Harus terkungkung di rumah saja ketika kita merasa badan sedang sehat-sehatnya dan energi sedang prima-primanya tentunya terasa bagaikan hukuman yang menyiksa. Sampai-sampai ada yang mengatakan kehidupan manusia masa pandemi corona tak berbeda dengan burung. Dikurung, disemprot, dijemur dan dikembalikan ke kurungan lagi.Â
Yang hobi memelihara burung tentunya sangat mengerti olok-olok ini.Apalagi ketika sudah memasuki bulan puasa Ramadan seperti ini. Gairah untuk ngabuburit alias jalan-jalan mencuci mata sambil menunggu waktunya beduk berbuka ditabuh marbot masjid menumpuk tak terkira. Padahal dalam keadaan normal, ngabuburit adalah momen gaul non ibadahnya mereka yang berpuasa.
Apaboleh buat, lha sholat tarawih di masjid saja juga dilarang, apalagi kegiatan yang notebene dianggap pop dan kurang relegius seperti ngabuburit tersebut. Pastinya dilarang demi kemaslahatan umat. Demi kebaikan bersama agar virus corona Covid-19 tidak menular kemana-mana tanpa terkendali dan tertangani.
Lalu alternatif apa yang bisa menggantikannya namun tidak membahayakan sesama kita? Menerobos portal karantina atau larangan keluar rumah untuk keperluan remeh temeh tentunya tabu untuk dilakukan. Meskipun sebenarnya bagi sebagian besar ngabuburit adalah kebutuhan yang sangat diinginkan, namun nyatanya secara fakta dan kualitas aktivitasnya, tetap digolongkan sebagai kegiatan remeh temeh.
Untungnya ini bukan zaman Siti Nurbaya. Bukan zamannya kita bisa dipingit dengan gampang, apalagi tak ada lagi yang menjodohkan kita. Kemajuan teknologi telah membedakan kita dengan kepasrahan Siti Nurbaya. Melalui keberadaan internet dan kecanggihan teknologi sosial media, kita bisa menerobos pagar karantina tanpa melanggar peraturan yang ada.
Ngabuburit digital, itulah kira-kira istilahnya. Kita bisa jalan-jalan menyapa dan ngobrol dengan kawan-kawan yang ada dimana saja, tanpa perlu melanggar larangan berkumpul ramai-ramai di masa PSBB. Physical distancing pun pastinya terjaga. Tak ada pertemuan fisik yang kita lakukan. Melainkan sekedar nongkrong virtual tanpa perlu kita pergi dari rumah kita.
Selanjutnya, yang diperlukan adalah kreativitas untuk meramaikan suasana. Harus diingat bahwa kita tengah menjalankan puasa. Karenanya ghibah yang biasanya cepat memanaskan suasana, haram dilakukan karena bisa menghanguskan pahala puasa kita. Semua tergantung kreativitas komunitas yang kita punya.Â
Makin kreatif orang-orangnya, makin hangat suasanya. Berbagi cerita lucu, berbagi berita penting terbaru, saling adu pintar dengan tebakan atau game-game yang bisa bikin suasana ambyar. Berbekal kreativitas itulah maka kita bisa membuat ngabuburit digital tak kalah seru dengan ngabuburit yang dijalankan di saat normal.Dan yang pasti ngabuburit digital ini sangat ngirit dan ekonomis. Tak ada godaan belanja dan godaan-godaan pengeluaran lainnya kecuali quota internet yang tentunya sudah kita siapkan selama karantina sekarang.|* Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H