Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konten Kreator Hancurkan Kepercayaan Konsumen, Bakso A Fung Pecahkan Semua Mangkoknya

23 Juli 2023   17:28 Diperbarui: 23 Juli 2023   17:29 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dampak influenser atau konten kreator di era disrupsi sekarang ini memang bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi bisa dengan cepat memberikan dampak-dampak positif diantaranya menggerakkan inisiatif kebaikan, menggalang bantuan kemanusiaan, menyebarkan informasi penting secara cepat, membagikan pengetahuan secara mudah dan murah, memberikan hiburan, membagikan kebahagiaan dan masih banyak hal positif lainnya. Namun sebaliknya, influenser juga mampu memberikan dampak negatif yang daya hancurnya luar biasa. Bisa merusak citra sebuah personal, produk, kelompok, komunitas, golongan, perusahaan, daerah bahkan negara. Karena itulah meskipun penggunaan sosial media itu sangat mudah, namun diperlukan kehati-hatian yang ekstra dalam menggunakannya.Seperti kasus yang baru-baru ini terjadi, seorang influenser bernama Jovi Adhiguna memamerkan aktivitasnya saat menyantap bakso dengan kerupuk babi di resto Bakso A Fung yang noateben bersertifikat halal dari MUI di Bandara Domestik I Gusti Ngurah Rai. 

Tanpa menyadari akibat dari tindakan ayng dilakukannya, Jovi memamerkan aktivitas menyantap bakso dengan kerupuk babi tersebut di sosmedland. Dus kecaman warga sosmedland pun segera viral kemana-mana. Bukan masalah makan kerupuk babinya yang menjadi masalah utamanya. Pasalnya makan kerupuk babi itu memang merupakan hak asasi Jovi sesuai agama dan kepercayaan yang dianutnya. Yang menjadi pemicu masalah adalah karena Bakso A Fung merupakan restoran yang memiliki sertifikasi halal dari MUI. Tindakan Jovi dianggap menodai sertifikasi tersebut karena menggunakan peralatan makan Bakso A Fung. Penggunaan peralatan makan untuk makanan berbahan babi tersebut dianggap menjadikan sertifikasi halal yang diperoleh dipertanyakan. Pasalnya untuk membersihkan diperlukan persyaratan khusus yang mungkin sulit dilakukan oleh manajemen bakso A Fung.

Bakso A Fung merespon cepat polemik akibat tindakan yang dilakukan oleh Jovi. Selain respon konvensional berupa klarifikasi dan mitigasi dari permasalahan yang terjadi, manajemen bakso A Fung juga segera meminta maaf kepada konsumen serta khalayak di sosmedland. Tak hanya itu, untuk memastikan bahwa bakso A Fung berkomitmen atas sertifikasi halal yang dimilikinya, mereka tak hanya menyingkirkan semua peralatan makan yang ada di resto yang dipakai Jovi, melainkan menghancurkan semuanya agar tak bisa digunakan kembali dan menggantinya dengan peralatan baru.

IG @basoafungbali
IG @basoafungbali
No pain no gain. Mungkin itulah prinsip yang dipercaya bakso A Fung untuk mengembalikan kepercayaan pelanggannya. Bagaimana pun juga tindakan Jovi telah melukai kepercayaan konsumen muslim yang dimiliki BaksoA Fung. Berbeda dengan luka fisik yang gampang dilihat, luka batin susah untuk diprediksi keparahannya. Karena itu tindakan sensasional yang dilakukan oleh Bakso A Fung dengan menghancurkan semua mangkok tersebut diharapkan mampu menjadi obat yang mujarab. Setidaknya Bakso A Fung telah menunjukkan dedikasi dan komitmen mereka dalam menjada sertifikasi halal yang dimilikinya dengan mengabaikan kerugian yang harus mereka ditanggung akibat kebijakan tersebut.Meskipun Jovi telah meminta maaf dan mengakui kesalahannya, tidak menjadikan Bakso A Fung merasa bebas begitu saja dari tanggung jawab. Secara cepat baksaA Fung juga memberikan klarifikasi dan meminta maaf atas kasus yang terjadi. Namun sepertinya itu tidak cukup bagi Bakso A Fung. Mereka memilih pengorbanan yang lebih besar lagi agar kepercayaan konsumen bisa kembali. Berani merugi untuk memperbaiki citra yang ternodai.

Semoga pelajaran dari kasus kerupuk babi di Bakso A Fung ini mampu menjadi peringatan bagi konten kreator yang terus berupaya mencari sensasi dengan berbagai cara yang terkadang melanggar etika. Sosial mediamu adalah harimaumu. Dia bisa menerkam dan mencabik-cabik orang lain sekaligus membinasakan dirimu sendiri. Karena itu, bijak-bijaklah dalam bersosial media dan berkreasi. Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun