Setelah siap, segera kukembangkan sarung sambil melompat ke dalam air. Sarung mengembang penuh. Satu ujungnya kupegang kuat agar terus di dalam air sehingga udara yang terperangkap tidak lepas sehingga balon sarung jadi mengempis.
Tok! tok! tok! Suara ketukan pintu mengagetkanku sehingga pegangan balon sarung terlepas dari tanganku. Karena pelampung balon sarung kempis seketika, maka aku pun geragapan tenggelam di air kali. Sontak aku tersadar. Ternyata aku terlena dalam lamunan masa silam.
"Assalamulaikum Mamah...!" kudengar suara suamiku dari balik pintu depan. Oh... suamiku sudah datang. Suaranyalah yang membanngunkanku dari lamunan. Segera aku beranjak membukakan pintu untuknya.
...
"Mama... ayo kita bersiap pergi beli sarung di pasar!" suara Langit yang hari ini libur mengaji mengusikku yang tengah bermalasan di sofa. Hari ini energiku agak kedodoran. Pelampiasan kerinduan suamiku yang ditumpahkannya tadi malam, membuat banyak energiku cukup terkuras dan membuat lemas.
"Besok aja gimana nak?" rayuku agar Langit menunda rencananya hari ini.
"Nggak mau, Mama sudah janji. Pokoknya hari ini. Kan besok sudah mau aku pakai untuk mengaji," jawab Langit tak mau peduli.
"Oh iya bagaimana kalau kita beli online saja. Malah banyak pilihannya dan gampang milih-milihnya loh?" aku tetap berusaha membujuknya.Â
"Nggak ah aku mau milih dan nyoba laangsung. Pokoknya nggak mau kayak beli kucing dalam sarung," ujar Langit makin ngotot.
"Waduh kok kucing dalam sarung nak. Dalam karung kali yang benar?" ujarku menahan geli.Â
"Biarin. Kan kata Mama kalau ujung sarung diikat kan bisa jadi kayak karung juga!" jawab Langit berkelit. Rupanya anak ini makin pintar. Dengan cepat dia bisa menjadikan apa yang pernah kita ceritakan padanya sebagai bahan untuk menguatkan perkataannya.