Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Music

Curahkan Rasa Kehilangan Lewat Nyanyian, Mantan Presiden Ini Baper atau Super?

9 Juli 2020   23:45 Diperbarui: 9 Juli 2020   23:53 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Limo Pacitan, diabadikan SBY dalam tembang Jawa untuk ibu Ani - Sumber Foto: pacitankabmuseumjatim.wordpress.com 


Terguncang karena kehilangan orang yang disayang, tentunya hal itu merupakan keadaan yang wajar menimpa siapa saja. Tak perduli kalangan awam maupun tokoh-tokoh ternama yang notabene sering dijadikan panutan oleh banyak orang.Kehilangan seorang tercinta, tentu saja bisa menorehkan luka. Luka yang cara mengobatinya bisa melalui beragam cara yang masing-masing orang berbeda-beda cara menanganinya. Yang terpenting adalah guncangan itu bisa mereda. Luka yang menganga bisa beranjak sembuh seperti sedia kala, atau setidaknya tidak memburuk selamanya.

Sayangnya, tidak semua cara mengobati luka yang dilakukan oleh orang-orang ternama, bisa diterima begitu saja oleh mereka yang menyaksikannya. Apalagi orang ternama tersebut adalah seorang pemimpin besar yang kerap dijadikan teladan dan panutan oleh para pengikut dan pendukungnya.

Banyak orang yang lupa, bahwa seorang presiden, pemimpin, direktur, jenderal ataupun orang dengan status-status mentereng lainnya, ujung-ujungnya tetaplah manusia biasa.

Di luar ketegasan, kepeloporan, kewibawaan, ketangguhan, keberanian dan sifa-sifat unggulan yang harus dimilikinya, seorang pemimpin tersebut secara pribadi tetaplah manusia biasa. Manusia biasa yang secara manusiawi memiliki hati, emosi, perasaan dan sisi-sisi melankoli lainnya yang tak bisa dihilangkan eksistensinya begitu saja.

Karena itu, wajarlah kiranya jika seorang pemimpin besar, jenderal, presiden maupun tokoh-tokoh ternama lainnya, sesekali menjadi melo dan sentimentil ketika tersentil hatinya apalagi jika kehilangan orang yang sangat dicintainya.

Mungkin hal itu persis seperti yang terjadi pada mantan Presiden SBY sekarang ini. SBY yang nampak sangat kehilangan atas kepergian istri tercinta, Ibu Ani Yudhoyona, sampai saat ini banyak mengekspresikan rasa kehilangannya yang mendalam tersebut, dengan wujud-wujud tindakan yang dirasa melo dan sentimentil oleh orang kebanyakan.

Baca Link Terkait:  Presiden Dua Periode Itu Manusia Juga

Namun, sisi sentimentil dan melankoli SBY tersebut acap dianggap oleh beberapa kalangan sebagai sikap-sikap baper. Tentu saja sebutan baper untuk kali ini tidaklah tepat dan elok untuk dituduhkan.Mungkin sah-sah aja jika ketika masih memegang tampuk pemerintahan dulu, SBY disebut "baper" saat berkeluh kesah tentang kondisi bangsa dan kebijakan-kebijakan negara yang harus diputuskannya, serta kendala dan tantangan dari pihak-pihak yang menentangnya.

Bapernya seorang presiden, bisa jadi merupakan hak dan urusan rakyatnya untuk menerima atau menolaknnya. Tentu saja hal ini berbeda dengan kondisi sekarang. Karena SBY sudah menjadi mantan presiden dan kembali menjadi rakyat biasa, kembali menjadi manusia pada umumnya, maka ekspresi-ekspresi yang dianggap baper terkait rasa kehilangannya atas kepergiaan istri tercinta adalah mutlak haknya sebagai manusia secara pribadi.

Tak ada yang bisa menuntutnya, tak perlu ada yang mengkritiknya apalagi mengolok-olok karya-karya sentimentil dan emosional untuk mewujudkan rasa kecintaannya dan kehilangannya yang besar terhadap kepergian istrinya tersayang.

Tak perlu dipermasalahkan bagaimana SBY mengekspresikan segala perasaannya melalui seni musik dan lagu yang memang sejak dulu digemarinya.

Justru jika dulu SBY kurang bisa bebas dalam mengeksplorasi hobi seninya karena terkekang oleh tanggung jawab dan status sebagai seorang pemimpin negara, maka sekaranglah SBY bisa bebas untuk meluangkan banyak waktunya dalam menekuni hobi. Baik berpuisi, mencipta lirik lagu, menyanyi, bola voli dan lain sebagainya yang dia gemari.


Karena itu janganlah gemas jika sekarang SBY getol menciptakan berbagai aktivitas kreatif untuk mengekspresikan rasa cinta dan rasa sayang kepada mendiang istri tercinta. Tentu saja untuk masalah-masalah pribadi seperti kehidupan cinta dan keluarga, seorang mantan presiden pun boleh membawa-bawa perasaan (baper) untuk mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan hatinya yang mendalam.

Apalagi jika rasa baper tersebut diwujudkan dalam karya-karya seni kreatif yang super. Karya seni yang membawa kebahagiaan, keceriaan, kesenangan, menghibur dan bisa dinikmati oleh siapa saja yang mau menikmatinya dengan sepenuh hati.

Karena itu, marilah kita terima saja karya-karya seni dari hobi mantan presiden tercinta dalam lantunan tembang lagu Jawa "Gunung Limo", pendirian klub bola voli "LavAni" yang berasal dari love Ani beserta official theme songnya, dan karya-karya beliau yang sebelumnya dengan hati terbuka, lapang dan memandangnya sebagai manusia biasa tanpa unsur-unsur politis yang bisa mengotorinya. Tabik.

Pemandangan Gunung Limo dari jauh - Sumber Foto: pacitantribunews.blogspot.com 
Pemandangan Gunung Limo dari jauh - Sumber Foto: pacitantribunews.blogspot.com 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun