Jika dicarikan padanannya yang setara, pemuatan 1000 daftar nama-nama korban meninggal di halaman pertama dan kedua New York Times tersebut, mungkin bisa disamakan dengan kritik atau peringatan bahwa nama dan foto orang yang tak peduli terhadap protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona akan dimuat di cover depan buku Yasin.
Dimana seperti yang kita ketahui bersama, bahwa jika nama dan foto orang yang sudah dijadikan cover buku Yasin merupakan orang-orang yang sudah meninggal dunia. Hanya saja bedanya jika penayangan nama-nama orang di halaman New York Time berhasil menjadi perhatian dan dipahami maksudnya oleh warga dunia internasional, sedangkan peringatan ancaman pemuatan di cover buku Yasin hanya dipahami oleh mayoritas umat muslim Indonesia saja.
Namun pemuatan nama-nama korban seperti yang dilansir New York Times sebenarnya menarik dan pantas untuk dilakukan oleh semua media manapun di dunia ini. Setidaknya dengan penayangan nama-nama tersebut orang jadi berpikir bahwa korban tersebut adalah manusia yang mempunyai nama. Manusia dengan berbagai segala unsur eksistensinya seperti sejarah, perannya dalam kehidupan ini. Bukan sekedar angka-angka statistik yang kita lihat besar kecilnya, tinggi rendahnya atau naik turunnya semata. Bukan sekedar poin-poin dalam kurva yang harus dilandaikan puncaknya semata, namun para korban tersebut adalah keluarga, kerabat, saudara, sahabat, teman, kenalan atau seseorang yang memiliki makna bagi kita semua. Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H