Mohon tunggu...
Rohmanuddin
Rohmanuddin Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa

Halooo semuaa Perkenalkan saya Rohmanuddin, Mahasiswa Semester 7 di STIE Wiyatamandala di daerah Jakarta (kawasan Mangga Dua). Rutinitas saya yaitu mengajar les private siswa SD, mendengarkan musik, belajar membuat artikel di berbagai platfrom dan terlibat aktif dengan beberapa organisasi volunteer. Untuk lebih jelasnya bisa kalian kunjungi Official IG saya @Rohmanuddin09. See you on top

Selanjutnya

Tutup

Humor

Tahun Berganti, Namun Beban Keluarga Tidak Berganti

29 Desember 2020   20:00 Diperbarui: 30 Desember 2020   10:32 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi Beban Keluarga memang menjadi aib bagi keluarga sendiri baik secara langsung atau tidak langsung. Apalagi jika kita memiliki perasaan tidak enakkan dengan keluarga kita (orang tua) yang sudah sepuh tapi kita masih leha-leha dengan dunia kita sendiri atau memiliki perasaan iri dengan teman-teman kita yang sudah nikah atau sukses dengan bisnis yang alami.

Istilah "beban keluarga" bisa dibilang trending di tahun 2020 ini. Padahal di tahun sebelumnya, istilah ini belum begitu populer di telinga kita. Bisa jadi istilah ini muncul karena ada seruan "di rumag aja" oleh pemerintah. Bisa jadi munculnya istilah ini karena ada seruan "di rumah aja".

Dimana, seruan tersebut mempunyai makna yang tersendiri yaitu segala aktivitas yang sebelumnya kita lakukan di luar rumah (seperti bekerja, belajar, dan lainnya) harus dilakukan di rumah aja. Sehingga beban-beban yang seharusnya tidak ada atau tidak terjadi, justru malah terjadi pada saat ada seruan tersebut.

Jika mengacu pada objek yang dituju, istilah "beban keluarga" jika diarahkan ke orang yang udah punya pekerjaan atau keahlian, mungkin tidak akan berasa efeknya. Yaah... soalnya dia udah ada pegangan yaitu keahlian yang dia miliki. Yang jadi permasalahan, jika orang yang 'maaf' pengangguran tidak sadar diri atau tidak peka jika menerima istilah "beban keluarga" ke dirinya, justru dia malah enjoy aja gitu dengan circle of life nya dia. Waduuuh....ampun dah...ampun...

Bukan maksud saya men-judge orang yang 'maaf' pengangguran seperti itu jelek yaa teman-teman. Tapi jika menarik fakta yang dilapangan khususnya kondisi di Ibukota DKI Jakarta, maka orang-orang yang memiliki seperti itu dicap di masyarakat sebagai 'maaf' sampah masyarakat.

Jadi bersyukurlah sebagaian dari kita yang sedang di posisi menganggur tapi kita memiliki rasa malu dan berusaha mencari solusi (seperti melakukan hobi dan lain-lain) agar bisa produktif, bukan hanya di tahun 2020, tapi di tahun-tahun selanjutnya. Yaa syukur-syukur dari kegiatan atau hobi yang kita lakoni menjadi lapangan kerja bagi orang lain. Waaah....itu baru mantap betul.

Jadi doa saya yang pertama kali terucap di tahun 2021 nanti, semoga jumlah beban keluarga baik di Indonesia dan di dunia bisa berkurang. Sehingga kehidupan yang kita jalani menjadi normal kembali.  Aaamiiin....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun