Sudah agak jauh aku meninggalkan lokasi poster itu. Namun, kata-kata yang tertulis dalam poster tersebut terus saja menggelayut di benakku. "Keterlaluan, dimana-mana trending sembako gratis dan aktivitas bansos lainnya kok ini malah gratis kain kafan," omelku dalam hati. Bukankah para korban meninggal akibat corona sudah diurus dengan baik oleh rumah sakit yang menanganinya. Bahkan siapa pun tak bisa merumatnya lagi. Semuanya sudah tuntas dari rumah sakit. Bahkan menghadiri penguburannya pun kita tidak bisa. Jadi korban Covid-19 tidak memerlukan kain kafan ini.
Mahalnya Meninggal di Jakarta
Mendadak aku tersadar. Ini bukan lagi tentang wabah corona. Berapa banyak korban meninggal karena wabah Corona? Tentunya masih lebih banyak warga yang meninggal karena sebab-sebab lainnya. Tentunya penggagas sumbangan gratis kain kafan tersebut tidak menyasar para korban wabah corona secara langsung. Bisa jadi mereka menyasar mereka-mereka yang tertimpa duka cita, dalam kondisi yang kesusahan atau miskin papa. Baik karena terdampak wabah corona maupun tidak.
Jadi, jika dipikirkan secara mendalam maka kita akan bisa mengerti bahwa bantuan berupa kain kafan gratis tersebut pastinya akan banyak yang membutuhkan. Orang meninggal harus diperlakukan dengan semestinya. Jenazah wajib dimandikan dan dikafani oleh kita umat muslim yang masih hidup. Jangan sampai karena ketidakmampuan duniawi, keluarga yang ditinggalkan tidak mampu membeli kain kafan. Karena itu pemberian bantuan kain kafan tersebut sangat masuk akal.
Bukankah kalau di kampung-kampung itu ada dana sosial gotong-royong dimana biasanya digunakan untuk kasus-kasus seperti itu? Boleh jadi bantuan dari gotong royong seperti itu bisa didapatkan oleh warga yang diperhitungkan keberadaannya. Bagaimana dengan warga-warga ilegal, warga tak beridentitas, warga kolong jembatan dan lain-lainnya yang keberadaan tidak dikenal bahkan tidak disadari oleh masyarakat sekitar. Tentunya bantuan-bantuan yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk memuliakan jenazah memang dibutuhkan.
Terkait hal ini aku jadi teringat dengan apa yang dilakukan oleh penyayi gaek Dorce Gamalama beberapa waktu lalu. Sebagai kepedulian kepada masyarakat, Dorce memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang membutuhkan berupa layanan memandikan jenazah, memberikan kain kafan cuma-cuma hingga layanan penguburan gratis.
“Aku punya yayasan menyiapkan kain kafan, pemandian jenazah gratis. Jadi setiap bulan memang ada 4 sampai 5 orang yang nggak mampu untuk penguburan. Kalau aku nggak mikirin dunia, nggak ada, jauh,” terang Dorce seperti yang dikutip cumicumi.com (13/9/19) lampau.
Konon kepedulian Dorce tersebut dilandasi bahwa nanti dirinya setelah mati juga tidak tahu siapa yang akan memuliakan jenazahnya kelak jika dirinya meninggal.
“Iya, siapin saja. Kalian juga harus mempersiapkan. Saya juga nggak tahu siapa yang mandiin aku, nguburin aku, nggak tahu, kita sudah mati,” sambung Dorce bijak.
Jadi, meskipun terasa seram, namun bantuan sosial berupa kain kafan gratis ternyata tersebut sesungguhnya ada yang membutuhkan. Ternyata di kota-kota besar ini, masih banyak orang meninggal yang keluarganya yang ditinggalkan tidak mampu untuk merumatnya atau memuliakannya.Hanya saja karena kita baca di tengah suasana merebaknya pandemi Covid-19 yang mencekam karena adanya banyak korban, maka bantuan sosial ini terasa sangat menyeramkan.
Seperti sebuah peringatan terhadap warga masyarakat yang tengah mengalami euforia atas penerapan "The New Normal" bahwa ancaman virus corona yang mematikan masih mengancam. Mari kita kembali beraktivitas dan kembali produkif, namun Iingat jangan lupa diri. Jangan lupakan protokol yang mesti dijalani, atau bisa-bisa Anda akan membutuhkan kain kafan gratis yang ditawarkan. Tabik.