Mohon tunggu...
rohmalaila
rohmalaila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Malang

Hobi saya membaca berbagai macam bacaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kejahatan Dibalik Tuduhan Menghadapi Realitas Kekerasan Terhadap Anak

10 Januari 2025   15:50 Diperbarui: 10 Januari 2025   15:50 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kejahatan di Balik Tuduhan: Menghadapi Realitas Kekerasan Terhadap Anak"

Oleh ; Rohmah Laelatul Chasanah


Munculnya berbagai tindak kriminal di lingkungan masyarakat merupakan salah satu tindakan yang umumnya dilakukan oleh orang yang tidak terdidik. Sampai saat ini, moral kita tergugah oleh kasus penganiayaan seorang bocah di Tangerang yang disetrum dan dipaksa minum minuman keras. Dalam masyarakat yang seharusnya melindungi generasi muda, berita tentang seorang bocah di Tangerang yang disetrum dan dipaksa minum minuman keras karena tuduhan mencuri uang Rp700 ribu mengejutkan kita semua.

Tuduhan pencurian, meskipun serius, seharusnya tidak menjadi alasan untuk melakukan kekerasan. Kekerasan fisik atau psikologis terhadap anak tidak hanya melanggar hak asasi manusia tetapi juga dapat berdampak buruk pada perkembangan mental dan emosional anak dalam jangka panjang. Dalam kasus ini, tidak hanya menunjukkan sisi buruk perilaku manusia, tetapi juga menunjukkan bagaimana sistem hukum dan perlindungan anak tidak berfungsi dengan baik. Ketika komunikasi dan pemahaman seharusnya menjadi jalan keluar, bagaimana kita dapat membiarkan kekerasan menjadi solusi? Jika kita tidak mengambil tindakan segera, kita akan terus menciptakan trauma dan keputusasaan bagi generasi berikutnya

Penting untuk diingat bahwa lingkungan membentuk anak-anak. Ketika mereka dikelilingi oleh ketidakadilan dan kekerasan, pesan yang mereka terima adalah bahwa intimidasi dan kekuatan lebih penting daripada empati dan percakapan. Situasi ini menuntut kita untuk mempertimbangkan cara kita mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan kepada generasi muda. Itulah mengapa, sangat penting bagi anak-anak yang menjadi korban kekerasan untuk mendapatkan akses ke layanan perlindungan anak dan perlindungan sosial untuk memungkinkan mereka menerima pemulihan. Negara bertanggung jawab untuk memenuhi hak anak korban untuk dipulihkan, termasuk memberikan perlindungan sosial kepada mereka. Tampaknya anak-anak yang menjadi korban kekerasan tidak memenuhi kriteria penerima perlindungan sosial.

Sekitar 1 dari 4 anak di dunia mengalami kekerasan fisik sebelum mencapai usia 18 tahun, menurut data UNICEF. Angka-angka ini tidak jauh berbeda di Indonesia. Kekerasan terhadap anak tidak hanya terjadi di jalanan atau tempat yang dianggap berbahaya; seringkali ia terjadi di rumah, di sekolah, atau bahkan oleh orang-orang terdekat yang seharusnya menjaga mereka. Kasus terbaru ini menunjukkan betapa rentannya anak-anak terhadap tuduhan yang tidak masuk akal yang dapat mengarah pada kekerasan.

Stigma sosial dan kurangnya pemahaman tentang hak anak sering kali menjadi penyebab kekerasan terhadap anak. Ketika seorang anak dituduh melakukan kesalahan, tindakan pertama yang dilakukan yaitu main hakim sendiri, hakim sendiri adalah tindakan yang berbahaya daripada penyelidikan yang adil. Ini adalah jenis kejahatan di balik tuduhan di mana anak-anak menjadi korban kekerasan yang tidak seharusnya mereka alami.

Dalam upaya pencegahan, orang tua, guru, dan masyarakat harus dididik tentang hak anak dan cara mendukung mereka dalam keadaan sulit. Pendidikan dapat membantu mengubah pola pikir dan menghentikan kekerasan.

Langkah berikutnya adalah menuntut pihak berwenang untuk bertanggung jawab. Kasus-kasus ini harus diselesaikan sepenuhnya, dan pelaku kekerasan harus dihukum. Hanya dengan cara ini kita dapat membuat lingkungan anak-anak kita aman dan mendukung.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun