Hasilnya pelaksanaan jamaah sholat Jumat berlangsung rapi, teratur, disiplin dan khusyu. Para jamaah yang hadir juga tak ada yang melupakan untuk mengenakan masker. Di awal kehadiran ke lokasi masjid, mereka datang dengan menjaga jarak yang cukup memenuhi persyaratan protokol kesehatan.
Meskipun semua yang hadir adalah jamaah pria saja, namun suasana benar-benar seperti pelaksanaan salat Idul Fitri atau Idul Kurban. Jamaah duduk rapi dan teratur hingga di jalan-jalan aspal sekitar masjid untuk mendengarkan kutbah Jumat dan mendirikan salat berjamaah.
Yang membedakannya adalah cuaca terik yang membuat para jamaah kegerahan dan berpeluh keringat. Pasalnya jika salat Idul Fitri atau Idul Adha digelar diwaktu pagi ketika matahari masing hangat dan belum terlalu panas, namun salat Jumat Berjamaah ini didirikan di waktu salat Dhuhur yaitu tengah hari sehingga teriknya panas matahari benar-benar terik dan panasnya terasa menyengat kulit kita.
Untunglah, Khatib yang membawakan Khutbah dan Imam yang dipercaya untuk memimpin salat berjamaah menyadari akan kondisi tersebut.
Berbeda dengan pelaksanaan Salat Jumat Berjamaah di hari-hari normal dahulu, khutbah maupun bacaan surat Alquran yang dibacakan pada waktu salat Jumat tersebut tidaklah panjang.Â
Sehingga para jamaah yang terpaksa harus kebagian tempat di tengah terik matahari tidak perlu terpapar panas yang menyengat terlalu lama.
Melihat situasi dan fakta yang terjadi pada pelaksanaan salat Jumat berjamaah di masa transisi menuju protokol new normal tersebut, maka bisa dikatakan bahwa umat muslim atau khususnya para jamaah masjid telah siap dan mampu menjalankan protokol new normal dengan semestinya.
Hanya satu hal yang masih perlu diperhatikan dan disosialisasikan yaitu kedisiplinan jamaah ketika usai pelaksanaan salat Jumat berjamaah itu sendiri.Â
Ketika salat Jumat telah selesai ditunaikan, para jamaah masih terlihat kurang sabar ketika hendak meninggalkan lokasi masjid dan bergegas pulang menuju rumah.Â
Karena tidak sabar suasana rapi dan teratur ketika menjalankan salat Jumat berjamaah, mendadak menjadi kacau balau dan awut-awutan.
Para jamaah yang bergegas pulang seperti merasa bahwa protokol kesehatan tak perlu lagi dijaga. Mereka bergegas melangkah pulang dengan saling berdesak-desakan, sehingga protokol jaga jarak fisik jadi terabaikan.Â