Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kuota Internet Bantuan Kementerian dan Curhat Teman-teman Guru

29 Agustus 2020   10:06 Diperbarui: 30 Agustus 2020   14:37 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah siswa SDN 1 Inten Jaya mengerjakan tugas melalui gawainya di Kampung Lebak Limus, Lebak, Banten, Senin (20/7/2020). Sejumlah siswa yang tinggal di daerah pelosok tersebut kesulitan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring dan tepaksa menempuh perjalanan hingga satu kilometer dari kediamannya menuju ke dataran yang lebih tinggi agar mendapatkan jaringan internet guna mengerjakan tugas sekolah melalui gawai yang nantinya dikirim melalui aplikasi percakapan WhatssApp.(ANTARA FOTO/MUHAMMAD BAGUS KHOIR)

Bagaimana tidak, dalam keluarga besar berumah kecil tersebut, 1 ponsel yang dimiliki harus dipakai oleh 5 orang secara bergiliran. Ada ayah, ibu, anak pertama SMK kelas 2, anak kedua SMP kelas 8, dan anak ketiga SD kelas 2. 

Bukannya marah dan memberi hukuman pada siswanya yang tak disiplin dalam mengumpulkan tugas, kawan guruku ini pun hanya menyempatkan diri untuk berbasa-basi sedikit dengan keluarga tersebut, sebelum buru-buru pamit pulang dengan mata sembab oleh air mata karena kesedihan yang menderanya.

Seorang pelajar SD tengah belajar daring (Sumber Foto: dokpri)
Seorang pelajar SD tengah belajar daring (Sumber Foto: dokpri)
Kisah tersebut adalah kisah nyata. Sebuah kenyataan yang sudah selayaknya menjadi pertimbangan dan perhatian pemerintah dalam menjalankan kebijakan yang ada.

Sebenarnya keluarga dengan tiga anak masihlah belum seberapa. Masih masuk dalam kriteria program Keluarga Berencana (KB) yang ditetapkan pemerintah dua atau tiga anak cukup. Tentunya masih banyak keluarga-keluarga Indonesia lainnya yang kondisinya lebih memprihatinkan. 

Ada keluarga yang punyanya hanya ponsel jadul yang bisanya hanya untuk nelpon semata. Ada yang ponselnya harus dikaretin biar tak tercerai berai, ada yang LCD-nya sudah retak-retak parah, ada yang gambarnya sudah samar-samar dan banyak kondisi mengenaskan lainnya.

Semoga saja, setelah program bantuan kuota internet ini, pemerintah segera bisa mewujudkan bentuk-bentuk bantuan lainnya yang lebih fokus dan tepat sasaran sesuai yang dibutuhkan masyarkat. Sehingga tekad Presiden Jokowi untuk "membajak pandemi sebagai lompatan besar di masa depan" bukan sekadar orasi manis dan khayalan kosong semata. Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun