Pandemi Covid-19 telah mengancam krisis perekonomian. Bukan karena banyaknya korban yang berjatuhan, tetapi lebih karena solusi untuk mencegah penyebaran. Untuk memutus mata rantai penyebaran para pakar menyarankan untuk tinggal #dirumahaja.
Maka merebaklah kebijakan stay at home, work from home (WFH), school from home, pembatasan sosial berskala besar, darurat sipil hingga yang terkeras kebijakan lockdown.Karena kebijakan ini, aktivitas mobilitas masyarakat pun jadi menurun drastis bahkan hilang.
Tiba-tiba semua tempat menjadi senyap. Tiba-tiba banyak lokasi menjadi sepi. Jangankan timbul kemacetan, kendaraan yang lalu lalang di jalanan pun mendadak jadi jarang.
Perusahaan dan perkantoran untuk bidang-bidang yang tidak dianggap vital pun harus diliburkan pasalnya tak semua usaha dan pekerjaan bisa dilakukan dengan cara WFH.
Usaha-usaha di sektor makanan dan restoran tetap bisa dijalankan dengan mentaati aturan yang harus diterapkan seperti kedisiplinan dalam menjalan jarak fisik (physical distancing), memberikan fasilitas cuci tangan dan desinfektan, memakai masker dan lain-lainnya.
Namun tak bisa dibohongi bahwa kondisi pandemi ini membuat omzet penjualan mereka kedodoran. Layanan delivery order dan kolaborasi dengan ojol pun tak banyak menyelamatkan.
Mungkin karena itulah pengusaha-pengusaha restoran besar harus menerapkan strategi baru dalam pemasaran yang dijalankan. Jika sebelumnya mereka sudah kelabakan melayani pelanggan dengan menunggu di restoran, kini mereka pun harus rela down grade, menjemput pelanggan menjadi lapak jalanan.
"Jika ikan di kolam pemancingan sudah kosong, maka pemancing harus pindah ke sungai utk mencari ikan. Walau di sungai airnya lebih deras, minimal masih ada ikan yang bisa dikail," begitu digambarkan oleh Founder dan Owner PT Abindo, Okta Wirawan. Okta memberi contoh dengan apa yang dilakukan oleh KFC dan Pizza Hut terkait situasi yang terjadi saat pandemi ini.
KFC dan Pizza Hut yang selama ini terlihat gagah dengan performa dan kinerja di restoran-restorannya, tiba-tiba terpaksa harus berganti penampilan dengan booth lapak kaki lima dan lapak gerobak motor agar masih bisa mendapatkan pelanggan di jalanan.
Tentu saja hal itu sah-sah saja. Malah menunjukkan semangat kerja keras untuk menjemput bola sebagai bentuk tekad pantang menyerah terhadap permasalahan yang ditimbulkan pandemi Covid-19 sekarang ini.
Yang jadi masalah adalah bagaimana dengan nasib pengusaha-pengusaha UKM kuliner dengan produk yang sejenis milik mereka.
Seperti kita tahu di luar KFC ada banyak lapak-lapak fried Cicken kaki lima milik UKM-UKM yang menjaring pelanggan di jalan-jalan karena tidak bisa memiliki restoran semegah KFC.