Melihat aku mau menyimak, bapak pun melanjutkan. "Nah tentu saja selain itu sarung bisa dipakai buat alas. Bisa jadi alas duduk atau sajadah kalau kita mau sholat pas sajadahnya tidak ada. Lha kowe sering lihat tho Nduk pas bapak ajak ke sawah dan bapak sholat di sana."
Aku pun manggut-manggut mengiyakan sembari meneruskan mendengar apa yang bapak omongkan selanjutnya. "JIka terpaksa dan dibutuhkan, sarung juga bisa dijadikan tas tho nduk. Tinggak diikat salah satu ujungnya, beres tho Nduk. Iso buat wadah apa aja. Iyo ra Nduk?" ujar bapak sambil melihat aku mrenges membenarkan.
Sejenak bapak berhenti. Menghela napas sejenak kemudian tangannya mengambil kopi yang sudah disediakan ibu dari tadi. Menyeruputnya dengan nikmat, sampai terlihat ada beberapa butiran ampas kopi tumbuk yang tersangkut di bibir dan kumisnya. Setelah menikmati sensasi lezatnya kopi bikinan ibu, bapak pun segera meletakkan gelas kembali di meja.
Sambil mengusap membersihkan butiran ampas kopi di bibir dan kumisnya, bapak pun segera melanjutkan wejangannya.
"Sayangnya sarung itu tak selalu berfungsi baik nduk. Tak selalu suci karena banyak dipakai orang untuk beribadah sholat. Karena sarung bisa dibuat tas, makanya maling-maling pun juga suka pakai sarung nduk. Dengan begitu mereka tidak terlihat kalau mau maling. Tinggal dikalungkan di leher sudah aman tak ada orang yang curiga. Coba kalau maling itu malam-malam berkeliaran bawa karung. Lha langsung gampang dicurigai orang-orang tho nduk. Bener ora?" pungkas bapak sambil bertanya.
"Lha njih bener niku pak. Maling koclok alias bodo yen nggowo karung langsung pak," jawabku sambil terkikik senang dengan penjelasan dan pertanyaan bapak.
...
Waktu kecil, meskipun aku anak perempuan namun bisa dibilang agak bengal. Tomboy istilahnya orang-orang. Kalau bapak pernah menjelaskan bahwa fungsi sarung bermacam-macam, aku pun bersama teman-teman menemukan fungsi-fungsi lainnya dari sarung yang lebih mengasyikan.Â
Misalnya buat hamuk untuk tidur, bisa buat main ninja-ninjaan, buat sayap superman atau batman, dan yang paling asyik adalah buat main terjun sarung dan balon pelampung ketika aku main di kali bersama teman-teman.Ketika mandi dan berenang di kali, seringkali aku menyempatkan diri membawa sarung.Â
Biasanya yang kubawa adalah sarung selimut simbok. Soalnya kalau sarung bapak, selalu dicari kecuali ketika waktunya dicuci saja. Sarung simbok aman. Hanya dicari ketika malam hari untuk kemulan tidur malam.
Sesampainya di kali aku segera membawa sarung nyebur ke air. Ketika sarung sudah basah kuyup, aku pun kembali naik ke daratan. Kucari batu besar yang menonjol untuk landasan lompatan. Sebelumnya aku ikat satu ujung sarung dengan kuat.Â