Swab PCR ternyata masih memberikan hasil yang seringkali kurang akurat.Â
Meski dikenal sebagai alat pendeteksi Covid-19 yang paling populer di kalangan masyarakat hingga saat ini,Dr Amira Farahnaz Dipl AAAM (American Academy Of Aesthetic Medicine), yang selama ini, telah bepergian ke berbagai rumah sakit di banyak daerah untuk membantu penanganan pasien Covid 19 menyatakan, "Banyak riset yang dilakukan terkait dengan Covid-19 ini, begitu pula dengan  riset yang telah  dilakukan juga oleh para peneliti di UK London, mereka berkesimpulan jika swab PCR hanya memiliki tingkat akurasi 50%-70%, sehingga masih ada 30%-50% kesalahan dalam mendiagnosa pasien tersebut."
Pernyataan dr Amira Farahnaz tersebut memperkuat temuan sebuah riset yang dilakukan di China dimana ditemukan kenyataan bahwa sudah banyak pasien dengan gejala klinis Covid-19 yang ternyaa menunjukkan hasil swab PCR yang negatif.Â
Sehingga kemudian disimpulkan untuk mendiagnosa seseorang positif terkena covid19 melalui 2 pemeriksaan yaitu tes swab PCR dan pemeriksaan kuantitatif antibodi. Â Â
Lalu adakah alat pendeteksi Covid-19 yang lebih akurat dari swab PCR tersebut? Ternyata Korea Selatan telah berhasil memproduksi alat yang jitu dalam mendeteksi Covid-19 dengan tingkat akurasi di atas 95% yang dinamakan Afias-6. Â
Afias-6 ini memiliki fungsi untuk mendiagnosa apakah seseorang telah terpapar virus Covid-19 aau belum di dalam tubuhnya. Setelah seseorang diambil sampel darahnya maka mesin ini akan membaca hasilnya secara akurat melalui print out hasil analisanya.Â
Apabila angka di kertas print out itu menunjukkan kurang dari 1,1 maka, Afias-6 akan membaca negatif. Artinya tidak ada virus yang melekat di tubuh orang tersebut. Namun apabila Afias-6 membaca lebih dari 1,1 maka, orang tersebut sudah terpapar virus corona.
Sebenarnya, Afias-6 ini merupakan alat pintar yang dapat menghitung atau membaca kadar gula dalam darah, kolesterol, asam urat dll. Tapi, melalui penggunaan cartridge khusus, maka mesin ini mampu membaca dan mendeteksi terpapar atau tidaknya seseorang akan covid-19.
Selain memiliki akurasi yang jauh lebih tinggi dari alat lainnya yang sudah ada saat ini, alat ini juga diyakini mampu mendeteksi dengan lebih cepat.Â
Afias-6, dipercaya jauh lebih efisien dalam membaca tingkat keakurasian serta waktu yang diperlukan, bahkan hanya dalam kurang lebih 20 menit saja.Â
Sayangnya, hingga saat ini kurang lebih baru ada sekitar 70-80 instansi saja yang menggunakannya. Sebut saja salah satu contohnya adalah Group Marbella Indonesia serta Amira Aesthetic Clinic. Â
"Afias-6 bisa digunakan untuk proses Isolasi mandiri. Banyak pasien berbulan-bulan di rumah sakit ketika di tes PCR-nya masih menunjukkan positif, padahal hanya IgG nya saja yang positif dan seharusnya ini sudah bisa pulang dan dikatakan sembuh," ujar dr. Amira seperti yang dikutip jakartasatu.com.
Harus diketahui bahwa rapid test yang banyak dilakukan saat ini, hanya bisa mendeteksi setelah kadar IgM nya tinggi, kemungkinan baru setelah lebih dari 10 hari dan apabila pasien sudah berada di step 3. Padahal pada step 4 pasien sudah berbahaya, dalam artian kondisinya kuman atau virus ang menginfeksi sudah memenuhi paru dan membentuk flek seperti lem.
"Waspadai demam karena bisa berarti carrier, tapi memang harus diketahui, ini demam flu atau demam biasa lainnya. Misalnya seseorang  yang demam kemudian di cek dengan Avias-6, keluarnya hasilnya adalah positif. Sudah dapat dipastikan bahwa orang tersebut telah terpapar, namun begitu untuk memastikannya harus tetap menggunakan tes swab PCR," papar dr. Amira yang sudah memanfaatkan Afias-6 dalam memeriksa pasiennya.
Dr Amira sekali lagi mengingatkan, bayak kasus orang yang diperiksa, meskipun jelas sudah terpapar virus Covid-19, namun ketika dilakukan tes swab bisa saja hasilnya adalah negatif.Â
Bisa jadi itu tidak terlihat karena virus sudah tidak ada lagi berada di tenggorokan dan sudah terdorong turun kebawah. Jadi ketika diambil sampel dari tenggorokannya, virus tidak lagi diketemukan meskipun sesungguhnya dia sudah terpapar. Jadi kita harus selalu hati-hati, pasalnya hasil swab PCR bisa terkelabui.
Hanya saja perlu untuk di garis bawahi sebenarnya Afias-6 bukan untuk mengklaim seseorang terkena covid-19 atau tidak. Namun adanya indikasi keberadaan kuman yang ditandai dengan hasil positif pada Afias-6.
Maka bisa dipastikan atau harus diwaspadai pasien tersebut telah terpapar virus covid-19 oleh karenanya masih diperlukan PCR untuk memastikannya.Karena itu, mesin Afias-6 yang bisa mendeteksi kadar antibody sejak 2-3 hari mulai terpapar covid, akan sangat tepat jika digunakan sebagai screening dan preventif pasien baik untuk pemulihan maupun pencegahan.
Keunggulan mesin Afias-6 ini ialah tidak hanya mendeteksi reaktif atau non reaktif seperti halnya pada rapid test pack, melainkan mengukur kadar (titer) antibodi covid19 IgM dan IgG di dalam darah, seperti layaknya test untuk typus, ataupun demam berdarah, sehingga dari kadar level antibody bisa dilakukan tindakan screening, dan preventif untuk penyembuhan dan mencegah penularan.
Untuk Tes Rapid
Pada umumnya, rapid test dilakukan dengan mengambil sampel darah yang fungsinya untuk mendeteksi kadar antibodi imunoglobbulin terhadap virus dalam tubuh. Antibodi adalah sistem kekebalan tubuh yang dibentuk oleh protein untuk melawan virus, bakteri, atau benda asing lainnya.
Fungsi es rapid ini adalah mengukur dua jenis imuneglobbulin. Jenis pertama adalah imuneglobbulin M (IgM); ang merupakan indikator pertama jika tubuh seseorang telah terpapar oleh bakteri atau virus.Â
Antibodi adalah perlindungan pertama terhadap suatu infeksi.Ketika tubuh terinfeksi virus untuk pertama kalinya, maka kadar IgM akan meningkat. Jenis kedua adalah imuneglobbulin G (IgG).Â
Ia merupakan jenis antibodi yang paling umum ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh manusia lainnya. Fungusi keberadaan antibodi ini bisa memberikan perlindungan terhadap bakteri atau virus yang pernah masuk ke tubuh, sehingga mampu memberi perlindungan terhadap infeksi selanjutnya.
Hasil pembacaan rapid test cuma ada reaktif dan tidak reaktif. Reaktif diasumsikan bahwa sebagai antibody positif dimana IgM dan IgG keduanya reaktif, kondisi tersebut mengindikasikan kalau seseorang telah mengalami infeksi tertentu, meskipun belum tentu corona virus --covid-19. Karena itulah diperlukan tes lanjutan semisal swab test atau PCR.Â
Usai melakukan tes inilah maka infeksi yang menimpa tubuh bisa dipastikan sebagai akibat COVID-19 atau bukan.Sedangkan untuk hasil deteksi antibodinya nonreaktif yang diasumsikan sebagai antibody negatif dimana IgM dan IgG keduanya nonreaktif, ini menunjukkan kalau seseorang atau pasien itu tidak mengalami infeksi tertentu.Â
Namun begitu rapid tes harus dilakukan berulang sekali lagi diantara hari ke 7 -- 10, dan disarankan untuk isolasi mandiri meskipun merasa sehat.
Berdasar papara di atas, hasil sebuah rapid test yang menyaakan reaktif perlu untuk ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab untuk memastikan apakah benar terpapar covid-19 atau malah sebaliknya.Â
Nah seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, Afias-6 merupakan alat pemeriksaan antibody kuantitatif Immunoglobine yang disebut swab antigen.Â
Karena itu, Afias-6 ini tentunya bisa juga digunakan untuk swab dengan akurasi diatas 95%. Jadi di dalam satu alat ini bisa didapatkan dua fungsi yang berbeda. Nah kenapa kita tidak melakukan langsung test Rapid maupun Swab hanya dengan satu mesin Afias-6 saja? Efektif, efisien, cepat dan akurat hasilnya. Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H