wajah Vita semakin melemas hingga akhirnya Vita salah melangkahkan kaki dan terkilir.
"Aowwww kaki ku kram." Tanpa pikir panjang Iqbal meletakkan carriernya dan membopong Vita dan Raka pun membawakan carrier Iqbal dan aku maju paling depan sebagai petunjuk arah.

Setelah melewati 2 tikungan kita sampai di pos 5. Untuk menuju pos lima tidak dibutuhkan waktu yang panjang, diantara pos 4 serta pos 5 terdapat sumber yang terkenal keramat bernama "Sendang Drajat". Sendang Drajat adalah salah satu sumber air mata diGunung Lawu.

Setelah tiba di area Sendang Drajat kamipun mencari tempat yang landas untuk mendirikan tenda. Aku memijat kaki Vita di atas kayu yang sengaja di letakkan di pos 5 untuk beristirahat. Sementara Iqbal dan Raka bekerja sama mendirikan tenda. Setelah tenda berdiri dengan kokok aq mengandeng Vita untuk masuk tenda.

Setelah memakai sleeping bag Vita pun tertidur dengan pulas. Waktu menunjukkan pukul 02.15 pagi dan cuacapun semakin dingin, benar saja ketika aku melihat termometer arlojiku suhu mencapai 4C. Luar biasa dingin apalagi kami hanya duduk di tenda tanpa aktifitas maka  udara dinginpun makin terasa.

Secara tiba - tiba Raka keluar dari tenda menyalakan kompor gas portabel merebus air dan menyeduh kopi. Aku dan Iqbal pun mengikuti keluar dari tenda. Suasana malam di  gunung lawu sangatlah indah.  Bintang bertebaran di langit. Rembulan bersinar dengan terang. Pepohonan bergoyang di tiup angin. Dan rumput pun terbasahi oleh embun.

Setelah meminum kopi Raka mengajakku untuk melanjutkan submit dan mengejar sunrise. Sementara Iqbal memilih menemani Vita di dalam tenda. Tepat pukul 03.00 WIB aku dan Raka melanjutkan submit.

Puncak Hargo Dumilah
Puncak Hargo Dumilah

Jalur selanjutnya menuju puncak Hargo Dumilah sudah mulai datar dan sedikit menurun. Lokasinya pun tidak terlalu  jauh. Di perjalanan ke puncak kita menemukan Warung fenomenal di Gunung Lawu, yaitu "Warung Mbok Yem", warung tertinggi di Indonesia yang terkenal di Gunung Lawu.

Warung Mbok Yem telah populer di kalangan  pendaki. Warung ini membuat keringanan bagi  para pendaki sebab tidak perlu membawa logistik yang terlalu banyak. Warung Mbok Yem juga telah menyediakan kawasan bermalam bagi para pendaki yang tidak membawa tenda, dengan daerah yg tidak mengecewakan lumayan luas cukup untuk sekitar30'an orang.

Jika cuaca mendukung ,lautan awan Gunung Lawu  sangat menawan ketika matahari terbit. Kita bisa menikmati lautan awan yang menawan tidak perlu ke Hargo  Dumilah, karena Hargo Dalem tidak kalah  menakjubkan. Menikmati matahari terbit sambil merasakan kopi hangat atau teh hangat pada pagi hari tentu  sangat nikmat. Habis?, silahkan pesan ke Warung  Mbok Yem di belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun