Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Su'ul Khotimah Detik-detik Terakhir McD Sarinah

11 Mei 2020   15:40 Diperbarui: 14 Mei 2020   23:11 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratusan orang nampak berkumpul pada malam terakhir operasional McDonald's Sarinah Jakarta - Sumber Foto: twitter @renebaebaeaja. 

Di tengah situasi senyap dan lenggang karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan Pemprov DKI Jakarta, tiba-tiba hal berbeda terjadi di kawasan McD Sarinah Jakarta. Keheningan suasana PSBB tiba-tiba pecah oleh datangya kerumunan massa yang luar biasa banyaknya.Ada keramaian apa gerangan? Bukankah segala bentuk pergelaran keramaian entah apapun bentuknya harus ditidiadakan sesuai dengan peraturan PSBB yang telah ditetapkan?

Ternyata kerumunan tersebut merupakan aksi kolosal spontan masyarakat Jakarta untuk merayakan, mengantarkan atau mengucapkan selamat tinggal kepada McDonald's Sarinah Jakarta yang dipastikan tutup setelah pembukaan hari terakhir Minggu (10/5) tersebut.

Kabar penutupan McD Sarinah untuk selamanya tersebut sepertinya cukup menyentil perasaan romantisme dan sentimentilisme dari beberapa kalangan, karena memang kenangan terhadap McD Sarinah yang melegenda ini cukup menyita perasaan mereka.

Tentu saja fenomena ini membuat banyak pihak bertanya. Kenapa aparat mendiamkan saja? Bukahkah keramaian yang tercipta tersebut sangat berbahaya bagi keberhasilan program PSBB yang tengah dijalankan?

Namun seperti yang dilansir tirto.di (11/5), Kabaharkam Polri Komjen Pol Agus Andrianto justru merespon bahwa hal tersebut tidaklah masalah.

"Sepanjang mereka menerapkan jaga jarak, pakai masker dan jaga kebersihan tidak masalah, kan. Yang memiliki penyakit bawaan, sebaiknya menyadari untuk lebih hati-hati karena sejauh vaksin belum ditemukan, kita harus membiasakan hidup bukan hanya dengan virus Corona," kata Agus seperti dikutip tirto.id (11/5/2020). "Apa kita tidak melakukan aktivitas apa-apa? Kan tidak, kehidupan jalan terus," imbuhnya.

Apakah kelonggaran yang diberikan aparat kepolisian ini mengadaptasi dengan pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa kita harus berdamai dengan virus Corona? Padahal jika dirunut sebelumnya kepolisian telah bertindak tegas terhadap bentuk-bentuk pelanggaran atas larangan membuat keramaian seperti itu.

Sebut saja kasus pencopotan jabatan Kapolsek Kembangan Jakarta Barat karena dianggap melanggar maklumat kapolri atas larangan membuat keramaian dengan menggelar pernikahan di hotel Mulia Senayan pada 21 Maret 2020 lalu.

Apakah Kabaharkam lupa bahwa sejak penerbitan maklumat Kapolri tersebut pihak kepolisian telah membubarkan lebih dari 7000 kasus keramaian mulai dari resepsi pernikahan hingga acara nongkrong-nongkrong di kafe?

Bahkan untuk kasus khusus penarapan PSBB di DKI Jakarta sendiri yang resminya dimulai sejak 10 April 2020 lalu, berbekal Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 yang mengacu pada UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, Polisi telah menangkap sebanyak 18 orang dari kawasan Bendungan Hilir dan Sabang karena dianggap melanggar peraturan physical distancing yang diterapkan.

Apakah pihak kepolisian juga salah dalam memahami himbauan Presiden Jokowi untuk berdamai dengan corona sehingga membiarkan kasus keramaian tersebut terjadi. Sementara pihak istana telah mengklarifikasi bahwa istilah berdamai dengan corona seperti yang diungkapkan Presiden Jokowi adalah tetap berusaha menjalankan aktivitas produktif tanpa mengabaikan protokol kesehatan yang diperlukan.

Suasana keramaian pada penutupan hari operasional terakhir McDonald's Sarinah Jakarta - Sumber foto: twitter @renebaebaeaja.
Suasana keramaian pada penutupan hari operasional terakhir McDonald's Sarinah Jakarta - Sumber foto: twitter @renebaebaeaja.
Dus, apakah keramaian di hari terakhir operasional McD Sarinah tersebut merupakan sebuah aktivitas produktif yang layak didiamkan sebagai contoh upaya berdamai dengan virus Corona? Apalagi kabarnya mereka yang datang pada momen oerasional terakhir tersebut bukan hanya dari kalangan kaum sentimentil dan memiliki memori berkesan bersama McD Sarinah. 

Banyak diantara mereka merupakan kalangan mereka-mereka yang sekedar memburu hype untuk mengisi konten instagram, twiter, youtube channel dan akun-akun sosial media milik mereka.Yang menjadi kekhawatiran banyak pihak adalah bagaimana jika setelah momen ini kemudian muncul pasien positif covid-19 cluster McD Sarinah? 

Ketika rekaman keramaian penutupan operasional McD Sarinah bertebaran di berbagai platform sosial media, banyak kalangan yang merasa dongkol dan sebal. Mereka merasa konyol dan sia-sia telah mencoba bertahan berdiam diri #dirumahaja selama ini, kemudian ada ratusan orang yang mengambil aksi konyol yang beresiko bisa membuat karantina mandiri yang mereka lakukan selama ini sia-sia.

Padahal pengorbanan untuk mensukseskan PSBB dan perjuangan untuk memutuskan rantai penyebaran virus Covid-19 tersebut telah membuat banyak kantor tutup, banyak perusahaan merugi dan akhirnya terancam gulung tikar. Dampak dari upaya ini juga telah menyebabkan banyak pekerja dirumahkan, dipotong gajinya. dicutikan tanpa gaji, bahkan di PHK tanpa bisa berbuat apa-apa.

Jika sampai kekhawatiran ini menjadi kenyataan, maka bisa dikatakan penutupan McD Sarinah yang melegenda akhirnya menjadi kematian yang Su'ul Khotimah. Sebuah kematian yang menurut umat Islam merupakan kematian yang buruk. Sebuah kematian yang meninggalkan dampak dan kenangan buruk bagi mereka yang ditinggalkannya. Sebuah kematian dalam bentuk "mati penasaran" yang konon bisa menyebabkannya menjadi arwah penasaran yang bisa menghantui ketenangan orang-orang. Tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun