Pilkada serentak 2020 yang akan segera digelar, mendadak menjadi ajang kritik terhadap Presiden Joko Widodo. Pasalnya gara-gara pencalonan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo sebagai Calon Walikota Solo yang diusung oleh PDI dan didukung hampir semua partai yang ada, kecuali PKS membuat Jokowi dituduh ingin melanggengkan dinasti politik atau kekuasaan.
Sebagian kalangan menilai Jokowi lupa diri dan tergoda untuk memanfaatkan politik mumpung ada kesempatan yang dalam bahasa Jawa disebut "Aji Mumpung". Mumpung masih menjabat sebagai presiden dan memegang tampuk kekuasaan negara, mumpung masih memiliki kharisma dan kewibawaan sebagai kepala negara, mumpung pilkada diselenggarakan 2020, belum tentu lima tahun kedepan peluang besar dukungan seperti sekarang masih dimiliki dan banyak mumpung-mumpung lainnya.
Dugaan melanggengkan dinasti politik dan kekuasaan tersebut semakin menguat ketika tak hanya putra sulungnya semata, tetapi menantu dan ipar Jokowi ternyata juga tertarik untuk turut berlaga pada Pilkada 2020 ini.
Jika Gibran akan berlaga di pemilihan Walikota Solo, maka menantu Jokowi, Bobby Nasution akan bertarung untuk posisi Walikota Medan. Di luar mereka berdua, juga masih ada Wahyu Purwanto yang merupakan adik ipar Jokowi yang akan maju dalam pemilihan Bupati Gunung Kidul. Bahkan selain ketiga kerabat dekat tersebut, ada juga kerabat agak jauh Jokowi yaitu Doli Sinomba Siregar yang merupakan paman dari menantu Jokowi, Bobby Nasution yang akan maju sebagai calon Bupati Tapanuli Selatan (Tapsel).
Boleh jadi memang benar seperti yang dikatakan Jokowi, bahwa hal itu akan menjadi dinasti politik ketika Jokowi memberi mandat langsung kepada mereka untuk menduduki jabatan-jabatan di atas. Namun menurut Jokowi tidaklah demikian. Keputusan untuk mereka semua mutlak di tangan rakyat. Rakyatlah yang akan memilih dan menentukan siapa yang akan dipercaya untuk menduduki jabatan-jabatan di atas.
Dari penjelasan Jokowi di atas maka bisa disimpulkan bahwa Jokowi tidak memiliki kuasa apa-apa. Dirinya tidak berdaya untuk memutuskan hal itu. Nah apakah itu artinya jika rakyat yang mendorong, mendukung, mempercayai dan memilih para kerabat Jokowi tersebut untuk memenangkan jabatan-jabatan di atas pada Pilkada 2020 tersebut, sama artinya bahwa rakyatlah yang menciptakan dinasti politik atau dinasti kekuasaan tersebut?
Pada kasus pencalonan Gibran misalnya. Sampai saat ini semua partai politik telah menyatakan sinyal-sinyal dukungannya kepada Gibran kecuali PKS. Jika benar ini terjadi, maka kemungkinan besar pada Pilwalkot Solo 2020 nanti, Gibran akan bertarung dengan kotak kosong. Nah dari sini saja sudah terlihat bahwa partai-partai yang tokoh-tokohnya mengkritik Jokowi ingin menciptakan dinasti politik kekuasaan tersebut justru merekalah yang mendorong terciptanya dinasti politik kekuasaan tersebut?
Sindiran Guruh SP, Iwan Fals dan Ubay NIDJI
Entahlah siapa yang sebenarnya paling bersalah pada sinyalemen dinasti politik pada Pilkada 2020 sekarang, yang jelas polemik dinasti yang bergulir dan memanas tidak menghalangi Gibran untuk maju pada Pilwalkot 2020 mendatang.
Bahkan klarifikasi yang telah dilontarkan Jokowi di atas tidak bisa meredakan polemik bahwa Jokowi melakukan dinasti politik dan kekuasaan. Entah benar sebagai sebuah kritikan atau tidak, entah ditujukan kepada siapa, bahkan adik kandung Ketum PDIP, Guruh Sukarno Putra, telah menciptakan sebuah lagu berjudul "Aji Mumpung" yang liriknya bisa-bisa dimanfaatkan oleh para kritikus untuk mengolok-olok Jokowi.
Lirik lagu sarat kritikan yang dinyanyikan oleh duet penyanyi legendaris Iwan Fals dan Ubay Nidji benar-benar mengusung kata-kata yang boleh jadi bisa diarahkan kepada kondisi Jokowi saat ini.
Aji Mumpung
Cipt: Guruh Sukarno PutraDi suatu zaman orang pada gila-gilaan
Saling cari kesempatan dalam kesempitan
Memupuk kekayaan, Mengejar kedudukan
Berlomba mumpung ada kesempatanSemua orang ingin mendapatkan kemuliaan
Sayang banyak yang tlah melupakan kebaikan
Korbankan harga diri, menjadi lupa diri
Demi keuntungannya pribadiTiada tempat bagimu orang yang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujurDi suatu jaman orang pada lupa daratan
Sejarah dan kenyataan diputarbalikkan
Suramlah kebenaran, suramlah keadilan
Yang tinggal hanyalah kemunafikanTiada tempat bagimu orang yang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur
...
Sebenarnya untuk siapa lagu Guruh Sukarno Putra yang dinyanyikan Iwan Fals dan Ubay Nidji di atas? Tentu saja tidak ada nama yang disebut dalam lagu tersebut. Namun justru karena itulah maka lagu ini bisa ditujukan kepada siapa saja termasuk Jokowi tanpa terkecuali. Meskipun kita tahu bahwa sebelumnya baik Guruh maupun Iwan Fals merupakan tokoh-tokoh ternama yang bersimpati kepada Jokowi. Bagaimana menurut Anda sendiri? Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H