Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Karena Sekuntum Edelweis, Rusak Pesona Kelezatan Iklan Sasa?

16 November 2020   23:41 Diperbarui: 17 November 2020   00:50 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capture video "The Flavour of Nature" - Sumber Foto: youtube channel Sasa Melezatkan


Siapa pun yang menontonnya akan seuju bahwa iklan Sasa ini luar biasa. Teknis sinematografinya tingkat wahid, sisi-sisi pengambilan gambar dan sudut-sudut syutingnya sangat unik, artistik dan menarik.

Lokasi pengambilan gambarnya, juga luar biasa indah dan memanjakan mata.Bintang iklan yang dipilihnya pun juga sangat cantik, bertalenta langka, kelas dunia dan di luar paritas dari bintang iklan yang beredar di dunia iklan Indonesia saat.

Ide kreatif konsep iklan yang dieksplorasi juga cukup out of the box. Bagaimana tidak, untuk menetralkan stigma lama bahwa Sasa itu merupakan MSG aau micin yang sempat dianggap tidak sehat, tidak natural dan berbahaya bagi kesehatan, iklan ini menampilkan Liana Snytsar yang notabene seorang koki atau chef berkelas dunia sekaligus seorang traveler.

Mengangkat serial kampanye iklan dengan tajuk "The Flavour of Nature", pada serial #4 ini, iklan tersebut menampilkan sequel kisah saat chef Liana Snytsar sedang melakukan pertualangan yang sangat luar biasa.

Dengan ceria dan bersemangat, chef Liana menjelajahi indahnya alam dan memasak di spot-spot unik dan menakjubkan di seputaran kaki Gunung Merapi. Perjalanan tersebut menurut Liana merupakan pengalaman luar biasa yang tak bisa terlupakan.

Capture video
Capture video "The Flavour of Nature" - Sumber Foto: youtube channel Sasa Melezatkan 
Saat menjelajah kawasan di seputaran kaki gunung Merapi itulah Liana percaya bahwa memasak di alam adalah salah satu kegiatan yang menyenangkan dalam hidup karena ia bisa menikmati setiap prosesnya.

Pada momen ini pulalah Liana secara natural bisa mengiklankan Sasa sebagai bumbu pelezat masakan yang menjadi salah satu bumbu andalannya.  Sampai di sini semuanya masih terasa sempurna. Saa bisa menikmati sebuah sajian iklan yang menarik, berkualias, visualnya memanjakan mata dan pesannya jelas bisa kita terima dengan nyaman.

Bunga Edelweis Untuk Pemanis    

Capture video
Capture video "The Flavour of Nature" - Sumber Foto: youtube channel Sasa Melezatkan 
Detail-detail pengambilan gambar, artistik, dan crafting yang disajikan visual iklan ini betul-betul indah dipandang mata. Sepertinya art director syuting iklan ini benar-benar ingin memanjakan mata penonton agar mendapatkan sajian visual yang menyenangkan. Dan saya pun benar-benar menikmati frame demi frame yang ditayangkan.

Sampai akhirnya, saya menjadi sangat kecewa ketika melihat ada beberapa kuntum bunga Edelweis yang nampak manis, diselipkan di kepang rambut Chef Liana Snytsar yang cantik itu. Sungguh chef Liana sebenarnya nampak semakin manis, anggun, alami dan menggemaskan.

Namun kenapa harus bunga abadi atau Edelweis yang harus diselipkan di kepang rambut yang mempesona Liana itu? Mungkin bisa bunga rumput liar, atau bunga semak-semak gunung yang tentunya mudah ditemukan di lokasi tersebut sehingga tak perlu membuat kecewa para pecinta alam yang merasa Edelweis adalah tanaman yang haram untuk dipetik?  

Ternyata kekecewaan saya tidak berhenti di situ saja. Di frame selanjutnya, ternyata ada lagi seikat besar bunga Edelweis yang diletakkan teronggok di meja, bersama-sama beragam bumbu masakan lainnya, serta bunga-bunga rumput liar sebagai penghias dan penambah artistik penyajian hasil masakan Chef Liana yang nampak lezat dan sangat menggoda.

Capture video
Capture video "The Flavour of Nature" - Sumber Foto: youtube channel Sasa Melezatkan 
Lagi-lagi pertanyaan saya, kenapa harus bunga Edelweis yang ada di meja itu? Bukankah seharusnya bunga Edelweis tak boleh dipetik dari habitatnya. Apalagi hanya sekedar penambah unsur artistik semata, bukan sebagai kebutuhan utama. Sungguh keberadaannya terasa sia-sia. 

Karena keberadaan Edelweis di sana bisa digantikan oleh bunga-bunga lain yang lebih pas dan bermakna tanpa kesan mengabaikan kelestarian bunga yang langka.Bukankah ada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 33 ayat 1 dan 2 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati Ekosistem yang melarang memetik Edelweis dari habitatnya di kawasan konservasi?

Yang aku pahami selama ini, memetik bunga Edelweis merupakan salah satu tindakan ilegal dan melanggar hukum. Siapa saja yang nekat memetik bunga Edelweis bisa diancam hukuma penjara selama lima tahun. Bahkan tak hanya itu saja, sang pemetik bunga Edelweis juga bisa dikenakan denda yang tidak kecil, yaitu maksimal sebesar Rp 100 juta.

Lebih lanjut juga ada aturan lebih ketat tentang aturan atau larangan memetik Edelweis yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Apakah Merapi Beda?

Setahuku di beberapa kawasan gunung telah menerapkan peraturan ketat dan tegas mengenai larangan memetik bunga abadi tersebut. Misalnya di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang merupakan kawasan konservasi.

Secara jelas dan tegas sudah ditetapkan peraturan jika ada pendaki yang nekat memetik bunga Edelweis, maka dia bisa dikenakan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta, sesuai dengan pasal 40 ayat 2 Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya.

Begitu pula dengan di Gunung Rinjani. Sekitar tahun 2017 silam, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) pernah dengan tegas mengeluarkan surat larangan pendakian bagi lima pendaki yang diduga pelaku pencabutan bunga Edelweis di Gunung Rinjani tersebut.

Tidak tanggung-tanggung, keputusan pelarangan tersebut ditempel di semua pintu masuk jalur pendakian Gunung Rinjani yang ada di Desa Sembalun dan Senaru.

Selain diputuskan melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Hayati Ekosistem sesuai pasal 33 ayat 1 yang berbunyi "Setiap orang dilarang melakukan hal yang tak sesuai sesuai dengan fungsi pemanfaatan zona dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam", para pendaki tersebut juga dianggap melanggar Kode Etik Pencinta Alam.

Capture video
Capture video "The Flavour of Nature" - Sumber Foto: youtube channel Sasa Melezatkan 
Namun saya bukanlah seorang pakar hukum lingkungan hidup yang benar-benar bisa memastikan bahwa pembuatan iklan Sasa bertajuk "The Flavour of Nature #4" ini apakah benar-benar telah melanggar UU Nomor 5 Tahun 1990 di atas ataukah tidak.

Meskipun dalam pemahaman saya bahwa bunga yang dipakai sebagai properti film iklan tersebut adalah benar bunga Edelweis yang harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, mungkin saya hanya salah menilai.Pasalnya konon bunga Edelweis yang dilindungi Undang-Undang itu adalah bunga Edelweis berjenis Anaphalis Javanica yang berada di kawasan konservasi.

Boleh jadi bunga yang mirip Edelweis yang dipakai Chef Liana Snytsar dalam iklan Sasa di atas bukanlah jenis Anaphalis Javanica dan tidak berasal dari kawasan konservasi. Atau mungkin memang peraturan di Merapi beda?

Mungkin akan lebih memuaskan jika pihak Sasa, agensi atau biro iklannya, atau production house (PH) yang membuat iklan ini mau menjelaskan kekurang jelasan saya mengenai hal tersebut. Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun