Mohon tunggu...
Rohman Hikmat
Rohman Hikmat Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Buku Sebuah rasa/ Duta Baca Jabar/ Duta Bahasa Jabar

Penulis Buku/Duta Baca Jabar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apa Kabar Toleransi di Tengah Corona?

12 April 2020   22:20 Diperbarui: 12 April 2020   22:29 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : popbela.com)

Bukannya kita ingin memiliki sembuh yang sama untuk negara kita Indonesia? untuk negara-negara yang berada di dunia?

Berbagai pihak telah melakukan berbagai tindakan demi sebuah kesembuhan. Sembuh ini bukan tentang kesembuhan pribadi tapi tentang kesembuhan semua orang. Kamu setuju bukan? Karena kesembuhan corona ini juga bagian dari harapan kamu?

Bicara tentang harapan? Apa yang kamu harapkan di tengah corona seperti ini? Kalau aku boleh tebak, kamu ingin agar corona segera dimusnahkan. Jika kita sudah punya harapan sembuh yang sama, tidak apa-apa kan kalau kita bertindak dengan cara yang berbeda-beda.

Hmmm…. Berbicara tentang toleransi, rasanya banyak sekali permasalahan di Indonesia diakibatkan oleh intoleransi. Kita selalu dihadangkan untuk memilih ikut peduli atau memilih untuk mencaci. Pilihannya ada di tangan kita sendiri?

Bukannya kita berhak untuk saling menghargai terhadap setiap tindakan yang dilakukan. Kita yang tidak memungkinkan untuk berjuang secara langsung, tentu bisa berjuang dengan cara lain seperti contohnya #DiRumahAja. Lalu, bagaimana sikap kita saat ini?

Masih banyak kritik tajam untuk pemerintah, masih banyak kritik pedas dan tindakan tidak adil untuk tenaga kesehatan, masih banyak kritik menjatuhkan untuk pihak pendidikan tinggi. Secara pribadi aku sedih melihat semua ini, kita punya tujuan yang sama tapi kenapa kita tidak memberikan dukungan untuk mencapai tujuan yang sama pula? Mengapa kita mudah tersulut emosi demi kepentingan ego pribadi?

Berbagai macam informasi sudah sering dibagi tentang wabah corona. Coba kita ingat kembali beberapa hal yang telah terjadi belakangan ini.

Perawat trauma ditampar oleh satpam karena mengingatkan untuk menggunakan masker,

Mayat perawat yang meninggal tidak diterima untuk dikuburkan di daerahnya,

Tenaga medis tidak diterima untuk ke rumahnya, dan

Banyak lagi informasi-informasi  menyakitkan lainnya.

Begitu kah sikapmu untuk pahlawan kebaikan di masa corona seperti ini? Apakah harus muncul penolakan dan dijauhi oleh masyarakat. Apakah sehina itu orang yang berjuang untuk membantu orang-orang? 

Coba kita saling intropeksi diri, seperti itukah sikap warga negara Indonesia yang katanya ramah tamah. Apakah di tengah masa pandemik corona seperti ini kita harus melontarkan kritik tajam kepada berbagai pihak. 

Bukankah kita selalu diajarkan untuk saling mendukung, kalau kamu peduli apa yang sudah kamu beri? Kita selalu lupa untuk mengapresiasi akan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut dan hanya berfokus pada hal-hal negatif.

Bentuk apresiasi dapat berupa ucapan terima kasih dan mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan. Kita saling mengingatkan tapi jangan lupa untuk mengapresiasi karena sebagai manusia kita memiliki hati. 

Kita tidak mengetahui perjuangan setiap orang yang begitu besar, patutkah kita menjatuhkan? Setiap orang rela mengorbankan banyak hal, tapi  kenapa kita dengan mudahnya melontarkan kritik tajam hanya karena satu hal.

Lalu ada yang berkata bahwa itu merupakan resiko dari jabatan dan resiko dari profesi? Karena berani mengambil peran maka berani menyakiti diri sendiri (menjadi pemimpin itu menyakitkan). 

Peran besar yang diambil memiliki tanggung jawab yang besar, tapi mereka juga manusia, kita juga manusia. Maka bersikaplah untuk memanusiakan manusia, kita memiliki tanggung jawab besar masing-masing. 

Kalau mereka melakukan kesalahan misal lupa mengerjakan sesuatu lalu kamu menuntut untuk turun jabatan, menyalahkan, menuntut pertanggungjawaban sebagai tenaga medis, bahkan mengatakan sumpah serapah yang tajam, memberikan kritik pedas di media sosial, dan tindakan kejam lainnya. 

Kalau kita yang tidak melakukan tanggung jawab sebagai rakyat dengan benar, apakah mereka berhak menuntut berhenti jadi warga negara, tidak boleh ke rumah sakit, menyalahkan, meramaikan media sosial dengan hujatan, dan tindakan kejam lainnya. Apakah banyak pemangku kepentingan seperti pemerintah dan tenaga medis melakukan hal tersebut? Tidak bukan?

Mari kita saling sadar, sekali lagi hidup memang bukan tentang apresiasi tapi mengapresiasi orang lain bukankah hal yang gratis dan mudah dilakukan. 

Selalu ingat, bahwa dunia tidak selalu berporos pada diri sendiri, semesta selalu berputar membolak-balikan takdir setiap manusia, marilah menjadi manusia yang memanusiakan manusia dan budayakan berpikir positif!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun