Mungkin yang tepat julukan bagi mereka adalah tukang bersih, atau enak dimengertinya oleh khalayak umum yaitu tukang bersih-bersih. Dengan julukan tersebut diharapkan kesan yang ditimbulkan menjadi lebih simpatik dan positif.Namun apa daya julukan tersebut sudah menjadi kesepahaman umum. Apa boleh buat, kita harus menerimanya meskipun terasa mengganjal dan tidak nyaman. Biarlah mereka disebut tukang sampah yang terdengar buruk yang penting kita bisa menghargai dan mengapresiasi tugas mereka yang mulia.
Rekahkan Senyum Mereka
Apresiasi dalam bentuk kontraprestasi seperti memberikan gaji, upah, iuran, tip atau apa pun namanya kepada para tukang sampah yang membantu kita tentunya baik adanya.
Namun, itu memang sudah menjadi hak mereka dan tanggung jawab mereka. Sebuah hubungan relasional yang memang harus begitu aturannya. Mereka bekerja, kita menikmati hasil kerja mereka dan tentunya harus membayarnya. Tak ada yang istimewa.
Jika kita menyadari keberadaan mereka itu penting, maka kita harus bisa memberikan sesuatu yang lebih padanya. Hadiah, bingkisan, bonus dan lain-lainnya tentu bagus juga.
Namun di luar apresiasi berupa materi di atas, kita bisa memberikan apresiasi melalui perlakuan kita terhadap sampah yang bisa membuat para tukang bersih-bersih merekah tawanya. Pertama hormati dan hargai pekerjaan mereka. Cukup keramahan, senyum dan kerelaan kita untuk membiarkan mereka melakukan tugasnya, akan bisa membuat mereka bahagia.
Kedua, perlakukan sampah dengan aturan yang semestinya. Jangan malas melakukan pemisahan sampah berdasarkan kategori yang biasa ditentukan.
Misalnya sampah organik, sampah non organik dan sampah kimia yang berbahaya yang disebut sampah B3. Minimal kita bisa memisahkan antara sampah organik dan non organik yang ada. Kumpulkan sampah-sampah plastik, kaleng, beling, dan berbagai macam sampah-sampah yang potensial untuk didaur ulang didalam tempat sampah tersendiri. Percayalah dengan melakukan itu saja, Anda sudah bisa beramal karena akan membuat abang tukang bersih-bersih tersenyum merekah karenanya.
Ketiga, perlakukan sampah-sampah yang berbahaya, misalnya tajam, mudah terbakar, bisa melukai dan barang bahaya lainnya dengan pengamanan sebaik-baiknya sehingga tidak berpotensi melukai tukang bersih-bersih saat menjalankan tugasnya.
Kita harus memahami resiko pekerjaan para tukang bersih-bersih tersebut. Telah terjadi cukup banyak kasus tukang bersih-bersih yang terkoyak kulitnya oleh pecahan beling, terkena cipratan bahan kimia berbahaya, tertusuk paku bekas dan banyak benda berbahaya lainnya yang dibuang orang-orang secara sembarangan.
Ayo mulai sekarang kita upayakan agar tukang bersih-bersih selalu bahagia ketika mengambil sampah di tempat kita. Mari kita berbahagia dengan dengan melihat abang tukang bersih-bersih yang senyumnya merekah karena tugasnya terbanu oleh kepedulian kita. Tabik. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H